Sabtu, 21 Juni 2025
Beranda / Sosok Kita / Arif Mustofa dan Peran IMAAM dalam Merawat Identitas Diaspora Indonesia

Arif Mustofa dan Peran IMAAM dalam Merawat Identitas Diaspora Indonesia

Jum`at, 20 Juni 2025 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Presiden Imaam Center Arif Mustofa. Foto: dok pribadi


DIALEKSIS.COM | Washington, D.C. - Di tengah dinamika kehidupan diaspora Indonesia di Amerika Serikat, keberadaan Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Center menjadi mercusuar yang menuntun semangat kebersamaan, keislaman, dan keindonesiaan. Sejak diresmikan pada 26 September 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, IMAAM berkembang tak sekadar sebagai pusat ibadah, namun juga pusat kebudayaan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi komunitas Muslim Indonesia di Amerika.

Di bawah kepemimpinan Arif Mustofa sebagai Presiden IMAAM, lembaga ini menjelma menjadi laboratorium hidup yang menggabungkan nilai - nilai Islam, tradisi Indonesia, dan semangat global. Dalam wawancara eksklusif bersama Dialeksis, Arif mengungkapkan berbagai inisiatif yang tengah digalakkan, serta strategi lembaga dalam menguatkan peran diaspora sebagai agen perubahan.

Salah satu fokus utama IMAAM adalah mendampingi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari kalangan diaspora. Arif menyampaikan, IMAAM secara rutin menyelenggarakan bazaar produk UMKM sebagai wadah promosi sekaligus sarana pemberdayaan ekonomi komunitas.

"Kami ingin komunitas kita tidak hanya survive, tapi thrive. Bazaar bukan sekadar transaksi dagang, tapi ruang perjumpaan budaya dan solidaritas,” ujar Arif kepada Dialeksis saat bertemu langsung di IMAAM.

Dengan semangat ini cerita Arif Mustofa, berbagai produk khas Indonesia seperti sambal, batik, kopi, hingga kerajinan tangan kian dikenal di kalangan masyarakat lokal Amerika. UMKM diaspora pun tidak lagi berjalan sendiri, melainkan dalam ekosistem yang terhubung dengan misi kebangsaan dan keumatan.

“Menjelang Idul Adha 2025, IMAAM kembali menggelar program Qurban Global, sebuah inisiatif untuk memfasilitasi umat Muslim di Amerika agar tetap dapat berkurban meskipun jauh dari kampung halaman. Dengan paket kambing premium senilai $200, seluruh hasil kurban akan disalurkan secara terpusat di Indonesia,” jelasnya.

Melalui video ajakan, Arif Mustofa menggaungkan partisipasi aktif,“Qurbani deadline segera tiba. Mari jaga tradisi meski jauh dari tanah air.”

Program ini tidak hanya memperkuat ikatan emosional antara diaspora dan tanah air, namun juga menjadi ekspresi nyata solidaritas umat yang melintasi batas geografis.

Pada Mei 2024 lalu, IMAAM menjadi tuan rumah kunjungan delegasi Jaringan Masyarakat Islam (JmI). Arif Mustofa memimpin langsung rangkaian kegiatan silaturahmi tersebut sambil memperkenalkan IMAAM sebagai pusat aktivitas keagamaan dan pendidikan multikultural.

"IMAAM hadir untuk semua, tak hanya umat Islam. Kami merajut relasi lintas iman dan budaya sebagai strategi jangka panjang dalam menciptakan masyarakat harmonis," ungkapnya.

Keseriusan ini juga terlihat dari inisiatif mengundang cendekiawan berbagai latar belakang untuk berkhotbah dengan tema "Call for Peace" seruan damai yang dikumandangkan dari mimbar masjid IMAAM kepada dunia.

Di tengah meningkatnya insiden kejahatan berbasis kebencian di Amerika, IMAAM berhasil mengamankan dana hibah senilai $800,000 dari Pemerintah Montgomery County. Dana tersebut digunakan untuk memperkuat sistem keamanan fisik masjid dan melatih masyarakat dalam mengantisipasi potensi ancaman.

"Bagi kami, keamanan bukan hanya tentang pagar atau kamera. Ini soal rasa aman kolektif, di mana setiap orang merasa dilindungi sebagai bagian dari komunitas,” ujar Arif.

Tak luput dari perhatian Arif adalah pentingnya memberi panduan praktis menyikapi berbagai isu global. Salah satunya, IMAAM menyusun pedoman tentang gerakan boycott berbasis maqasid syariah agar umat tidak terjebak pada aksi emosional tanpa landasan ilmu dan strategi.

Di tengah dilema diaspora antara mempertahankan identitas dan beradaptasi dengan kultur lokal IMAAM memilih jalur inovatif. Platform digital dijadikan jembatan edukasi dan penguatan komunitas. Arif mencontohkan:

"Kami meluncurkan webinar Halal Investing in the US, hingga kelas bahasa Indonesia virtual untuk generasi muda. Tantangan terbesarnya adalah menjaga autentisitas tanpa kehilangan relevansi.”

Sebagai roadmap strategis, Arif mencanangkan tiga agenda prioritas; pusat distribusi produk halal Indonesia pertama di Maryland, beasiswa santri digital untuk generasi diaspora, dan pendirian sekolah budaya Indonesia sebagai pusat pelestarian identitas.

Menurut Arif, misi ini bukan semata-mata ambisi pribadi, melainkan ikhtiar kolektif untuk membesarkan Islam secara moderat dan membumikan nilai-nilai luhur Indonesia dalam konteks global.

“Selama diberikan kepercayaan memimpin IMAAM, saya akan berupaya memberikan yang terbaik. Membesarkan Islam di Amerika melalui kelembagaan, bukan sekadar ceramah, tapi melalui sistem, karya, dan aksi nyata.”

Dalam kepemimpinannya, Arif Mustofa menjadikan IMAAM Center sebagai titik temu peradaban. Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga ruang edukasi, diplomasi kultural, dan solidaritas global. Dengan semangat "Islam sebagai rahmat bagi semesta", ia menyulap visi menjadi realitas dari akar rumput hingga kebijakan lintas negara.

Keberhasilan ini menegaskan bahwa diaspora Indonesia bukanlah komunitas pinggiran. Mereka adalah simpul penting dalam jaringan peradaban dunia, yang mampu menjembatani Timur dan Barat, agama dan budaya, masa lalu dan masa depan.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra