Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Akankah Terungkap Tabir Penggranatan Rumah Anggota Dewan Aceh Barat?

Akankah Terungkap Tabir Penggranatan Rumah Anggota Dewan Aceh Barat?

Selasa, 09 Juni 2020 15:15 WIB

Font: Ukuran: - +


Publik bertanya, benarkah sasaran pelemparan granat ditujukan ke rumah anggota dewan Aceh Barat? Seriuskah pelaku melempar granatnya. Kalau “serius”, mengapa granat itu dilemparkan disamping rumahnya (di depan rumah Nyak Na, tetangga dari anggota dewan ini).

Apakah ledakan granat sekedar menakut- nakuti? Anggota dewan yang kaca rumahnya pecah ini sudah memberi sinyal. Dia berharap peristiwa tersebut dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, khususnya teman-teman di DPRK Aceh Barat. Ada apa?

Ahmad Yani, anggota DPRK Aceh Barat (ketua komisi IV) mengakui rumahnya yang terkena dentuman granat ini, merupakan rumah sewa dan baru sebulan ditempatinya. Dia pindah kesana untuk memudahkan istrinya bertugas sebagai bidan desa yang sudah dimutasikan Pemkab Aceh Barat.

Soal istrinya dimutasikan Pemda Aceh Barat, anggota dewan ini juga sudah melakukan protes. Statemenya keras. Dia menyebutkan sikap Bupati Aceh Barat, Ramli MS bagaikan kekanak-kanakan. Namun dia dan istrinya menerima mutasi itu dan memilih untuk menyewa rumah demi memudahkan tugas.

Ahmad Yani selama ini dikenal kritis terhadap sejumlah kebijakan Pemda Aceh Barat. Apakah ledakan granat itu ada kaitan dengan tugasnya sebagai anggota dewan dan dikenal kritis? Sejumlah pertanyaan publik ini belum mampu diungkapkan.

Pihak kepolisian mencoba mengungkap tabir dari ledakan granat ini. Kapolres Aceh Barat AKBP Andrianto Argamuda kepada media menyebutkan, Tim Penjinak Bom (Jibom) Polda Aceh sudah melakukan penyelidikan.

Olah TKP sudah dilakukan.Tim Jibom Brimob Polda Aceh sudah bekerja maksimal. Namun apa hasil yang mereka dapatkan, akan terungkapkah kasus ini, publik masih menanti kinerja dari aparat penyidik. Belum ada keterangan tentang perkembanganya.

Benarkah granat ini sasaranya ke kediaman anggota DPRK Aceh Barat ini? Ahmad Yani kepada media mengakui dia tidak punya musuh, baik secara pribadi atau lembaga.

"Selama ini secara pribadi saya tidak pernah memiliki musuh, kalau secara jabatan, saya tidak tahu," kata Ahmad Yani di Meulaboh, kepada media.

"Mungkin hari ini ada pihak yang kurang senang, tidak tahu siapa. Yang pastinya, saya tidak menuduh siapa-siapa dalam hal ini," kata Ahmad Yani seperti dilansir Antara.

Terkait musibah yang ia alami, Ahmad Yani meminta kepada pimpinan lembaga DPRK Aceh Barat dan anggota legislatif lainnya agar berhati-hati. Pernyataan yang menarik, ada apa? Mengapa sampai Ahmad Yani mengingatkan rekan rekanya di DPRK?

Menurut ketua Gerindra Aceh Barat ini, sejak menjadi anggota legislatif, ia sudah banyak menjalankan tugas dan fungsi sebagai anggota dewan. Melakukan pengawasan, memberi saran dan masukan, serta kritikan kepada eksekutif, agar ada penataan dan perubahan di negeri Teuku Umar ini.

Dari sejumlah cacatan yang sudah ditayang media, Ahmad Yani dikenal vokal, bahkan kritikanya terbilang pedas. Hal itu diakui Wakil ketua DPRK Aceh Barat, Ramli SE. Menurut pimpinan dewan ini menjawab media, Ahmad Yani selama ini sosoknya dikenal vokal, mengkritisi kebijakan pemerintah.

Wakil ketua dewan ini menyebutkan, Ahmad Yani merupakan dewan yang menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat yaitu bidang pengawasan.

"Dia (Ahmad Yani) sosok yang sangat kritis, baru-baru ini kami juga baru pulang dari Banda Aceh untuk bertemu dengan anggota DPRA menyampaikan beberapa permasalahan di Aceh Barat," kata Ramli kepada AJNN.

Sekelumit dari catatan media, bagaimana Ahmad Yani menyuarakan isi hatinya dalam menyoroti sejumlah kebijakan Pemda Aceh Barat yang menurutnya perlu perbaikan, agar ke depanya semakin baik.

Dia yang bertugas sebagai ketua Komisi IV membidangi pendidikan, kesehatan, agama, tenaga kerja dan sosial kemasyarakatan. Kesejahteraan keluarga dan perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, pemuda dan olahraga, pelaksaan syariat Islam dan pemberdayaan dayah. Juga ada di dalamnya persoalan adat istiadat dan kebudayaan serta pariwisata.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan, Ahmad Yani sangat vokal mengkritisi kebijakan Pemerintah Aceh Barat, di bawah kepemimpinan Ramli MS-Banta Puteh Syam. Bupati dan wakil bupati terpilih ini adalah sosok pilihan Partai Aceh dan Gerindra, partai yang dipimpin Ahmad Yani.

Walau dia sebagai kader Gerindra dan duduk di dewan, dia tetap melakukan tugasnya mengkritik kebijakan bupati, walau bupati dan wakilnya adalah pigur yang diusung partainya. Bahkan Ahmad Yani menyebutkan bupati seperti kekanak-kanakan, dimana istri anggota dewan ini dimutasi Pemda Aceh Barat.

Istri anggota dewan ini sebelumnya bertugas di Desa Peuleukung, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat. Dia dimutasikan ke Puskesmas Meutulang, Kecamatan Panton Reu, Aceh Barat.

Media meramaikan, mutasi ini diduga akibat kritik Ahmad Yani terhadap pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien (RSUDCND) Meulaboh. Pansus yang dibentuk DPRK tercatat Ahmad Yani sebagai anggotanya, dalam menulusuri “permasalahan” yang ada di RSU ini.

Ahmad Yani dan tim Pansusnya mengangkat persoalan kasus salah suntik. Turunya kelas RSU, pemberhentian tenaga kontrak dan beberapa permasalahan lainnya, semuanya diungkap ke publik. Ketika kasus itu hangat dibahas, istri anggota dewan ini terkena mutasi.

Terpaksa Ahmad Yani harus mencari rumah sewa demi kelancaran tugas istrinya. Baru sebulan dia mendiami rumah sewa ini, ledakan granat itu terjadi.

Ahmad Yani sebelumnya sangat sangat kritis terkait kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan oleh tim Polres Aceh Barat di Hotel Meuligoe, Aceh Barat. Dalam OTT itu, tim penyidik mengamankan uang sebanyak Rp 900 juta dari total Rp 1,7 miliar.

Namun hampir setahun lebih, kasus tersebut masih belum diketahui kelanjutanya. Ahmad Yani juga banyak mengkritisi sejumlah kebijakan lainya. Menyinggung soal sikapya yang sering mengkritisi Pemda setempat, Ahmad Yani menyebutkan sabagai saran untuk perbaikan.

Apakah ledakan granat itu ada kaitanya dengan sikapnya yang kritis, anggota dewan dari Gerindra ini mengakui dirinya tidak berani menyimpulkanya.

"Kalau penyebabnya saya tidak tahu apa. Kalau dibilang terlalu kritis tidak juga, dan yang saya sampaikan juga masih biasa saja, dan itu untuk saran memperbaiki pemerintahan," ungkap Ahmad Yani.

Belum ada pihak yang berani memastikan soal ledakan granat, Senin (8/6/2020) menjelang subuh ini. Belum tentu benar analisa dari berbagai pihak yang mengomentarinya. Belum tentu juga karena kritisnya Ahmad Yani. Bahkan Ahmad Yani sendiri tidak berani menyebutkan dan menyimpulkanya.

Peledak Masih ada di Aceh

Apakah senjata dan alat peledak di Aceh yang berada ditangan-tangan tak resmi masih ada? Direktur Eksekutif Koalisi NGO HAM, Zulfikar Muhammad menjawab Dialeksis.com memberikan penilaian bahwa di Aceh masih ada alat alat peledak ditangan orang orang yang tidak diketahui.

“Ini menjadi perhatian kita sekarang. Pihak kepolisian, aparat keamanan dan pemerintah daerah harus menaruh perhatian untuk mengungkapkanya,” sebut Zulfikar Ahmad menjawab Dialeksis.com, Selasa (9/6/2020) via selular.

Potensi masih masuknya senjata dan alat alat peledak itu masih ada di Aceh. Aksi kriminalitas menggunakan granat menjadi fenomena baru yang harus dicermati. Apakah masih ada pihak pihak yang menjual belikan senjata dan alat peledak di Aceh?

“Sebagai daerah bekas perang, tentu jalur jalur tikus, peredaran senjata itu masih ada. Aparat keamanan, pihak kepolisian, pemerintah daerah harus serius membuka jalur jalur alat peledak dan senjata senjata illegal ini. Jalur jalur itu harus bisa dirubah wajahnya,” sebutnya.

Menyinggung tentang adanya ledakan granat di rumah anggota dewan Aceh Barat, Zulfikar Muhammad mengecamnya. Apapun bentuk kekerasan, tetap dikecam, tetap tidak setuju dengan kekerasan.

“Negara kita adalah negara hukum, ada proses hukum. Bukan dengan mengedepankan kekerasan. Kami belum berani memastikan apa dan bagaimana soal penggranatan ini, karena belum melakukan investigasi,” jelasnya Zulfikar.

 “Kami baru dapat dari bacaan awalnya, ada motif sakit hati, itu baru analisa sementara. Belum dapat dipastikan karena belum dilakukan investigas,” katanya.

Terlepas dari apapun itu, seharusnya ada ruang ruang hukum yang bisa digunakan. Jangan sampai menggunakan alat alat peledak yang bisa membahayakan. Bukan hanya membahayakan orang yang disasar, namun akan membahayakan orang lain, karena berada di pemukiman penduduk.

“Untuk itu, kami sangat berharap aparat kepolisian mampu mengungkapkan kasus ini, agar semua persoalanya terang benderang,” katanya.

Tentunya persoalan ledakan granat ini menjadi tugas pihak kepolisian untuk dapat mengungkapkanya. Siapa yang melakukanya? Apa motif penggranatan ini? Publik menanti kinerja aparat penyidik.

Bila ada yang berani menyimpulkanya dengan menyebutkan apa motif dari ledakan granat ini, terlalu dini untuk menyimpulkanya. Pihak yang berkompeten dalam persoalan ini masih melakukan tugasnya.

Ahmad Yani sendiri mengakui tidak punya musuh, baik secara pribadi dan lembaga, seperti diungkapnya yang dilansir Antara. Namun terkait musibah ini, Ahmad Yani meminta kepada pimpinan lembaga DPRK Aceh Barat dan anggota legislatif lainnya agar berhati-hati.

Terlepas dari beragam analisa yang muncul di publik dan belum terjawab, ledakan granat itu telah menjadi perhatian dan pembahasan. Mampukah pihak penyidik mengungkapkanya, agar semua pertanyaan publik memiliki jawaban yang pasti. Kinerja aparat kepolisian dinanti rakyat. Akankah kasus ini terungkap? (Bahtiar Gayo)

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda