Beranda / Sosok Kita / Kisah Sukses Rahmah Perempuan Asal Takengon Bisnis Kopi Tembus ke Pasar Global

Kisah Sukses Rahmah Perempuan Asal Takengon Bisnis Kopi Tembus ke Pasar Global

Selasa, 17 Januari 2023 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pelaku UMKM dibantu BRI, Rahmah perempuan asal Takengon. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Soki - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kian gencar membantu UMKM Indonesia agar bisa berdaya saing dengan pasar global. Salah satu pelaku UMKM yang dibantu BRI, yakni Rahmah. Dia adalah perempuan asal Takengon, Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Di mana Rahmah ini membesarkan Koperasi Pedagang Kopi Ketiara hingga mampu mengekspor Kopi Gayo ke mancanegara. Awalnya pada 1992, dia membuka toko kebutuhan pokok (sembako). Modalnya didapat dari BRI sebesar Rp4 juta.

Saat itu, dia menerapkan sistem barter di toko sembako, yakni warga yang mayoritas petani di sana ingin membeli kebutuhan pokok, akan menukarnya dengan kopi.

Usaha Rahmah pun terus berkembang. Untuk menopang permodalan, dia mendapatkan suntikan dana dari BRI dengan nominal yang terus naik, menjadi Rp6 juta, kemudian Rp8 juta, dan Rp14 juta pada periode 1990-an.

Bahkan, Rahmah juga mengikuti pameran-pameran kopi lokal di Bali, Yogyakarta dan Jakarta untuk memperluas pasar di dalam negeri. Ajang promosi tersebut merupakan acara yang digelar oleh BRI untuk mendorong pengembangan bisnis pelaku UMKM. Keseluruhan kopi yang dijualnya saat itu mencapai 100-200 ton per bulan sehingga pada kurun 2004, Rahmah kembali mendapat modal dari BRI kurang lebih sekitar Rp600 juta.

Kini, usaha Rahmah memperkenalkan Kopi Gayo ke pasar luar negeri berhasil dengan sukses.

Untuk itu, demi mempertahankan pasar ekspor, Koperasi Penjual Kopi Ketiara wajib menjaga standardisasi produk melalui sertifikasi internasional yang telah didapat. Rahmah menjelaskan, secara sederhana untuk sertifikat produk organik, standardisasi di lahan diaudit secara rutin.

“Kebun kopi dipastikan bersih dari zat-zat anorganik seperti zat kimia pada pupuk. Untuk standardisasi fair trade, aspek finansial yang diaudit,” ujarnya.

Diketahui, sebagai pemimpin Koperasi Penjual Kopi Ketiara, Rahmah saat ini telah memiliki anggota mencapai 1.500 petani, di mana 1.400 di antaranya tersertifikasi organik dan masuk system fair trade. Petani-petani tersebut berasal dari 19 desa di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.

Adapun BRI telah menyiapkan langkah antisipasi dengan menyiapkan pencadangan yang cukup jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak memperpanjang kebijakan restrukturisasi kredit berakhir pada Maret 2023.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di BRI yang telah menurun signifikan sebesar 54,5 persen dari Rp256,1 saat awal pandemi, menjadi Rp116,45 triliun pada akhir kuartal III-2022. Secara beriringan, jumlah nasabah restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sudah berkurang hingga 2,5 juta nasabah.

“Saat ini jumlah nasabah yang tersisa itu 1,4 juta nasabah. Jadi turun 2,5 juta dari posisi tertinggi restrukturisasi Covid-19 BRI pada September 2020 sebesar 3,9 juta nasabah. Jadi sudah turun 2,5 juta, saat ini 1,4 juta nasabah dan terus kami monitor supaya kita bisa jaga kualitasnya dengan tetap baik,” ujarnya.

BRI pun memastikan memiliki cara sendiri untuk mendorong bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah pandemi Covid-19 yang belum selesai. Salah satunya dengan penyaluran kredit untuk mendukung modal usaha dan perkembangan UMKM.

Di tahun ini atau 2023, BRI menargetkan pertumbuhan kredit bisa meningkat 10%-12%. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9%.

"BRI tadi saya katakan bahwa BRI memberikan guideline untuk tumbuh masuk dalam range nya BI, kita targetkan kita bisa tumbuh di tahun depan untuk kredit 9-11%, itu target pertumbuhan kita," ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.

Hingga kuartal III 2022, kredit BRI secara konsolidasi telah tumbuh 7,9% secara year on year (YoY) menjadi Rp1.111,4 triliun. Tahun 2023, BRI optimistis masih bisa terus melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan.

Mayoritas kredit BRI tersebut diberikan untuk UMKM. Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI meningkat sebesar 9,83% yoy dari Rp852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp935,86 triliun di akhir September 2022.

Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20%. Portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12% yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55% yoy, segmen kecil & menengah tumbuh 2,89% yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24% yoy, dimana hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85%.

Menurut Sunarso, UMKM memiliki peran sangat penting untuk menggerakan perekonomian apalagi di tengah pandemi. Pasalnya dari sisi penyerapan tenaga kerja mencapai 97,22% pekerj di Indonesia.

"Jadi ini menjadi penting dan strategik dalam konteks negara, karena tugas utama negara adalah mensejahterakan rakyatnya, dan cara yang paling baik dalam mensejahterakan rakyat adalah dengan memberi pekerjaan," pungkasnya. [okezone.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda