Beranda / Feature / Ketika Melahirkan Bayi Dalam Pampers Jadi Pembahasan

Ketika Melahirkan Bayi Dalam Pampers Jadi Pembahasan

Senin, 19 April 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

RSUD Pidie Jaya (Foto/dok AJNN)

Tuhan sudah menakdirkan perjalanan hidup manusia di muka bumi. Kapan dia lahir, kapan dia meninggal, bagaimana penghidupanya di dunia, semuanya menjadi rahasia sang pencipta, tidak ada manusia yang mampu menjangkaunya.

Ada manusia yang lahir dalam amukan bencana, dalam amukan perang. Ada pula yang lahir dengan tenang dan damai. Ada yang hanya sekejap menghirup udara dunia, semuanya dipertunjukan Tuhan kepada manusia agar mahluk berakal ini mengerti bahwa dia hanya mahluk bukan Tuhan.

Di Aceh, dalam pekan pertama Ramadan 1442 H ini, ada berita seorang ibu yang melahirkan anaknya di dalam pampers. Spontan berita itu menjadi viral, apalagi ketika sang ibu yang dirawat di ruang bersalin RSUD Pidie Jaya, memberikan keterangan kepada media.

Ibu muda ini bernama Raudatul Jannah, 24, warga Gampong Keurisi Meunasah Lueng Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. Dia melahirkan anak keduanya di dalam pampers (popok bayi).

Pengakuanya kepada media dia melahirkan anaknya tanpa bantuan tenaga medis, walau dia sendiri dirawat di ruang bersalin. Anaknya lahir atas bantuan ibunya. Istri dari Nurzahri ini mengakui trauma dengan pelayanan medis yang diberikan petugas.

Anak keduanya lahir pada Jumat (15/4 2021) tengah malam. Sebelum dia melahirkan, Raudah yang ditemani ibu kandungnya sudah memberitahukan kepada petugas medis. Ibu kandung Raudah sudah menyampaikan anaknya mengalami keluhan di perut, cairan ketuban sudah mulai keluar.

Namun petugas medis pada malam itu seperti mengabaikanya. Petugas menyarankan agar memakai pampers saja. Mulailah sejarah melahirkan itu menjadi catatan, Raudah melahirkan anak keduanya di dalam pampers.

Menurut pengakuan Raudah yang sudah diramaikan media, anak kedua (perempuan) yang dia lahirkan beratnya 3,3 kilogram, dia melahirkan sekira pukul 02.30 WIB. Sementara dia sudah merasakan nyeri diperutnya sejak jam 12.00 WIB.

Usai bayi lahir, saudara ibu yang melahirkan ini ahirnya menggedor pintu petugas, pihak keluarga dan ibu yang melahirkan berupaya menjaga bayi ini untuk tetap bernafas. Baru kemudian datang petugas medis.

Ramai

Kisah memilukan yang diramaikan media ini mendapat tanggapan serius dari kalangan wakil rakyat di Pidie Jaya. Ketua Komisi C DPRK Pidie Jaya, Heri Ahmadi, menjawab media menjelaskan, seharusnya pelayanan harus diberikan kepada ibu melahirkan itu, bukan malah menelantarkan tanpa ada pendampingan dari bidan.

"Setiap pasien yang masuk ke rumah sakit harus dilayani. Itu pada intinya. Walaupun dalam ilmu medis ibu melahirkan itu belum sampai waktu melahirkan, itu sah-sah saja, tapi pelayanan tetap harus diberikan. Tapi dengan pembiaran tanpa ada pelayanan sangat kita sayangkan," ujar Heri Ahmadi.

Menurut Ahmadi, kejadian ibu melahirkan dalam pampers walaupun telah berada di ruang rumah sakit, itu menunjukkan buruknya manajemen di RSUD Pidie Jaya. Menurut Heri Ahmadi, Bupati Pidie Jaya perlu mengevaluasi atas kinerja dari direktur rumah sakit itu.

Menurutnya, kejadian tersebut merupakan satu kelalaian dari pihak manajemen rumah sakit. Untuk itu, Bupati Pidie Jaya didesak melakukan evaluasi terhadap kinerja Direktur RSUD Pidie Jaya. Karena dengan kejadian tersebut telah mempermalukan daerah dalam pelayanan kesehatan.

Untuk menilai adalah hak preogratif dari bupati. Tapi jika dari kinerja Direktur RSUD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Pidie Jaya tidak maksimal, bupati perlu melakukan evaluasi kinerja direktur," sebutnya.

Demikian dengan anggota DPRK Pidie Jaya lainya. T. Guntara, Wakil Ketua Komisi C juga memberikan keterangan kepada media. Menurutnya kejadian itu adalah sebuah kelalaian dari pihak manajemen.

"Ini adalah bentuk kelalain dari manajemen rumah sakit. Untung ibu melahirkan itu masih selamat tanpa ada pertolongan dari petugas medis rumah sakit. Jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan pada ibu melahirkan tersebut siapa yang harus bertanggung jawab," tanya Guntara.

Menurutnya, perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap manajemen RSUD Pidie Jaya. Karena peristiwa tersebut sangat fatal terjadi di sebuah rumah sakit, apalagi milik pemerintah daerah. RSUD Pidie Jaya itu saat ini status layanan telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

"Saya dari Wakil Ketua Komisi C DPRK Pidie Jaya dan personal, atas kejadian itu bupati perlu melakukan evaluasi menyeluruh, karena kejadian itu sangat menyakitkan rakyat. Sebagai kontrol publik, kontrol sosial, evaluasi menyeluruh terhadap manajemen rumah sakit perlu dilakukan segera supaya kejadian sama tidak terulang lagi," sebut Guntara.

Sayangnya pihak RSUD Pidie Jaya belum mau memberikan keterangan terkait persoalan ini. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya, dr. Fajriman, S.p.S, M.Si, Med, yang dihubungi media masih belum mau memberikan keterangan.

Raudah, ibu muda yang melahirkan anak kedua sudah membuat catatan sejarah di RSUD Pidie Jaya. Dia melahirkan dengan selamat, anaknya juga selamat walau harus berada dalam balutan pampers. Sebuah kisah anak manusia yang kiranya bisa dijadikan pelajaran. Tuhan sudah menakdirkan perjalanan hidup manusia, dimana campur tangan manusia juga ada di dalamnya. **: Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda