Beranda / Berita / Dunia / Gabriel Attal, Perdana Menteri Baru Prancis: Dinamika Keberagaman dan Tantangan di Era Kepemimpinan Macron

Gabriel Attal, Perdana Menteri Baru Prancis: Dinamika Keberagaman dan Tantangan di Era Kepemimpinan Macron

Rabu, 10 Januari 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Gabriel Attal. Foto: Pbs.org


DIALEKSIS.COM | Dunia - Prancis memasuki fase krusial menjelang Olimpiade Paris Juli-Agustus dan pemilihan parlemen dengan langkah besar dariPresiden Emmanuel Macron

Perombakan kabinet dilakukan dengan penunjukan Gabriel Attal sebagai perdana menteri, sebuah keputusan strategis untuk mempertajam tim pemerintah dalam tiga tahun tersisa masa kepresidenannya.

Dalam pernyataan resmi, Macron menyampaikan keyakinannya terhadap Attal, "Saya tahu saya dapat mengandalkan energi dan komitmen Anda." ujarnya. 

Presiden menugaskan Attal untuk membentuk pemerintahan yang diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan, termasuk persiapan Olimpiade dan risiko kalah di pemilihan parlemen yang dipimpin oleh oposisi sayap kanan Marine Le Pen.

Perjalanan politik Macron, termasuk reformasi pensiun kontroversial dan kehilangan mayoritas dalam pemilihan parlemen, menciptakan ketegangan di tengah kepemimpinannya. 

Meskipun berhasil memenangkan pemilu tahun 2022 untuk masa jabatan kedua, kekhawatiran muncul di kalangan menteri tentang potensi kemenangan Le Pen pada pemilihan presiden 2027.

Gabriel Attal, yang diprediksi menjadi pengganti perdana menteri sebelumnya, akan menghadapi persaingan sengit menjelang pemilu Eropa. Jordan Bardella, pemimpin partai sayap kanan RN berusia 28 tahun, dianggap sebagai pesaing kuat.

Selama pandemi Covid-19, Attal menonjol sebagai juru bicara pemerintah dan politisi paling populer di Prancis, bahkan menyaingi popularitas calon presiden Edouard Philippe. Keberhasilannya dalam manajemen krisis dan keterbukaannya mengenai orientasi seksualnya sebagai seorang gay membuatnya menonjol.

Keputusan Attal saat menjabat sebagai menteri pendidikan mengumumkan larangan pemakaian abaya di ruang kelas menciptakan kontroversi, menguji prinsip sekularisme di sekolah negeri Prancis. 

Aktif dalam mengurangi permasalahan perundungan di sekolah, Attal bahkan mengakui pengalaman pelecehan homofobik saat menempuh pendidikan di sekolah swasta bergengsi di Paris, l'Ecole Alsacienne.

Dengan latar belakang keberagaman, Attal, anak dari keturunan Yahudi Tunisia dan ibu dari Rusia, menandai era baru dalam kepemimpinan Prancis, menghadapi tantangan besar yang mendekat. [cnbcindonesia]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda