DIALEKSIS.COM | Jakarta - Bupati Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan (TRK), melakukan kunjungan budaya ke Keraton Majapahit, pusat edukasi budaya dan sejarah Majapahit yang berlokasi di Jakarta, pada Senin, 4 Agustus 2025.
Kunjungan ini sebagai bagian dari upaya lebih besar dalam pelestarian adat dan budaya nusantara yang selama ini konsisten diperjuangkan oleh TRK dalam kapasitasnya sebagai Raja Beutong IX.
Dalam lawatannya, TRK disambut oleh Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono. Kemudian diajak keliling yang menyuguhkan sejarah Kerajaan Majapahit melalui berbagai media visual seperti film, video pendek, artefak digital, hingga pemutaran dokumenter sejarah.
Di tempat itu, ia diajak menyelami jejak kejayaan Majapahit, yang pernah menjadi kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara pada abad ke-13 hingga ke-15.
“Saya merasa terhormat diundang ke sini. Ini bukan sekadar melihat masa lalu, tetapi memahami bagaimana masa lalu membentuk jati diri bangsa. Warisan Majapahit bukan hanya milik satu daerah, melainkan milik seluruh Indonesia,” ujar TRK dalam wawancara singkat kepada Dialeksis.com, Rabu (6/8/2025).
Sebagai tokoh adat yang juga menjabat sebagai Anggota Majelis Agung Raja Sultan Indonesia (MARSI), TRK menyebut pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab komunitas adat, tetapi menjadi panggilan sejarah bagi semua elemen bangsa.
“Adat dan budaya adalah kekayaan intelektual bangsa yang tak tergantikan. Kita wajib menjaganya di tengah modernitas yang sering kali melupakan akar,” katanya.
TRK juga menyoroti pentingnya sinergi antara para pewaris kerajaan tradisional dengan institusi negara untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam adat dan budaya Indonesia.
Dalam berbagai forum, baik di Aceh maupun tingkat nasional, ia dikenal vokal memperjuangkan pengakuan terhadap eksistensi kerajaan-kerajaan adat sebagai pilar kebudayaan dan moral bangsa.
Tak hanya sebagai bupati, tetapi sebagai Raja Beutong IX yang dikukuhkan oleh para pewaris kerajaan Aceh, kehadirannya membawa misi diplomasi budaya menghubungkan kembali garis-garis sejarah antara kerajaan lama di ujung barat Sumatra dengan peradaban besar yang pernah berkembang di Tanah Jawa.
"Kunjungan ini menegaskan bahwa di tengah arus globalisasi dan modernisasi, warisan budaya lokal tetap relevan," pungkasnya. [nh]