Beranda / Berita / Aceh / Layanan Radio-Onkologi Dibutuhkan Oleh Semua Lapisan Masyarakat

Layanan Radio-Onkologi Dibutuhkan Oleh Semua Lapisan Masyarakat

Minggu, 15 September 2019 14:09 WIB

Font: Ukuran: - +

Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah Prof. Dr. Maimun Syukri Sp.PD (K)


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh – Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah Prof. Dr. Maimun Syukri Sp.PD (K) mengungkapkan kebutuhan akan bangunan dan alat radio onkologi merupakan sesuatu yang sangat mendesak saat ini. Apalagi, tambahnya, berbagai kasus penyakit yang dialami masyarakat dan berkenaan dengan layanan onkologi semakin banyak. 

"Itu kan kebutuhan ya, karena case-case nya tambah banyak. baik di bagian bedah, penyakit dalam, kandungan, THT, Bagian Kesehatan Anak dan lain-lain," sebut Prof. Maimun Syukri saat dikonfirmasi Dialeksis.com, Sabtu, (14/9/2019)

Ia menambahkan, bidang layana radio-onkologi berkenaan untuk semua jenis penyakit. Bidang ini, sebutnya, berkolaborasi dan berhubungan dengan keluhan kesehatan yang dialami masyarakat.

"Radio-Onkologi itu untuk semua jenis penyakit keganasan. Ada pengobatan utamanya adalah radiasi. Kemudian bedah dan penyakit dalam. Obat-obat kemo nya sebagai terapi "adjuvant" (komplemen). Tergantung stadium dari tingkat keganasannya. Jadi semua itu ada kolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu yang terkait. Khususnya antara disiplin ilmu bedah, onkologi-medik (kemoterapi) dan radiologi (radiasi/sinar)," ujarnya.

Dari berbagai kasus yang berkenaan dengan layanan radio-onkologi, dia mengatakan banyak dialami oleh masyarakat yang kurang mampu. Fasilitas BPJS sendiri, menurutnya memfasilitasi kebutuhan masyarakat.

"Yang sakit itu banyak orang miskin. Mungkin kalau berangkat ke Medan bisa ya tapi yang lain, seperti makan, penginapan, itu kan membutuhkan biaya yang besar. Jadi kasihan mereka. Dari segi berangkat mungkin bisa ditanggung oleh BPJS. Tapi untuk mendapatkan pengobatan di sana juga antri. Selain itu, dari aspek perputaran uang. kurang menguntungkan daerah kita," kata dia.

Selain aspek pelayanan, lanjutnya, kebutuhan pengadaan gedung dan peralatan radio-onkologi juga akan memberikan nilai lebih pada sisi pengembangan pendidikan.

"Saya kira disisi lain, keberadaan radio-onkologi juga perlu untuk mendukung pendidikan. kita akan buka ptogram studi spesialis radiologi disini. Tenaga pelaksana untuk radiasi ini sudah ada. Kita sudah siapkan lama dan keahlian itu dicari oleh rumah sakit-rumah sakit besar lain. Karena mempunyai komitmen yang tinggi untuk daerah ini, yang bersangkutan tidak pindah ke tempat lain," imbuhnya.

Menanggapi mengapa pengadaan gedung radio-onkologi hingga saat ini belum terealisasi, ia tidak berkomentar banyak. Menurut dia, ada 'sesuatu' pada prosesnya, sudah 3 tahun proses perencanaan pembangunan gedung radio-onkologi itu berjalan. Namun wujudnya belum kelihatan, Pada hal Kementrian Kesehatan sudah menyiapkan dana untuk membeli alat radiasi sebagai kelengkapan kebutuhan pelayanan dibidang tersebut. Saya khawatir dana yang sudah disiapkan itu dialihkan ke Rumah sakit lain, kita bakal gigit jari

"Saya gak bisa komen ya, karena saya tidak ada di dalam. Tapi saya lihat, sudah 3 tahun tidak jalan menurut saya ada sesuatu. Kita mampu sebenarnya menyelesaikan itu, tapi dengan totalitas. Jangan separuh-separuh. Entah dibuat desk untuk menyelesaikan gedung itu , setelah masalah ini selesai, desk nya dibubarkan," pungkasnya.

Menurutnya, pemerintah daerah dan pihak legislatif sebagai pemangku kebijakan untuk memprioritaskan masalah ini. Dia mengajak para stakeholder untuk berpikir langkah strategis sehingga bisa mengurai 'benang kusut' dari permasalahan ini.

"Saya sebagai Dekan akan berkoordinasi dengan Direktur rumah sakit. SDM kalau diperlukan kita kirim dari fakultas supaya disamping pendidikan, juga untuk memberikan pelayanan.. Kalau perlu kita buat FGD, kita lihat benang kusutnya dimana. Kita selesaikan sama-sama. Tidak usah membahas masa lalu, karena menurut saya buang waktu saja. Sama-sama berpikir kedepan, apa yang harus kita rencanakan," kata Prof. Maimun Syukri.

"Saya masih optimis gedung itu terwujud. Tidak mungkin akan seperti ini terus. Malu kita sama anak cucu, dana sudah ada, yang susah sebenarnya mencari dana. Kita diberi amanah oleh Allah berupa ilmu dan jabatan, yang intinya kita diminta supaya bisa memberi kemaslahatan untuk ummat," tambah dia.


Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda