Beranda / Sosok Kita / Teuku Nausa dan Kisah Di Dayah

Teuku Nausa dan Kisah Di Dayah

Selasa, 29 Mei 2018 02:43 WIB

Font: Ukuran: - +


Menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum Tanoh Mirah Kabupaten Bireun pada 2001 tak membuat Teuku Nausa lupa saat menjalani menimba ilmu di Dayah Salafiah itu.

"Tentunya menjadi sebuah kesempatan yang luar biasa bisa ditakdirkan untuk menimba ilmu di Dayah Salafiyah. Disini kita bukan hanya mendapat ilmu tapi juga pembentukan pribadi yang mandiri. Selama di Dayah kita selalu berpacu dengan kewajiban menuntut ilmu dengan waktu yang telah dijadwalkan, disamping kewajiban menghafal." Sebutnya Teuku Nausa

Hikmah lain katanya adalah pembentukan karakter. Di Dayah ujarnya dituntun bagaimana mencairkan suasana keakraban, serta membangun etika dan sopan santun dengan guru dan sesama santri. Selain itu kita juga dituntun hidup mandiri sehingga bisa memasak sendiri, bisa nyuci sendiri, dan pastinya kedisiplinan dalam mengatur waktu.

Dan yang paling membekas saat di dayah adalah belajar hidup dengan serba keterbatasan baik dari segi makanan maupun fasilitas lainya. Setiap orang yang pernah mondok di Dayah Salafiyah pasti ada cerita sendiri yang paling membekas.

"Bagi saya secara pribadi, hal yang paling membekas adalah ketika saat minum air sumur dari timba. Selain itu, kekompakan dan kebiasaan santri saat memasak nasi kuning (bu leumak) saat selesai ngaji malam, atau sering disebut dengan istilah "meulemak"." Sebutnya sambil tertawa.

Usai pendidikan di dayah Teuku Nausa memahami ilmu agama dan hukum syara' meski masih dalam keterbatasan, setidaknya tahu cara praktik ibadah-ibadah yang wajib sesuai tuntunan syara', serta hal-hal lain yang boleh dan tidak menurut Islam.

"selain pembentukan karakter. Di Dayah kita mendapati bagaimana berakhlak yang benar dan tatakrama pergaulan. Selain itu adalah kehidupan mandiri, dan ini bisa dipraktikkan karena sudah menjiwai dalam kehidupan saya." Sebutnya.

Atas Dasar itulah Teuku Nausa berupaya untuk memajukan dayah di Aceh karena Dayah adalah salah satu institusi pendidikan di Aceh yang sudah berkembang cukup lama, jauh sebelum Indonesia merdeka. Dayah telah memiliki peran besar dalam membangun dan menciptakan karakter bangsa. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Dayah menjadi perhatian semua pihak, terutama dari Pemerintah dalam memajukannya.

Persoalan ini harus menjadi perhatian dan kewajiban bersama bagaimana memformulasikan agar pendidikan agama khususnya Dayah dapat berkembang seiring perkembangan zaman, karena tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu agama adalah solusi untuk mengatasi berbagai problem sosial yang berkembang dewasa ini. Generasi muda Aceh ke depan, sebelum melangkah lebih jauh baik ke perguruan tinggi atau belahan dunia mana, harus terlebih dulu menguasai disiplin ilmuan agama dan akidah, disamping kejujuran dan norma-norma etika karena itu adalah bekal kita untuk selamat dunia dan akhirat.

"Jadi Dayah sebagai salah satu institusi pendidikan agama di Aceh harus mendapat perhatian dari Pemerintah dan kita semua. Konteks hari ini, Dayah sejatinya juga harus dilengkapi dengan perpustakaan dan fasilitas belajar mengajar yang memadai." Sebutmnya

Selain itu, Dayah juga harus punya laboratorium komputer dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang kebutuhan zaman. Masalah metode dan kurikulum tinggal diformulasikan kembali yang intinya tidak menghilangkan nilai-nilai kedayahan atau salafiyahnya, demikian Teuku Nausa. (j)


Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda