DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri wastra nasional sebagai bagian dari upaya memperkuat sektor industri berbasis budaya dan kearifan lokal. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah melalui pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) Tenun Sambaliung di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengatakan bahwa industri wastra memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional, sekaligus memperkuat identitas budaya bangsa.
“Industri wastra Indonesia memiliki nilai tinggi karena merupakan hasil perpaduan antara kearifan lokal dan kreativitas masyarakat. Pengembangan sentra IKM menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan daya saing industri ini,” ujar Reni dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (26/5/2025).
Pengembangan Sentra IKM Tenun Sambaliung, lanjut Reni, merupakan hasil kolaborasi antara Kemenperin dan Pemerintah Kabupaten Berau dengan memanfaatkan skema pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang IKM tahun anggaran 2022 dan 2024.
Sentra yang terletak di Sukun Tengah, Kecamatan Sambaliung tersebut telah membina 22 IKM tenun lokal melalui pendampingan dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Berau.
“Pengembangan sentra bertujuan untuk mendukung pelaku IKM melalui layanan seperti fasilitasi mesin dan peralatan produksi, standardisasi produk, hingga promosi dan pemasaran,” kata Reni.
Sejalan dengan Konsep Fesyen Berkelanjutan
Reni menambahkan, industri wastra juga sangat relevan dengan tren fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) yang kini berkembang di pasar global. Konsep ini mengedepankan proses produksi yang ramah lingkungan, penggunaan bahan alami, serta prinsip keadilan dalam rantai pasok.
“Wastra nusantara tidak hanya produk budaya, tapi juga bagian dari slow fashion yang mengedepankan kualitas, keberlanjutan, dan nilai-nilai lokal,” ujarnya.
Menurut Reni, keberadaan Sentra IKM Tenun Sambaliung diharapkan dapat menjadi ekosistem yang mendukung industri tekstil nasional, khususnya subsektor tenun, agar dapat terus tumbuh dan menembus pasar ekspor.
“Kami mendorong pelaku IKM untuk berinovasi, menjaga kualitas, melakukan diversifikasi pasar, dan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan,” tambahnya.
Kelembagaan UPTD Didorong Segera Terbentuk
Sementara itu, Sekretaris Ditjen IKMA, Yedi Sabaryadi, menyampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap operasional sentra IKM tersebut.
“Kami berharap pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagai kelembagaan pengelola sentra dapat rampung tahun ini. Kehadiran UPTD akan meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengembangan IKM,” kata Yedi.
Yedi menambahkan, evaluasi menyeluruh akan dilakukan pada triwulan III tahun 2025, untuk memastikan bahwa pengembangan sentra berjalan optimal, berkelanjutan, dan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan.
“Kami juga mendorong agar pada 2025 ini, UPTD dapat mulai menerapkan skema pembiayaan mandiri, baik melalui APBD maupun retribusi, yang sesuai dengan regulasi yang berlaku,” ujarnya.
Ruang Kolaborasi dan Inovasi
Di akhir keterangannya, Yedi mengimbau kepada seluruh pelaku IKM tenun untuk memanfaatkan fasilitas Sentra IKM Tenun Sambaliung secara optimal. Ia berharap sentra ini dapat menjadi ruang kolaborasi, tempat belajar, serta sarana pengembangan inovasi dan daya saing produk tenun lokal.
“Mari jadikan sentra ini sebagai fondasi untuk membawa tenun Sambaliung dikenal lebih luas, tidak hanya di pasar lokal tapi juga internasional,” tutupnya. [red]