Beranda / Berita / Aceh / Nestapa Nakes Aceh, Sudah Dihujat Ditinggal Pula

Nestapa Nakes Aceh, Sudah Dihujat Ditinggal Pula

Jum`at, 24 September 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

DIALEKSIS.COM | Aceh - Khana Deresa Najwa (15), seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Lhokseumawe terbaring lemah usai dilakukan vaksinasi di sekolah.

Ia mengalami sesak nafas hingga terpaksa dirawat inap di Rumah Sakit Bunga Melati, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh, DR, dr Safrizal Rahman, M.Kes, SpOT meminta masyarakat untuk tidak menyalahkan siapa-siapa atas kejadian tersebut.

Ia menyebutkan, secara medis kondisi lemah yang dialami oleh siswi SMKN 1 Lhokseumawe usai vaksinasi ini akibat gangguan psikosimatik yang dialami pasien.

"Kita sudah selediki kasusnya. Itu akibat psikosimatik. Anak ini barangkali pagi nanti sudah boleh pulang," ujar dr Safrizal saat dihubungi reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Jumat (24/9/2021).

Jika memahami psikosimatik, seperti dilansir website Alodokter.com, gangguan psikosomatik hingga kini masih menjadi fenomena medis yang belum dapat dijelaskan secara pasti. Seseorang yang mengalami gangguan ini dapat merasakan gejala penyakit tertentu saat penderita merasa stres, cemas, atau pun takut.

Hujatan Menyasar Nakes

Pasca tersiar kabar kondisi siswi SMKN 1 Lhokseumawe lemas setelah divaksin, hujatan demi hujatan juga gencar menyasar Tenaga Kesehatan (nakes) selaku vaksinator di sekolah tersebut.

Netizen menilai nakes terlalu arogan, tidak profesional atau tidak taat aturan pada prosedural vaksinasi. Bahkan bermunculan juga teori-teori konspirasi menyangkut program vaksinasi di sekolah.

Ketua IDI Aceh, dr Safrizal mengaku kecewa akibat nakes yang terus dipojokkan setelah kejadian yang menimpa seorang siswi di Lhokseumawe.

Dari awal dr Safrizal mengaku getir karena program vaksinasi sekolah bukanlah program yang diinisiasi oleh para dokter, melainkan program yang diinisiasi oleh pemerintah, dimana posisi nakes hanya diminta bantu oleh pemerintah untuk menjadi vaksinator di sekolah-sekolah (tukang suntik vaksin di sekolah).

dr Safrizal juga mengaku sudah mengecek penuh semua prosedural para nakes yang menjalankan vaksinasi bagi anak di sekolah. Ia terus berkoordinasi dengan IDI kabupaten/kota se-Aceh dalam menanyakan perihal perkembangan vaksinasi di sekolah-sekolah.

Sebelumnya dr Safrizal mengaku sudah mempunyai firasat dimana ia khawatir apabila suatu saat terjadi masalah pada program vaksinasi di sekolah, pihak nakes akan ditinggalkan sendiri menghadapi konsekuensinya.

Atas kekhawatiran itu, dr Safrizal selalu mengingatkan dan mewanti-wanti teman-temannya yang juga sesama dokter untuk tetap pada koridor dan terus mengedepankan aturan standar vaksinasi.

"Para nakes ini, sudah dia berhadapan dengan orang-orang Covid, berhadapan pula dengan masyarakat yang nggak percaya vaksin. Muncul program pemerintah, kita diminta bantu untuk melakukan vaksinasi. Setelah kita sanggupi, kita diminta datang untuk membantu vaksinasi di sekolah. Begitu kejadian, kita langsung diserang sana-sini, gimana nasib kami coba. Kan sedih sekali kami ini," ungkap dr Safrizal.

"Bayangkan jika semua program yang dijalankan begitu. Kita diminta ikut serta. kita lakukan tindakan vaksinasi. Terus begitu ada kejadian, kita dibiarkan sendiri. Coba bayangkan. Kasian tenaga kesehatan," sambungnya.

Seharusnya, kata dr Safrizal, pihak Dinas Kesehatan bisa cepat tanggap mengklarifikasi kejadian tersebut. Siswi yang lemah setelah vaksinasi harus diinvestigasi kasusnya secara bersama-sama.

"Kita ini satu nafas. Sama-sama bekerja untuk bangsa. Kalau rakyatnya sehat maka bangsanya juga kuat. Untuk mencapai kesehatan ini, ya sama-sama harus kita jalani. Kalaupun ada masalah nanti, sama-sama harus kita hadapi. Jadi jangan lah diapakan terus para nakes ini," pungkas dr Safrizal.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda