Rabu, 02 Juli 2025
Beranda / Ekonomi / IKI Juni 2025 Masih Ekspansif, Kemenperin: 18 Subsektor Besar Masih Tangguh!

IKI Juni 2025 Masih Ekspansif, Kemenperin: 18 Subsektor Besar Masih Tangguh!

Selasa, 01 Juli 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif. [Foto: dok. Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia masih berada di zona ekspansi pada Juni 2025 dengan capaian 51,84, meski mengalami penurunan tipis dari bulan sebelumnya (52,11) dan dibanding Juni 2024 (52,50).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut kondisi ini mencerminkan ketangguhan sektor manufaktur nasional menghadapi tekanan global dan persaingan domestik yang makin ketat.

"Meski ada perlambatan, 18 dari 23 subsektor masih berada di zona ekspansi dan subsektor itu menyumbang 92,2% terhadap PDB industri nonmigas. Ini bukti sektor manufaktur kita tetap tangguh," ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif, Selasa (1/7/2025).

Penurunan IKI dipicu oleh turunnya variabel produksi ke 46,64, sementara variabel pesanan justru melonjak ke 54,21. Hal ini mencerminkan kehati-hatian pelaku industri dalam merespons permintaan yang meningkat.

Tiga subsektor dengan kinerja terbaik adalah Industri Alat Angkutan Lainnya, Pengolahan Tembakau, dan Bahan Kimia. Namun, sektor tembakau mencatat kontraksi tajam di sisi produksi.

"Rokok ilegal meningkat karena cukai tinggi, produsen juga wait and see karena aturan kemasan polos (plain packaging), ditambah kekhawatiran konflik Timur Tengah yang ganggu logistik," jelas Febri.

Sementara itu, lima subsektor mengalami kontraksi, termasuk industri alas kaki, elektronik, peralatan listrik, mesin, dan reparasi permesinan. Industri alas kaki terpukul ekspor, yang turun 21,54% antara Maret dan April 2025.

"Meski ekspor turun, investasi di sektor alas kaki justru naik tajam, dari Rp2,29 triliun jadi Rp7,03 triliun pada triwulan I-2025," katanya.

IKI sektor ekspor dan domestik sama-sama melemah akibat ketidakpastian global seperti tarif AS dan lonjakan harga energi. Di dalam negeri, kebijakan relaksasi impor juga ikut menekan permintaan industri lokal.

Febri mengungkapkan, Kemenperin mendukung langkah revisi aturan impor untuk melindungi industri tekstil dan pakaian jadi.

"Dengan pembatasan impor yang selektif, pesanan dalam negeri akan naik, dan itu akan berdampak positif pada IKI ke depan," tegasnya.

Meskipun indikator teknis melemah, pelaku industri tetap optimis. Sekitar 65,8% pelaku usaha percaya kondisi usaha akan membaik dalam 6 bulan ke depan, meski tren optimisme terus menurun sejak akhir 2024.

"Penurunan ini disebabkan eskalasi konflik Iran-Israel yang memicu lonjakan harga energi dan gangguan logistik. Industri berbasis gas jadi rentan," tutup Febri. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI