Beranda / Berita / Dunia / Khaw Boon Wan: Selat Malaka Tetap Terbuka, Aman dan Bersih

Khaw Boon Wan: Selat Malaka Tetap Terbuka, Aman dan Bersih

Selasa, 25 September 2018 03:43 WIB

Font: Ukuran: - +

Otoritas Pelabuhan Singapura melakukan latihan darurat feri tahunan untuk menguji kesiapan berbagai lembaga dalam menanggapi kecelakaan kapal feri di Pelabuhan Singapura.


DIALEKSIS.COM | Singapura - Setiap tahun, lebih dari 80.000 kapal melewati selat Malaka dan Singapura, membawa sepertiga barang dagangan di dunia.

Sepersenam dari total pasokan minyak dunia juga melewati perairan yang sama, kata Khaw Boon Wan, Menteri Koordinator Infrastruktur dan Menteri Transportasi.

Dengan demikian menjadi penting bahwa selat-selat ini tetap "terbuka, aman dan bersih", katanya di Forum Kerjasama ke-11 - salah satu dari tiga pilar Mekanisme Kerjasama untuk Keselamatan Navigasi dan Perlindungan Lingkungan di Selat Malaka dan Singapura.

Forum ini adalah jalan utama bagi Indonesia, Malaysia dan Singapura, dan komunitas maritim internasional untuk mengatasi masalah yang menjadi perhatian bersama, bertukar informasi dan berbagi perspektif tentang isu-isu penting yang berkaitan dengan selat.

Ketiga negara telah menggunakan forum dengan baik untuk membahas cara-cara bekerja sama, dan satu inisiatif penting adalah survei hidrografi selat bersama yang sedang dilakukan oleh negara-negara ini bersama dengan Jepang, kata Khaw pada pembukaan forum dua hari di Grand Hyatt Hotel pada hari Senin (24 September).

Data yang dikumpulkan dari survei akan digunakan untuk menghasilkan bagan navigasi elektronik yang lebih terkini dan terperinci.

Proyek ini "hampir 40 persen selesai" sejak diluncurkan tahun lalu dan akan selesai pada 2020.

Kata Mr Khaw: "Indonesia, Malaysia dan Singapura juga telah meningkatkan kerja sama dalam hal operasional, dan tanggap darurat kami terhadap insiden seperti tumpahan dan kecelakaan feri."

 "Untuk tujuan ini, kami baru-baru ini melakukan latihan tumpahan bahan kimia bersama dengan Malaysia, dan bekerja sama dengan Indonesia untuk menyelesaikan rencana kontinjensi kecelakaan kapal gabungan kami."

Dalam pidatonya, Mr Khaw juga mencatat pentingnya mengantisipasi dan mengatasi tantangan masa depan.

Kata Mr Khaw: "Sebagai contoh, teknologi dapat membuat pengiriman lebih aman, melalui penggunaan sensor dan sistem canggih lainnya di atas kapal. Tapi masih ada ruang untuk menghilangkan kecelakaan navigasi."

Dalam hal ini, penerapan e-navigasi merupakan inisiatif penting, katanya.

Tantangan lain adalah membuat pengapalan yang bersih dan berkelanjutan.

Mr Khaw menekankan bahwa ini membutuhkan komitmen kolektif dan kerja sama dari semua pemangku kepentingan. Straitstime.com


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda