Beranda / Berita / Aceh / Masyarakat dunia dukung Gubernur Irwandi lindungi Leuser

Masyarakat dunia dukung Gubernur Irwandi lindungi Leuser

Sabtu, 31 Maret 2018 13:32 WIB

Font: Ukuran: - +


Irwandi Yusuf


DIALEKSIS.COM, Banda Aceh -- Gerakan "global Love the Leuser" yang mengajak masyarakat dunia menjaga Ekosistem Leuser menyampaikan pesan kepada Gubernur Aceh Irwandi Yusuf agar memenuhi janjinya mewujudkan Visi Hijau Aceh memberikan perlindungan.

Gubernur Irwandi Yusuf dalam beberapa kesempatan, selalu menekankan pentingnya menjaga Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Selain sebagai warisan untuk generasi mendatang, hutan tersebut juga dapat mencegah terjadinya bencana alam.

Ditegaskan, Aceh menjaga hutan dan Lingkungan bukan disebabkan karena permintaan Pihak Asing atau Donor. "Kita harus melindungi hutan karena kebutuhan kita sendiri, terutama Gayo Lues yang memiliki topografi yang ekstrim yang membuat daerah ini rentan terhadap bencana alam apabila keseimbangan alam terganggu " papar Irwandi kepada media.

Sementara, amazon, Great Barrier Reef, Grand Canyon, dan sekarang adalah Ekosistem Leuser. Satu gerakan global telah melibatkan LSM lokal dan internasional untuk bergabung dengan seniman grafis terkenal Asher Jay, fotografer peraih penghargaan Paul Hilton, serta aktor dan aktivis Leonardo DiCaprio untuk membawa perhatian internasional pada Ekosistem Leuser, suatu wilayah di tepi utara Sumatra, Indonesia itu.

Para komunitas lokal, ahli biologi satwa liar ternama, konservasionis hutan, aktivis hak asasi manusia dan pejuang perubahan iklim, mengatakan bahwa sudah waktunya untuk Ekosistem Leuser mendapatkan pengakuan layak yang penting sebagai prioritas konservasi global. Mereka kemudian menggunakan media seni grafis, fotografi, video dan realitas maya yang disebarkan melalui media sosial dan tradisional untuk mengangkat profil dari lanskap Ekosistem Leuser yang unik pada ketenaran, agar para pelaku industri berusaha untuk menghindari resiko reputasi sebagai penyebab kerusakan yang terjadi di Ekosistem Leuser demi mendapatkan keuntungan jangka pendek. 

Seluas 2,6 juta hektar hutan hujan yang membentang di Ekosistem Leuser menjadi salah satu yang terluas dan tersisa di Asia Tenggara, dan menjadi tempat terakhir di dunia dimana orangutan, gajah, harimau, dan badak hidup bersama di alam bebas. Para ilmuwan satwa liar telah memperingatkan bahwa empat jenis satwa yang kini terancam punah akan punah selamanya jika hutan yang tersisa di Ekosistem Leuser ini hancur.

Ekosistem Leuser merupakan ekosistem bersejarah yang dikenal oleh ilmu pengetahuan telah mengalami ribuan tahun evolusi tak terputus hingga menghasilkan salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati tertinggi. Ekosistem ini kaya flora dan fauna, termasuk setidaknya 105 jenis mamalia, 386 jenis burung, 95 jenis reptil dan amfibi dan 8.500 spesies tanaman. Banyak diantaranya seperti Thomas Leaf Monkey, atau dikenal sebagai ‘Monyet Kedih,’ merupakan spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Ekosistem Leuser membentang diantara dua provinsi di Sumatra yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Terpilihnya kembali Irwandi Yusuf, yang terkenal dengan julukannya sebagai ‘Gubernur hijau’, sangat berharap agar memprioritaskan usaha konservasi Leuser pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun-tahun terakhir.

Meskipun sekitar sepertiga dari wilayah Ekosistem Leuser ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Leuser telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sebetulnya masih banyak wilayah Ekosistem Leuser dengan tingkat keanekaragaman hayati hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang paling kaya berada di luar batas-batas taman nasional.

Jutaan orang yang tinggal diwilayah tersebut tergantung pada sungai-sungai bersih yang berasal dari Ekosistem Leuser untuk air minum, melindungi dari banjir, dan irigasi bagi mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Sebuah gerakan konservasi lokal juga tengah berkembang dengan memasukkan upaya politik, ilmiah dan hukum yang kuat bagi warga yang tinggal di wilayah ini. Usaha tersebut dilakukan dengan memberikan advokasi untuk perlindungan dan strategi pertumbuhan hijau untuk pembangunan.

Ekosistem Leuser muncul dalam film dokumenter Leonardo DiCaprio yang berjudul Before the Flood sebagai daerah yang berfungsi penting untuk melindungi keseimbangan iklim dunia, film ini kemudian menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton dalam sejarah. Selain dijuluki sebagai ‘ibukota orangutan dunia’.

Ekosistem Leuser juga merupakan rumah bagi tiga rawa gambut utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon paling kaya di bumi. Hutan-hutan rawa gambut yang basah menangkap sejumlah besar karbon dari atmosfer kita dan menyimpannya dengan aman di bawah tanah.

Sayangnya, meskipun ilegal, banyak lahan gambut ini dikeringkan dan dibakar untuk dijadikan industri perkebunan kelapa sawit. Ketika ini terjadi, polusi karbon dalam jumlah besar dilepaskan ke udara, peristiwa kebakaran terakhir diperkirakan telah menyebabkan 100.000 kematian di seluruh Asia Tenggara.

Kebakaran hutan yang terjadi di puncak tahun 2015 telah membuat Indonesia melepaskan polusi karbon yang sama dengan jumlah polusi dari seluruh gabungan kegiatan ekonomi AS setiap harinya.

Farwiza Farhan, Ketua Yayasan HakA (Hutan Alam dan Lingkungan Aceh, mengatakan, skosistem Leuser merupakan sumber daya vital yang memberikan kehidupan bagi jutaan orang, banyak di antaranya bergantung pada hutan yang sehat dan air bersih sebagai mata pencaharian utama mereka dari generasi ke generasi. Melindungi hutan tak tergantikan dari Ekosistem Leuser merupakan prioritas lingkungan yang penting, namun disisi lain banyak masalah hak asasi manusia yang juga perlu mendapat perhatian," kata Panut Hadisiswoyo. Aktivis OIC (Orangutan Information Center). "Ekosistem Leuser merupakan harapan masa depan bagi kehidupan manusia dan satwa liar di bumi,"  

Sementara Forum Konservasi Leuser (FKL), Rudi Putra memaparkan, nilai terdalam Ekosistem Leuser terdapat pada air yang disediakan. "Jutaan orang bergantung pada sumber air ini, ketika hutan rusak masyarakat kita akan mulai rusak juga. Ekosistem Leuser adalah tempat yang indah dan menarik. Ia memiliki kekuatan untuk membuat Anda menangis. Namun keserakahan demi kekayaan dan status telah mendorong banyak pihak mengambil keuntungan yang hanya bersifat sementara. Sekarang kita menghadapi kenyataan menyedihkan bahwa apabila kerusakan hutan tidak berhenti, maka anak cucu kita suatu hari nanti akan hidup tanpa air. Tapi kita tidak lagi berdiri untuk mewarisi bencana bagi generasi yang akan datang. Kita akan terus berjuang kembali. Saya yakin jika kita bekerja sama, kita bisa memiliki kekuatan untuk mencegah kehancuran dan melindungi Ekosistem Leuser untuk masa depan kita bersama."

Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, kawasan Ekosistem Leuser (KEL) memiliki kekayaan flora fauna yang tidak dimiliki tempat lainnya di dunia ini. "KEL juga berfungsi sebagai kawasan yang melindungi sumber air bagi masyarakat yang tinggal di Aceh dan Sumatra Utara", ungkap Muhammad Nur, Direktur Walhi Aceh.

Saat ini akan terancam akibat aktivitas pembukaan lahan untuk energi, perkebunan sawit, pembangunan jalan, pertambangan, penebangan liar yang tidak memperhatikan aspek hukum lingkungan, terus merusak keseimbangan KEL. Karenanya perlu kebijakan tata ruang ruang Aceh perlu memberikan perlindungan khusus terhadap KEL yang dilakukan antara internasional, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

Rainforest Action Network (RAN) menjelaskan, ekosistem Leuser adalah harta dunia dan menjadi salah satu hutan hujan utuh yang paling penting yang tersisa di dunia. "Akan tetapi hanya sedikit orang yang telah mendengar dan tau tentang Ekosistem Leuser," kata Lindsey Allen, Direktur Eksekutif Rainforest Action Network (RAN) (berbagai sumber/hijauku.com).


Keyword:


Editor :
Ampuh Devayan

riset-JSI
Komentar Anda