Beranda / Berita / Aceh / Forum Aspirasi : Aceh Damai, Bangkit, dan Maju Dalam Bingkai NKRI

Forum Aspirasi : Aceh Damai, Bangkit, dan Maju Dalam Bingkai NKRI

Sabtu, 15 Agustus 2020 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Memperingati 15 tahun perjanjian damai Memorandum Of Understanding (MoU) di Helsinki, Finlandia pada tanggal 15 Agustus 2005 lalu, Kodam Iskandar Muda menyelenggarakan acara Forum Aspirasi dengan tema “Aceh Damai, Bangkit dan Maju” di Gedung Balai Teuku Umar Makodam IM, Banda Aceh, Jumat (14/8/2020).

Acara tersebut dihadiri Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Hassanudin, S.I.P., M.M. Wali Nanggroe, P.Y.M. Malik Mahmud Al-Haythar, Plt. Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Kamaruddin Andalah, S.Sos, M.Si., Kapolda Aceh Irjen Pol Drs. Wahyu Widada, M. Phil, Ketua KPA Muzakir Manaf, para Rektor se-Banda Aceh dan para Walikota/Bupati se-Provinsi Aceh.

Selain itu, dihadiri juga pejabat utama Kodam IM, tokoh Agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mantan kombatan.

Sementara yang menjadi Keynote Speaker (pembicara utama) yakni Guru Bangsa, Negarawan, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 serta Tokoh Perdamaian, H.E. DR. (H.C.) Drs. H. M. Jusuf Kalla, secara Virtual di Jakarta.

Dalam acara Forum Aspirasi tetap menerapkan protokol kesehatan, guna mencegah virus Covid -19.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sambutan Pangdam Iskandar Muda, sambutan Wali Nanggroe Aceh, pemutaran film pendek Refleksi perjalanan Aceh Damai, ceramah Aceh Damai oleh Keynote Speaker, Coffe Break.

Setelah coffe break acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh moderator, forum penyampaian aspirasi, pembacaan resume, pemberian santunan kepada perwakilan anak korban konflik dan acara diakhiri dengan pembacaan doa.

Pangdam IM dalam sambutannya menyampaikan, suasana damai atau kondisi perdamaian adalah kebutuhan mendasar semua umat manusia. Ketika kita membicarakan “kata damai”, hal tersebut adalah kebalikan 180 derajat dengan kata “penderitaan” akibat perang/konflik. Aceh pernah mengalami suatu masa dalam konflik yang mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi masyarakat Aceh.

Masa konflik tersebut telah berakhir sejak 15 tahun yang lalu. Kini perdamaian Aceh telah terwujud meskipun ditebus dengan hilangnya ribuan nyawa putera puteri terbaik kita serta korban jiwa masyarakat sipil yang berada di tengah-tengah konflik. Selain itu ratusan ribu jiwa akibat bencana gempa bumi dan tsunami serta harta benda yang tidak terhitung jumlahnya. Dengan demikian, perdamaian Aceh ini adalah “sangat mahal”.

“Dalam sejarah masyarakat Aceh telah menerima berbagai macam ujian selama ratusan tahun, antara lain : Aceh pernah mengalami sejarah keemasan kesultanan Aceh di masa Kesultanan Iskandar Muda, pada awal abad ke-17 dan sebagai pusat perdagangan dan studi Islam serta selanjutnya mendapatkan julukan “Serambi Makkah” ucap Pangdam.

Pangdam mengatakan, pada masa perlawanan penjajahan Portugis dan Belanda, masyarakat Aceh membuktikan diri semangat patriotisme, tidak mudah menyerah dalam “memperjuangkan hak dan martabat”, sehingga walayah Aceh dikenal sangat sulit ditundukkan oleh Portugis dan Belanda. Pada masa perjuangan bersenjata meraih dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Aceh telah sangat besar pengorbanan dan andilnya. Rakyat Aceh bersatu mendukung pemerintah Republik Indonesia dan menyumbangkan kekayaannya untuk kemerdekaan Indonesia.

Pada masa lalu, telah terjadi kesalahpahaman kebijakan pada aspek sosial dan ekonomi, yang menyebabkan terjadinya sejarah kelam di wilayah Aceh. Sejak masa reformasi, Pemerintah RI telah berusaha beberapa kali membangun dialog dan perundingan, namun belum mencapai kesepakatan yang permanen.

“Ujian terakhir menuju perdamaian Aceh adalah bencana nasional skala besar berupa gempa bumi dan Tsunami tahun 2004 yang selanjutnya menyadarkan kita, untuk menyatukan doa dan ikhtiar semua anak bangsa, untuk menyelesaikan ujian bangsa tersebut yang akhirnya melahirkan perundingan damai melalui kesepakatan MoU Helsinki tahun 2005, ” kata Pangdam IM dalam sambutannya.

Tema kedua selanjutnya adalah bangkit. Bangkit yakni bangun dari kondisi keterpurukan akibat konflik berkepanjangan dan bencana alam gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh. Bangkit memerlukan komitmen yang kuat atas suatu proses yang sulit, panjang dan memerlukan suatu strategi bersama, saling percaya, saling bekerja-sama, saling bersatu dan bergotong-royong. Bagi kita semua yang memiliki niat dan tekad yang kuat ini, maka kebangkitan yang akan kita lakukan tentu semata-mata bagi Aceh dan NKRI tercinta.

Kodam Iskandar Muda atas kerja sama dengan Wali Nanggroe, Forkopimda, dan perwakilan komponen masyarakat Aceh untuk duduk bersama di forum ini, saling jujur, saling percaya, saling mendengarkan dan menyimak aspirasi untuk selanjutnya Kodam Iskandar Muda akan menempatkan diri bersama semua komponen masyarakat Aceh dalam membangun Aceh yang lebih maju.

“Di sini kami juga ingin menyampaikan posisi Kodam Iskandar Muda sangat jelas, bahwa berkaitan dengan aspek kedaulatan, maka semuanya dikembalikan kepada politik kebangsaan yaitu negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun untuk perdamaian dan kebangkitan Aceh dari keterpurukan akibat konflik, maka Kodam Iskandar Muda juga siap menjadi penjuru terdepan dalam menjaga, memelihara serta memberdayakannya, “ sambung Pangdam IM.

Pada tema yang ketiga ini, Aceh yang maju, kita fokuskan energi Aceh pada pada isu pembangunan ekonominya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Tema maju pembangunan ekonomi Aceh, tentu sangat relevan untuk menjadikan pak JK sebagai guru, panduan, arahan akan kedepanya, namun juga sebagai kritikus dan evaluasi atas 15 tahun yang sudah berjalan.

“Tugas Kodam Iskandar Muda seberat apapun akan terasa ringan manakala mendapatkan dukungan dari masyarakat Aceh. Sebaliknya tugas seringan apapun, akan berat bagi Kodam Iskandar Muda bila tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat Aceh. Keberadaan Kodam Iskandar Muda harus bisa dirasakan oleh masyarakat Aceh untuk mewujudkan : Aceh Damai, Bangkit dan Maju” tutup Pangdam IM dalam sambutannya.

Sementara itu Wali Nanggroe dalam sambutannya, mengucapkan terima kasih kepada Panglima Kodam Iskandar Muda yang telah menginisiasi pertemuan ini.

“Alhamdulillah, terima kasih kami sampaikan kepada Pangdam IM yang telah menginisiasi pertemuan ini, akan sangat bermanfaat untuk kita saling mengenal lebih dekat dalam menjalin tali siaturahmi serta untuk saling memahami apa saja kendala dan hambatan yang ada dalam merajut perdamaian Aceh yang telah ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 lalu antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki Finlandia,” ungkap Wali Nanggroe Aceh.

“Saya bersama semua yang hadir disini telah berupaya menjaga perdamaian Aceh ini sampai berlangsung selama 15 tahun sudah, dimana dalam masa itu banyak sekali tantangan yang kami hadapi, baik tantangan internal maupun external. Namun komitmen kami untuk berdamai dan dengan memegang teguh pada komitmen MoU Helsinki bahwa Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucap Wali Nanggroe Aceh.

Selanjutnya, Drs. H. M. Jusuf Kalla, dalam pengarahannya secara Virtual di Jakarta mengucapkan terima kasih kepada bapak Pangdam IM, Wali Nanggroe Aceh, Gubernur, Kapolda dan Mualem atas terselenggaranya kegiatan Aceh Damai, Bangkit dan Maju.

“Aceh bukanlah hanya bagian dari suatu Provinsi, tetapi Aceh merupakan suatu modal bangsa untuk memajukan NKRI kedepan nya. Aceh mempunyai kekayaan dan harus tetap dikelola dengan baik, dibutuhkan suatu upaya tidak hanya menunggu, dan ini semua adalah bagian dari upaya bersama dan apabila ada hal-hal yang terasa belum cukup kita lakukan maka dari itu marilah kita membangun dan memberdayakan potensi masyarakat Aceh yang sangat besar,” ajak Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 serta Tokoh Perdamaian ini.

Menurutnya, Pemerintah selalu memberi banyak peluang untuk membangun Provinsi Aceh, maka dari itu Drs. H. M. Jusuf Kalla mengajak untuk bersama-sama membangun Aceh.

“Kepada Pangdam IM, Gubernur, Kapolda dan anggota DPR, ini adalah tugas keseluruhan untuk membangun Aceh. kita tentu harus melakukan yang terbaik, dan saya yakin Pemerintah saat ini juga akan memberikan yang terbaik,” pesan Drs. H. M. Jusuf Kalla kepada Forkopimda dan masyarakat Aceh.

Setelah ceramah Keynote Speaker, acara dilanjutkan penyampaian aspirasi. Salah satu point penting dalam acara Forum Aspirasi adalah harapan besar dalam merawat kedamaian, perbaikan di sektor Pendidikan dan ekonomi sehingga tercipta Aceh Damai, Bangkit dan maju.

Kegiatan diakhiri dengan pemberian santunan kepada perwakilan anak korban konflik dan ditutup dengan doa.

Sebelum meninggalkan tempat, Pangdam IM berpesan janganlah menjadi orang yang merugi. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi. Mari kita bersinergi membangun Aceh yang damai, bangkit dan maju.

“Kami akan lanjutkan semangat tanah para aulia, tanah para syuhada dan tanah para pahlawan Bangsa melalui semangat kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kearifan semboyan, seperti slogan Kodam Iskandar Muda, Sanggamara : Udep Saree “ Mate Syahid...!”. Tutup Pangdam IM [Humas IM].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda