Beranda / Berita / Aceh / Ketua BPW PISPI Aceh: Ubah Mindset karena Petani Bisa Jadi Usahawan Besar

Ketua BPW PISPI Aceh: Ubah Mindset karena Petani Bisa Jadi Usahawan Besar

Sabtu, 24 September 2022 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

Ketua BPW PISPI Aceh, Azanuddin Kurnia. [Foto: for Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Tepat pada 24 September 2022, Indonesia kembali memperingati Hari Tani Nasional. Ini sebagai pengingat bahwa di tahun 1960, Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Memperingati Hari Tani, tentu tidak lepas dengan kiprah petani. Menurut Ir Soekarno, petani merupakan akronim dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia. Kepanjangan yang khusus disematkan untuk kata 'petani' tersebut disampaikan pertama kali pada tahun 1952.

Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Aceh, Azanuddin Kurnia, mengucapkan selamat Hari Tani Indonesia.

Ia berharap mudah-mudahan usia tersebut dapat menjadikan kita dewasa dalam memandang dan memberlakukan kebijakan terhadap pertanian Indonesia khususnya para petani.

Lanjutnya, Dasar lahirnya UU tersebut karena ingin merubah konsep-konsep reforma agraria dari konsep kolonial pada konsep Indonesia. 

Perjalanan panjang ini tentu tidak mudah bagi Indonesia walaupun Indonesia negara agraris. Namun, PISPI memandang bahwa pemerintah Indonesia dan Aceh sudah berusaha untuk bagaimana memberikan keleluasaan dan melakukan pemberdayaan terhadap petani.

Namun, daya juang tersebut semestinya harus terus dilakukan, petani saat ini sudah menunjukkan kontribusinya untuk Indonesia, bisa dilihat dari semua krisis-krisis yang dialami Indonesia. 

"Petani selalu menjadi penopang bangsa ini sehingga wajar, Ir. Soekarno memberikan nama 'Petani' yang berarti Penyangga Tatanan Negara Indonesia, jadi petani itu sangat luar biasa," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Sabtu (24/9/2022).

Ia juga menyebut, ada tantangan terbesar saat ini, terutama sektor lapangan kerja. Sudah beberapa tahun para lulusan pertanian itu kurang masuk di sektor pertanian dengan berbagai alasan.

"Alasannya kotor, harga tidak terjangkau, belum lagi terhadap risiko kegagalan panen, hama, dan lainnya," ujarnya lagi.

Kemudian, terkait kekhawatiran tenaga kerja sektor pertanian, pemerintah Indonesia sudah mulai menyiapkan bagaimana melahirkan petani-petani milenial.

"Petani milenial tidak hanya berkaitan dengan tanah dan lahan, namun juga sudah terkait dengan teknologi," tambahnya.

Selanjutnya »     Tantangan PertanianSementara itu, sejauh...
Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda