Beranda / Berita / Aceh / Literasi Melawan Lupa Membangun Siaga

Literasi Melawan Lupa Membangun Siaga

Rabu, 25 Desember 2019 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat rawan terhadap bencana, khususnya gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan beberapa bencana alam lainnya. 

Kondisi ini tidak terlepas dari letak geografis Indonesia yang berada pada zona cincin api karena diapit oleh tiga lempeng bumi aktif di dunia, rangkaian jalur gunungapi, serta kondisi hidrologis dan klimatologis.

Tingginya risiko bencana sejatinya membentuk kesadaran ditengah-tengah masyarakat bahwa mereka harus bisa "bersahabat" dengan bencana, karena tinggal diwilayah yang memiliki risiko yang tinggi. Kesadaran tersebut idealnya tidak hanya didapatkan dari sisi teknologi, namun juga dari sosial, kebudayaan, termasuk meningkatkan kemampuan mereka untuk belajar mengurangi risiko bencana.

Demikian disampaikan Dr. Hendra Syahputra, founder Titik Temu Asia, saat didapuk sebagai ketua panitia saat peluncuran novel berjudul Te O Teriatte (Genggam Cinta), karya Akmal Basery Nasral, di VIP Room Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Selasa (24/12/2019). 

Kegiatan ini dibuka oleh Rektor Universitas Syiah Kuala,. Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng, dengan menghadirkan pemateri Akmal Nasery Basral, pembahas Yulia Direzkia, M.Si. Pssikolog dan moderator Dr. Hendra Syahputra. M.M.

Menurut Hendra, salah satu bagian yang dalam pengurangan risiko bencana adalah mengakses informasi terkait daerah rawan bencana, melakukan tindakan yang mengandung mitigasi bencana, mengantisipasi bencana dengan skenario terburuk, serta meminimalkan risiko. salah satu upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pengurangan risiko bencana

Satu saluran untuk mendapatkan pengetahuan adalah media massa. Peran media yang memiliki elemen penting dalam penyadaran publik, dalam memberikan informasi, tidak terkecuali informasi bencana. Selain meningkatkan kemampuan literasi yang baik, juga bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari bahan bacaan tersebut

Uda Akmal panggilan akrab penulis,  menceritakan buku itu ia tulis berdasarkan kisah nyata seorang remaja korban Tsunami Aceh 2004 silam dan riset sang penulis berkait bencana tsunami. Buku dengan judul "Te O Toeriatte" ini bercerita tentang seorang gadis asal Aceh yang mengalami PTSD (Post- Traumatic Stress Disorder).

Dikisahkan,  Meutia Ahmad Sulaiman baru berusia 14 tahun ketika tsunami Aceh menewaskan kedua orangtua dan ketiga adiknya pada tahun 2004. Dia selamat tersangkut di tiang kapal yang terdampar di pemukiman warga. 

Kisah Meutia mendapat liputan media massa internasional dan menarik perhatian suami-istri Hiroshi dan Harumi di Fukushima, Jepang, untuk mengadopsinya dan di sinilah kisah meutia dimulai dalam sebuah buku "Te O Toeriatte.

Uda Akmal menambahkan, kisah Meutia beberapa tahun kemudian bersama orang tua angkatnya di Jepang dengan terulangnya musibah gempa dan Tsunami di Tohoku serta Fukushima sehingga mengingatkannya kembali dengan musibah di Aceh sehingga membuatnya traumatik.

"Untuk beberapa tahun selanjutnya Meutia merasakan kebahagiaan sebuah keluarga. Namun, triple disaster yang menghancurkan Tohoku (gempa bumi dan tsunami) serta Fukushima (kebocoran reaktor nuklir) pada tahun 2011 dan menewaskan orangtua angkatnya, membuat hidup Meutia kembali terpuntir pusaran traumatik yang meretakkan jiwanya," kata Uda Akmal.

Yulia Direzkia, M.Si., psikolog menjelaskan, traumatik yang dialami oleh Meutia dalam hidupnya selama bencana di Aceh dan Jepang.

"Beberapa halaman menjelaskan traumatik PTSD yang dialami oleh Meutia. Salah satunya saat dia berada dalam sebuah Taxi dan tiba-tiba berteriak kepada supir untuk berhenti karena ia melihat seorang anak kecil laki-laki menyebrang seumuran adiknya yang terlepas dari pelukannya saat diterjang ombak Tsunami Aceh 15 tahun silam, dan saat diperiksa oleh supir tidak ada siapapun yang menyebrang," jelasnya.

Salah satu media pembelajaran untuk pengurangan risiko bencana, adalah belajar dari apa yang dituliskan oleh orang lain. Seperti apa yang dilakukan oleh seorang penulis produktif dan kreatif Indonesia. 

Akmal Nasery Basral mantan wartawan majalah Tempo dan Gatra, dan kini menjadi novelis dengan karya-karya seperti Nagabonar Jadi 2 (2007), Sang Pencerah (2010), Trilogi Imperia ( Ilusi Imperia, Rahasia Imperia, Coda Imperia, 2014-2018), serta Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018), dan  Te o Toriatte (Genggam Cinta) di tahun 2019.

Novel terbarunya berjudul Te o Toriatte (Genggam Cinta). Novel ini diilhami dari kisah nyata penyintas Gempa dan Tsunami Aceh 2004 yang bernama Meutia. Dikisahkan Meutia, seorang remaja putri berusia 12 tahun penyintas (survivor) tsunami Aceh hidup sebatang kara setelah kehilangan orang tua dan ketiga adiknya, kemudian diadopsi oleh pasutri Jepang yang tinggal di Fukushima, Jepang. 

Tujuh tahun kemudian, pada 2011, terjadi bencana alam triple disaster (gempa bumi, tsunami dan kebocoran reaktor nuklir) di Negeri Sakura yang menewaskan pula orang tua angkatnya. Ia pun didera PTSD. Di tengah deraan PTSD ( Post-Traumatic Stress Disorder ) yang dialami setiap hari, Meutia yang kini berusia 29 tahun dan sedang mengejar mimpi untuk menjadi doktor ilmu komputer

Bertepatan dengan memperingati 15 tahun gempa dan tsunami Aceh, Titik Temu Asia, bekerjasama dengan Universitas Syiah Kuala, Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik (PRPRK) Universitas Syiah Kuala, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, dan Jaringan Survey Inisiatif, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Ar-Raniry, LKMS Mahirah Muamallah Syariah, Bank Rakyat Indoensia, Gramedia, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Radio Three FM 94,5 FM, RRI Pro2 FM 92,6 Mhz serta PKBI.

Berangkat dari narasi di atas, Bedah Buku dan Diskusi Buku Karya Akmal Nasery Basral berjudul Te o Toriatte. Semoga kisah yang dituliskan Akmal Nasery Basral bisa mengingatkan kita bahwa melalui narasi literasi kita juga bisa melawat lupa dan membangun siaga.

Akmal Nasery Basral akan diagendakan juga hadir pada penyerahan Buku Te O Toriatte pada peringatan 15 Tahun Gempa dn Tsunami Aceh 2004 pada tanggal 26 Desember 2019 di Pidie. []


Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda