Beranda / Berita / Aceh / Pemerintah Aceh Belum Punya Roadmap Mengembangkan Kesenian Aceh

Pemerintah Aceh Belum Punya Roadmap Mengembangkan Kesenian Aceh

Rabu, 12 Februari 2020 19:05 WIB

Font: Ukuran: - +

Teuku Afifuddin, S.Sn., M.Sn. foto: 


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh saat ini dinilai belum memberikan perhatian khusus pada bidang pendidikan seni, sehingga wajar sekali jika perkembangan dunia seni di Aceh tidak berkembang dengan baik.

Hal tersebut disuarakan mahasiswa asal Aceh yang sedang menjalani Program Doktoral Pascasarjana ISI Surakarta, Teuku Afifuddin, S.Sn., M.Sn, Selasa, (11/2/2020).

"Jika dilihat seni sebagai pendidikan dan keilmuwan, dari sekian banyak bantuan beasiswa yang diberikan pemerintah Aceh, baru 4 orang yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Aceh, itu pun pada masa pemerintahan Irwandi-Nazar," sebut Afifuddin.

Ia melanjutkan penting bagi Pemerintah Aceh untuk memikirkan bagaimana meningkatkan SDM pelaku seni. Baginya, mengelola seni juga butuh pendidikan.

"Disini dapat dilihat pemerintah tidak punya perhatian terhadap kesenian, terutama dalam segi pendidikan jika dibandingkan dengan bidang studi yang lain. Bahkan tahun ini saja, tidak ada beasiswa yang dibuka untuk pendidikan seni," sebut dosen Prodi Teater ISBI Aceh ini.

Afid mengungkapkan, bersama beberapa seniman Aceh lainnya, dirinya melalui berbagai pertemuan dengan Pemerintah Aceh dan pihak legislatif sudah pernah memberikan masukan agar memperhatikan dan memberi atensi pada peningkatan SDM pelaku seni di Aceh.

"Kita sudah mendatangi dewan, kita sudah ketemu Nova Iriansyah saat masih menjadi wagub, untuk menyampaikan hal ini namun hasilnya nihil sampai hari ini. Bisa dikatakan tidak ada kepedulian dari pemerintah. Kalau ada yang sekolah, kalau tidak dari biaya sendiri, ya dari beasiswa luar," terang dia.

Disisi lain, lanjutnya, dia melihat Pemerintah Aceh belum pernah punya roadmap mengembangkan kesenian Aceh. 

"Kalau ada event pun hanya sebatas hiburan, bukan seni sebagai sebuah identitas.

Aku kasih contoh pengajar tari balet di Australia. Dia eksis mengembangkan seni Aceh disana dan sudah perform dengan seni Aceh. Kemudian ada Dek Gam di Jakarta dengan Ratoh Jaroe nya. Juga terbaru kemarin di Solo adik-adik mahasiswa menggelar 1001 tari massal Ratoh Jaroe. Aku dapat kabar perhatian Pemerintah Aceh minim sekali pada kegiatan tersebut. Seperti itu kondisinya," ucap Afifuddin yang mengaku mendapat beasiswa dari Kemenristekdikti.

Menutup keterangannya, dia meminta Pemerintah Aceh untuk memperhatikan kesenian, terutama peningkatan SDM seniman, dan akademisi nya. Selain itu, Afifuddin juga mengajak pihak terkait melibatkan para pakar kesenian Aceh untuk membahas roadmap kesenian Aceh.

"Berhentilah mengucapkan janji-janji muluk yang mengatasnamakan kesenian. Mari berpikir dengan baik tentang kesenian Aceh, libatkan stakeholder. Serahkan sesuatu pada ahlinya. Tahun 2020 ini ajaklah seniman, dan akademisi untuk duduk membahas roadmap kesenian Aceh. 

Beri pemahaman bagaimana mengelola kesenian, undang pakarnya. Kita buat roadmap nya dulu, baru terjadi cita-cita bagaimana mengembangkan kesenian Aceh. Jadi, siapapun yang mengerjakan apapun pada bidang seni, tidak lari dari roadmap yang telah disusun," tutup Afifuddin. (Im)



Keyword:



riset-JSI
Komentar Anda