Beranda / Sosok Kita / Nurul Akmal Wanita Aceh Yang Perkasa Harumkan Indonesia

Nurul Akmal Wanita Aceh Yang Perkasa Harumkan Indonesia

Sabtu, 07 Agustus 2021 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Nurul Akmal, Gadis Aceh yang sudah mengharumkan  Bumi Pertiwi ( Foto/dok cnnindonesia)

Dilahirkan sebagai wanita, namun tubuhnya kekar, berotot dan kuat. Soal mengangkat beban mampu mengalahkan kebanyakan lelaki. Mengangkat karung berisi padi sudah biasa dilakukanya. Bahkan besi 115 kilogram mampu diletakan di pundaknya.

Namanya bukan hanya mengharumkan Aceh sebagai tanah tempat kelahiranya, namun sudah mengukir sejarah bagi bumi Pertiwi. Dia wanita pertama Indonesia yang mengukir sejarah di Olimpiade cabang olahraga angkat besi dengan total angkatan 256 kg.

Nurul Akmal tampil gemilang Olimpiade Tokyo 2020 lalu. Meriah peringkat kelima di kelas +87 kilogram.

Amel, begitu namanya lebih sering disapa, berasal dari Desa Serba Jaman Tunong, Tanah Luas, Aceh Utara. Sejak kecil dia sudah terbiasa mengangkat karung berisi padi, membantu orang tuanya sebagai petani.

Kebiasanya sebagai perempuan mampu mengangkat karung padi, menjadi perhatian pengurus olah raga angkat berat Aceh. Gadis kelahiran Tanah Luas, Aceh Utara, 12 Februari 1993, ahirnya ditempa menjadi atlet angkat besi.

Banyak sudah karya karyanya dalam mengandalkan ketangguhan otot ini. Dari berbagai sumber yang berhasil Dialeksis.com himpun, tahun 2015, dia masuk seleksi Pra PON untuk Aceh, lalu tampil di PON 2016 Jawa Barat meraih medali emas.

Di 2017, ikut pertandingan Islamic Solidarity Games meraih medali perak. Tahun 2018, dipanggil ke pelatnas untuk ikut Asian Games. Di tahun 2017, ia memenangkan medali perak dalam lomba +90 kg putri di Pesta Olahraga Solidaritas Islam 2017 yang diadakan di ibukota Azerbaijan yaitu di Baku, Azerbaijan.

Pada tahun yang sama, ia meraih peringkat ke-6 dalam lomba +90 kg putri di Universiade Musim Panas 2017 yang diadakan di Taipei, Taiwan. Tahun berikutnya, ia mewakili Indonesia di Pesta Olahraga Asia 2018 yang diadakan di Jakarta, Indonesia dalam lomba +75 kg putri dimana ia meraih peringkat ke-6.

Pada 2019, ia memenangkan medali perunggu dalam lomba +87 kg putri di Piala Qatar Internasional ke-6 yang diadakan di Doha, Qatar. Di Olimpiade Tokyo, 2020, dia mengharumkan nama pertiwi masuk peringkat lima dengan total angkatan 256 kilogram.

Amel bertubuh tambun dan kekar ini kemudian menjadi pembahasan, diantara sejumlah pujian untuknya ada juga hujatan dari netizen soal keputusannya melepas hijab saat bertanding.

Dalam keteranganya kepada media CNN Indonesia. com, Amel menjelaskan suka dukanya sebagai anak petani di Kampung, dia tidak pernah bermimpi mampu meriah sukses di Olimpiade Tokyo.

“Pertama, ini pribadi saya pakai hijab. Di Islam, khususnya di Aceh, wanita muslim itu wajib berjilbab. Tapi kalau pas main, saya lebih berpikir kembali ke masing-masing orangnya saja,” sebutnya

“Saya memutuskan untuk melepas jilbab saat bertanding dan latihan. Saya tahu itu ada yang komentar negatif tapi ada juga yang positif. Dan saya sudah bilang dan izin ke kedua orang tua soal keputusan saya ini. Kata Mama saya, mungkin jalannya begitu. Orang tua saya sudah mengerti,” jelas Amel.

Sebenarnya Amel bisa saja bertanding tetap pakai hijab. Namun karena badannya gendut, takut kena besi bajunya ketarik. Sekarang sudah ada baju dan jilbab untuk olahraga, Insya Allah ke depannya dia akan berhijab saat bertanding.

Amel memang tomboy dan itu diakuinya. “Saya sempat disebut Tyson sama orang kampung dulu karena rambut saya pendek dan sering bermain sama anak laki-laki karena saya tomboy. Saya iya-iya saja, karena saya tidak tahu Tyson itu siapa. Sekarang saya sudah tahu Tyson itu petinju dunia Hahaha..,” sebut Amel.

Awalnya mahasiswi Abulyatama ini menggemari olah raga angka besi ini, ketika Effendi, mengajaknya untuk berlatih angkat besi. Dia mengakui takut, apalagi dia belum terlau mengenal orang yang mengajaknya dan dunia angkat besi.

“Dulu saya itu tidak terlalu gemuk, berat badan saya 60-70kg. Mungkin badan saya dilihat punya potensi untuk angkat besi. Karena diiming-imingi sekolah gratis, dikasih uang saku, makan gratis, buat saya tertarik dan mau untuk ikut ke kota. Pikiran saya waktu itu bisa mengurangi beban orang tua di kampung,” jelasnya.

Setelah menamatkan SMP di kampungnya, Amel melanjutkan pendidikan SMA di Banda Aceh, sembari dia mengikuti pelatihan angkat besi.

“Awalnya takut, nangis karena ternyata latihannya berat. Setiap hari saya telepon ke orang tua, cerita latihannya bagaimana. Saya juga sempat berpikir setelah lulus SMA mau pulang lagi ke kampung, mau berhenti saja latihan angkat,” sebutnya.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, lama-lama terasa nyaman, dia mulai suka latihan angkat besi. Apalagi saat itu tahun 2010 dia pertama kali naik pesawat ke Yogyakarta, mengikuti Kejuaraan Nasional dan dapat medali perunggu di kelas +75kg.

Ahirnya usai SMA, dia kuliah di Universitas Abulyatama Aceh. Saya di Fakultas Pendidikan Olahraga, jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Mulailah dia mengukir sejumlah prestasi dalam olah raga angkat berat.

Keberhasilan Amel dalam mengharumkan nama Bumi Pertiwi, khususnya buat Aceh, Pemda Aceh memberikan apresiasi kepada gadis bertubuh tambun kekar ini. Pemda Aceh akan memberikan satu unit rumah yang akan dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) perubahan.

"Pemerintah Aceh sangat mengapresiasi. Sesuai arahan Gubernur Aceh, satu unit rumah akan dibangun untuk Nurul," kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh Dedi Yuswadi, seperti dilansir Kompas.com.

Dedi mengatakan, untuk mendukung kegiatan Nurul sebagai atlet angkat besi, Pemerintah Aceh juga sudah mengangkat Nurul sebagai tenaga kontrak di Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh. Menurutnya, upaya ini untuk membantu Amel sebagai atlet berprestasi.

Amel, gadis bertubuh “kekar” memiliki kekuatan yang tidak sama dengan kebanyakan wanita. Melalui latihan yang intensif, punya semangat yang tinggi, dia sudah mengukir nama pertiwi Olempiade Tokyo. Wanita Aceh ini memang kuat dan sudah dibuktikanya. *** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda