Beranda / Berita / Dunia / Mesir Bebaskan Wartawan yang Ditahan Karena Liput Kerusuhan Luxor

Mesir Bebaskan Wartawan yang Ditahan Karena Liput Kerusuhan Luxor

Kamis, 08 Oktober 2020 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Basma Mostafa, jurnalis media al-Manassa, di Kairo, Mesir, 11 Juli 2020. (Foto: AP).


DIALEKSIS.COM | Meksiko - Pihak berwenang Mesir telah membebaskan seorang jurnalis setempat yang ditahan akhir pekan lalu di Luxor, karena meliput dugaan pembunuhan terhadap seorang pria dalam sebuah aksi penggerebekan polisi, kata pengacara jurnalis tersebut, Rabu (7/10/2020).

Basma Mostafa (30), dibebaskan dari kantor polisi di Kairo, Selasa malam, satu hari setelah kantor kejaksaan memerintahkan demikian sementara menunggu hasil penyelidikan atas tuduhan bahwa ia menyebarkan berita bohong melalui media sosial, kata pengacara HAM Karim Abdel-Rady, yang kebetulan juga suami Mostafa.

Ibu dua anak ini berada di Luxor, Sabtu pagi, untuk meliput kerusuhan di desa el-Awamiya, menyusul kematian seorang pria yang diduga terjadi saat dalam penanganan polisi pekan lalu, menurut Amnesty International.

Media tempat Mostafa bekerja, situs berita al-Manassa, kemudian kehilangan kontak dengannya. Pada Minggu, menurut Abdel-Rady, Mostafa muncul di markas dinas keamanan negara di ibu kota, Kairo, di mana ia kemudian dinterogasi dan diperintahkan untuk ditahan selama 15 hari.

Jaksa penuntut umum Hamada el-Sawy memerintahkan pembebasannya, Senin, sementara menunggu hasil penyelidikan bahwa Mostafa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan berita bohong yang ditujukan untuk mengganggu keamanan dan ketertiban. Mostafa membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa ia hanya melaksanakan tugasnya sebagai jurnalis.

Pihak berwenang mengatakan, mereka sebelumnya memerintahkan penangkapan terhadap seorang warga Luxor bernama Eiwis el-Rawy, bersama sejumlah kerabatnya, untuk diinterogasi terkait tuduhan melakukan teror. Mereka mengatakan el-Rawy meninggal karena melawan polisi yang dikirim untuk menangkapnya. Ayah el-Rawy membantah laporan bahwa putranya meninggal di rumah saat melawan polisi. Pernyataan yang kontradiktif ini memicu kerusuhan, dan akhirnya mengundang kehadiran Mostafa.

Mostafa banyak menulis laporan yang membuat marah pihak berwenang Mesir. September lalu, ia melaporkan kematian seorang pria muda saat berada dalam tahanan polisi. Pada 2014, ia melaporkan kasus pemerkosaan beramai-ramai terhadap seorang perempuan berusia 17 tahun yang mengguncang masyarakat Mesir yang konservatif. 

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda