Beranda / Berita / Bitcoin Siap-siap "Meledak"

Bitcoin Siap-siap "Meledak"

Jum`at, 02 April 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Harga mata uang kripto bitcoin meroket hingga lebih dari 100% di kuartal I-2021. Dengan kenaikan tersebut, bitcoin mencatat kinerja terbaik sejak tahun 2013. Penerimaan yang semakin luas, mulai dari investor institusional, perusahaan aset manajemen, bank investasi besar, hingga perusahaan-perusahaan rakasasa, menjadi pemicu meroketnya harga bitcoin di tiga bulan pertama tahun ini.

Melansir data Refinitiv, di akhir 2020 bitcoin berada di level US$ 28.987,6/BTC, sementara di akhir kuartal I-2020, Rabu (31/3/2021) di level US$ 58.950.02/BTC. Artinya bitcoin meroket 103,36% dalam 3 bulan.

Dua pekan lalu, Morgan Stanley menjadi bank besar pertama di AS yang memberikan layanan bitcoin ke nasabahnya. Meski tidak semua nasabah, bahkan yang kaya, bisa mendapatkan layanan tersebut.

Langkah Morgan Stanley tersebut kini diikuti rivalnya, Goldman Sachs. Mary Rich, head of digital assets Goldman Sachs kepada CNBC International mengatakan pada kuartal II-2021 Goldman Sachs menawarkan investasi bitcoin dalam "spectrum penuh", yakni bisa berupa investasi fisik, produk derivatif, ataupun sarana investasi tradisional.

?Kami bekerja sama dengan tim di seluruh perusahaan untuk mencari cara untuk menawarkan akses yang bijaksana dan sesuai ke ekosistem untuk klien Wealth Management, dan kami berharap bisa ditawarkan dalam waktu dekat," ujar Mary Rich, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (1/4/2021).

Meski demikian, syarat agar bisa mendapat layanan mata uang kripto dari Goldman Sachs lebih tinggi ketimbang Morgan Stanley.

Morgan Stanley baru akan memberikan akses kepada nasabah dengan "toleransi risiko yang agresif" yang memiliki dana yang dikelola perusahaan minimal US$ 2 juta. Sementara Goldman Sachs menargetkan nasabah baik individu maupun keluarga dengan dana kelolaan minimal US$ 25 juta.

Kabar dari Goldman Sachs tersebut masih belum mampu membuat bitcoin kembali meroket, meski belakangan ini sudah kembali menanjak, dan berada di dekat US$ 59.000/BTC.

Danny Scott, kepala eksekutif bursa kripto CoinCorner, melihat data pergerakan secara historis menunjukkan melempemnya bitcoin di bulan Maret akan diikuti oleh penguatan tajam di bulan April.

"Waktu dalam satu tahun ini menjadi faktor dan bulan April selalu menjadi perhatian, sebab merupakan akhir tahun pajak di Inggris dan Amerika Serikat (AS)," kata Scott, sebagaimana dilansir Forbes, Minggu (28/3/2021).

Menurutnya, dalam 10 tahun terakhir rata-rata bitcoin menguat 51% di bulan April. Jika hal tersebut terjadi lagi di tahun ini, maka harga bitcoin akan meroket ke atas US$ 80.000/BTC bulan depan.

Sementara itu, Bobby Lee, founder bursa kripto BTCC, juga memprediksi harga bitcoin akan meroket lagi di tahun ini, tetapi ada prediksi yang horor. Lee menyebut meroketnya harga bitcoin akan disusul terjadinya crash hingga 90%.

"Siklus bullish datang dan pergi, setelah mencapai puncak maka akan terjadi penurunan secara perlahan dan saat itulah bubble pecah. Itu (penurunan) bisa berlangsung selama 2 hingga 3 tahun,"

Lee memprediksi harga emas akan melesat ke US$ 100.000/BTC di musim panas (sekitar Juni sampai September) dan mencapai US$ 300.000/BTC di akhir tahun, sebelum akhirnya crash 90%. kemudian mengalami masa stagnan dalam waktu yang lama, hingga disebut mengalami "crypto winter"[CNBC Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda