Beranda / Berita / Aceh / Jokowi Larang Ekspor CPO, Fadhli Ali: Imbasnya Harga TBS Anjlok

Jokowi Larang Ekspor CPO, Fadhli Ali: Imbasnya Harga TBS Anjlok

Minggu, 24 April 2022 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Aceh Fadhli Ali mengatakan, imbas dari keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal larangan ekspor minyak mentah/Crude Palm Oil (CPO) dalam jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.

“Jika larangan ekspor berlangsung lama, maka jatuh harga akan semakin dalam,” ungkapnya kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (24/4/2022).

Di sisi lain, Fadhli mengabarkan, harga TBS kelapa sawit di Provinsi Aceh sampai hari ini terkoreksi turun kisaran 200-250 per Kg. Bahkan usai Presiden Jokowi menyampaikan pidatonya pada hari Jumat lalu, 22 April 2022, satu jam kemudian harga TBS langsung turun.

Mengikuti informasi dari Group DPP Apkasindo sebagaimana disampaikan oleh Fadhli Ali kepada reporter kami, penurunan TBS kelapa sawit hampir merata terjadi di 22 provinsi sawit Apkasindo.

Sementara itu, Fadhli menyatakan, petani sawit di Aceh sangat berat menerima kenyataan turunnya harga TBS. Bahkan, petani bisa merugi dikarenakan pada waktu yang bersamaan harga pupuk, pestisida dan herbisida terus-terusan naik.

“(Harga pupuk) untuk saat ini kenaikannya bisa dikatakan meningkat 200 persen. Contohnya seperti pupuk NPK. Dulu harganya Rp 340 ribu/zak (50 Kg). Sekarang pupuk NPK sudah di angka Rp 980 ribu/zak,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Sekretaris Apkasindo Provinsi Aceh ini sangat berharap agar Presiden Jokowi kembali mempertimbangkan penyetopan ekspor CPO ke luar negeri.

"Kami berharap kepada Bapak Presiden supaya kebijakan stop ekspor tersebut segera dievaluasi,” pinta Fadhli.

Sekedar informasi, keputusan Presiden Jokowi soal larangan ekspor minyak sawit mentah/CPO mulai ditindaklanjuti oleh jajarannya. Kabar teranyar, angkatan laut bahkan sampai turun tangan mengawasi dengan ketat agar tidak ada yang melakukan ekspor CPO.

Dilansir dari biro pers, media dan informasi sekretariat presiden, penutupan keran ekspor CPO akan mulai diberlakukan pada Kamis, 28 April 2022 mendatang. Kabarnya, kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan minyak goreng yang terjadi di Indonesia.

Seminggu yang lalu, Fadhli Ali merupakan tokoh Aceh yang pernah menyerukan kalau produksi sawit di Indonesia bisa menjadi peluang penambahan digit ekonomi di tengah turunnya produksi sawit dari Malaysia. Namun dengan adanya larangan ekspor kali ini, dikhawatirkan akan banyak hasil panen sawit yang akan menganggur di Indonesia. 

Selama lima tahun terakhir, konsumsi minyak sawit dalam negeri berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), konsumsi minyak sawit tercatat sebesar 18,42 juta ton pada tahun 2021.

Masih berdasarkan data GAPKI, sepanjang 2022, Indonesia telah mengekspor 33,674 juta ton CPO dan produk turunannya.

Bila ekspor CPO dihentikan sepenuhnya, sesuai perhitungan maka akan menyebabkan puluhan juta ton kelapa sawit nganggur atau terbuang sia-sia.(Akhyar)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda