Beranda / Berita / Aceh / Perkuat Ekonomi, Perempuan Penyintas dan Kelompok Marginal di Aceh Dibimbing Jadi Wirausaha

Perkuat Ekonomi, Perempuan Penyintas dan Kelompok Marginal di Aceh Dibimbing Jadi Wirausaha

Minggu, 15 Oktober 2023 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Bimbingan Teknis (Bimtek) kewirausahaan berperspektif gender bagi 40 perempuan penyintas korban konflik dan kelompok marjinal lainnya yang digelar pada 12-14 Oktober 2023 di Ivory Cafe, Banda Aceh. Dokumen Flower Aceh untuk dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) dan Flower Aceh melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) kewirausahaan berperspektif gender bagi 40 perempuan penyintas korban konflik dan kelompok marjinal lainnya. Bimtek digelar pada 12-14 Oktober 2023 di Ivory Cafe, Banda Aceh. 

Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati yang juga sebagai Ketua Dewan Pengawas ASPPUK mengatakan bimtek ini bertujuan mendukung hak ekonomi kelompok rentan dan terpinggirkan.

Selain itu, juga untuk memperkuat ketahanan ekonomi perempuan dan berkontribusi dalam pembangunan di Aceh.

"Bimtek ini untuk mengembangkan bisnis ramah lingkungan yang responsif gender sebagai alternatif melawan ketidakadilan bisnis eksploitatif," kata Riswati dalam keterangan yang diterima dialeksis.com, Sabtu (14/10/2023).

Riswati mengatakan melalui pelatihan melalui kewirausahaan berbasis gender, mereka dapat memperoleh dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi tantangan sosial dan ekonomi yang mereka hadapi.

Selama tiga hari peserta diberi pemahaman bagaimana berwirausaha melihat dari sudut pandang gender. 

Peserta mendapatkan penguatan perspektif gender, dilatih memetakan ide usaha, membuat analisis SWOT, strategi pemasaran. 

"Peserta juga dilatih digital marketing seperti belajar desain logo atau produk, strategi pemasaran, hingga pencatatan keuangan sederhana," ujarnya.

Lanjutnya, salah satu contoh persoalan bisnis yang tidak berbasis gender ketidaksetaraan dalam kesempatan kerja dan gaji antara laki-laki dan perempuan, kemudian diskriminasi dalam perekrutan dan promosi karyawan berdasarkan jenis kelamin. 

Misalnya, ketika perusahaan lebih cenderung memilih atau laki-laki daripada perempuan untuk posisi manajerial tertentu, meskipun kualifikasi dan pengalaman mereka sama. Selain itu kurangnya akses perempuan terkait modal dan sumber daya untuk mengembangkan bisnis mereka.

Hal ini menciptakan ketidaksetaraan gender di tempat kerja dan menghambat peluang karier perempuan, tanpa mempertimbangkan potensi dan kemampuan mereka secara adil.

"Dengan meningkatkan kapasitas dan keterampilan di bidang ekonomi, mereka dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian diri serta keluarga," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda