Beranda / Berita / Aceh / Persoalan Kerusakan Lingkungan Tak Akan Pernah Selesai Jika Hutan Masih Dianggap Sebatas Komoditi

Persoalan Kerusakan Lingkungan Tak Akan Pernah Selesai Jika Hutan Masih Dianggap Sebatas Komoditi

Jum`at, 25 November 2022 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Pemerhati Lingkungan, TM Zulfikar. [Foto: Ist.]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerhati lingkungan, TM Zulfikar menegaskan, persoalan kerusakan lingkungan di Aceh tidak pernah selesai dikarenakan masih banyak pihak yang memandang hutan sebagai komoditi.  

“Banyak pihak masih menganggap sumber daya alam sebagai materi untuk diekspolitasi. Pola pikir seperti ini yang menurut saya perlu segera diubah,” sebut TM Zulfikar kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Jumat (25/11/2022).

Menurut Zulfikar, kekayaan alam tidak hanya sebatas materi untuk dieksploitasi saja, tetapi dengan menjaga alam banyak keuntungan yang didapat.

Semisal, kata dia, dengan menjaga alam dapat memastikan ketersediaan sumber air bersih di daerah. Seandainya sumber air sudah tidak ada, maka penduduknya akan dipaksa membeli air kemasan.

Di saat krisis air terjadi, Zulfikar menegaskan bahwa kemungkinan harga untuk sebotol air bersih saja bisa melebihi harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dan kekhawatiran ini yang tidak diinginkan oleh siapapun terjadi.

“Makanya kita harus memikirkan ke depan, jangan lagi kita melihat lingkungan sebagai komoditi saja,” tegasnya.

Pemerhati lingkungan itu juga tidak menafikan bahwa upaya merubah pola pikir hutan dari anggapan hanya sebatas komoditi ke kawasan yang perlu dirawat bersama tidaklah mudah bak membalikkan telapak tangan.

Untuk merubah gambaran tersebut, menurut Zulfikar, kampanyenya harus dimulai dari sekarang. Semua pihak diajak terlibat, dimulai dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan juga Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) harus selaras satu tujuan untuk sama-sama berkomitmen menjaga lingkungan.

“Karena apapun issue yang berkembang, harus bicara Aceh sebagai daerah yang berwawasan lingkungan,” tuturnya.

Kemudian, hal yang tak kalah penting menurut Zulfikar ialah bagaimana menyelaraskan upaya perawatan lingkungan dengan mata pencaharian di kawasan tersebut. Semisal, kata dia, seperti pengembangan wilayah ekowisata.

Menurut Zulfikar, kawasan ekowisata memberikan banyak manfaat. Di satu sisi kawasan tersebut menjadi terlindungi dari oknum penebang liar, di sisi lain juga membawa banyak manfaat bagi pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar karena perputaran uang terjadi di kawasan tersebut.

“Kalau bisa berkembang, saya pikir ini akan luar biasa,” pungkasnya.(Akh)


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda