Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Pat Gulipat Biaya Tour de Sabang

Pat Gulipat Biaya Tour de Sabang

Minggu, 21 November 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Pada penghujung November 2021 ini, Sabang bakal kembali menjadi perhatian dunia. Di pulau ujung barat Sumatera, Pemerintah Aceh menggelar kejuaraan open tournamen balap sepeda Tour de Sabang. Untuk event internasional ini, Pemerintah Aceh mengucurkan dana sebesar Rp. 1.871.122.000 dari APBA 2021.

Proyek ini dimenangkan oleh PT Arga Sinar Terang, asal Jakarta melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh dengan pagu anggaran sebesar Rp2 miliar. Program Pemerintah Aceh yang bekerja sama dengan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Aceh.

Namun, kegiatan Tour de Sabang ini sedikit ada kejanggalan dan menjadi buah bibir di masyarakat. Pasalnya event yang mengucurkan dana cukup besar ini masih mematok uang registrasi atau pendaftaran bagi masyarakat Aceh sebesar Rp. 500.000/orang.

Seharusnya dengan anggaran sebesar itu, event seperti ini tidak memberatkan masyarakat Aceh yang akan memeriahkan event tersebut. Awalnya direncanakan memang gratis, tapi Event Organizer (EO) mengeluarkan pengumuman di laman website tourdesabang.com, tidak ada terinput gratis diregistrasi pendaftaran.

Mulailah publik mengkritisi penggunaan uang rakyat yang terbilang besar ini. Dari catatan Dialeksis.com, panitia pendaftaran mengenakan biaya Rp500 ribu untuk hospitality, tentunya buat akomodasi dan transportasi. Kalau racepack itu biasanya adalah fasilitas dari kegiatan.

Uang pendaftaran Rp500 ribu itu cuma dapat medali, kaos (bukan jersey) dan totebag, maka itu bukan biaya hospitality, karena itu biasanya adalah fasilitas perlombaan. Jika dihitung fasiltas apa yang didapat dari biaya pendaftaran, mungkin rinciannya; untuk medali Rp 75.000, kaos Rp 100.000, totebag Rp 25.000. Lantas sisa biaya pendaftaran buat apa? Ada Rp 300.000 lagi lho.

Lantas uang rakyat yang sudah dianggarkan itu mencapai Rp 1,8 miliar lebih untuk apa saja? Beragam pihak memberikan pandangannya. Apa ada permainan? Dialeksis.com merangkum beragam pernyataan itu.

Tour de Sabang diterpa kabar tak sedap. Khususnya soal biaya pendaftaran Rp500 ribu, dimana kegiatan ini sudah dianggarkan dengan nilai terbilang besar. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Aceh, Indra Khaira Jaya menjawab Dialeksis.com, meminta pihak EO membuat konferensi pers, tentang akuntabilitas pemakaian anggaran dalam event Tour de Sabang tersebut.

"Setiap acara yang dibiayai dari anggaran negara atau daerah mesti dilaksanakan dengan efisien, efektif, transparan dan akuntabel atas setiap anggaran yang digunakan," kata Indra kepada reporter Dialeksis.com.

Tak hanya dari sumber anggaran dasar, Indra juga berharap agar ada upaya dari pihak EO untuk menjelaskan sumber penerimaan dari pihak ketiga (sponsor, biaya registrasi peserta).

"Termasuk sumber penerimaan lainnya dari pihak ketiga, yakni sponsor dan peserta sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tidak tersangkut masalah hukum di kemudian hari," pintanya.

Lain lagi seorang sumber Dialeksis.com yang gemar bersepeda, dia meminta orang yang memiliki KTP Aceh tidak dikutip biaya pendaftaran. 

"Kapan kita bisa menikmati APBA. Dalam registrasi pendaftaran Aceh Package ini tertera nilai Rp500 ribu, untuk musette bag, kaoss jersey, finisher medali,” sebut sumber Dialeksis.com.

Seharusnya untuk rakyat Aceh jangan dikenakan biaya. Kapan lagi rakyat Aceh bisa menikmati event internasional ini. Karena untuk mengikutinya membutuhkan biaya yang lumayan besar.

Sekedar catatan, sebelumnya di Gayo juga diadakan Tour de Gayo yang diselenggarakan pihak swasta, tidak menggunakan anggaran dari negara. Tour itu sukses, kali ini ada Tour de Sabang yang menggunakan anggaran APBA.

"Kita menduga event ini seperti dipaksakan. Dengan event internasional ini dan dalam jangka waktu satu bulan ini apakah kesiapannya memungkinkan. Sementara event ini kan berskala nasional dan internasional. Kita patut menduga ada apa, mengapa event ini dipaksakan,” jelas sumber Dialeksis.com yang bergelut di olahraga sepeda ini.

Menanggapi kegiatan ini, Alfian dari LSM MaTA ketika diminta pendapatnya dan mengatakan, kami melihat dinamika tingkat anggaran yang mereka susun mencapai angka Rp2 Miliar, jelas itu namanya praktek pemborosan.

“Dugaan awal kita dana Pokir, tapi ini perlu dikonfirmasi lagi kepada dinas terkait mengenai hal ini,” sebutnya kepada Dialeksis.com. Artinya dengan kondisi Aceh di tahun 2021, arah pembangunannya tidak terarah dan skala prioritas termasuk tidak sesuai dengan RPJMA yang sudah mereka susun sendiri.

“Apalagi adanya anggaran soal event ini mencapai Rp2 miliar, jelas ini praktek pemborosan. Seharusnya bukan berarti bahwa tidak penting, itukan penting tapi bicara skala prioritas, pemerintah disini tidak dapat memenuhi, seharusnya mereka harus memenuhi skala prioritas dulu,” Alfian.

Menurut Alfian ini pemborosan, semoga saja dalam hal ini, dinas terkait dapat lebih transparan terkait event ini, apalagi disini kita melihat lebih besar biaya operasional daripada hadiah yang disediakan.

Dijelaskan Alfian, publik juga bisa mengatakan ini ada praktik mencari keuntungan secara ekonomi. Apalagi ini mendaftar kita harus bayar lagi, makanya dinas terkait harus menjelaskan dan memberi klarifikasi.

"Kenapa event ini yang bukan skala prioritas itu dipertahankan, sementara yang skala prioritas malah banyak yang dibatalkan,” tanya Alfian.

Bagaimana tanggapan Nasrul Zaman, Pengamat Kebijakan Publik? Menurutnya, ada yang aneh dalam pelaksanaan Tour de Sabang ini, dibiayai pemerintah hampir 2 miliar tetapi juga masih mengutip biaya dari peserta dalam jumlah yang besar.

Pasalnya, ia tak menemukan alasan logis selain menduga-duga event organizernya hanya bersikap mencari untung besar dari pelaksanaan kegiatan ini.

"Kalau EO pelaksana telah terbiasa melakukan event besar seperti ini tentulah tidak sulit mendapat sponsorships dari berbagai perusahaan terkemuka, apalagi Sabang memiliki magnit tersendiri bagi rakyat Indonesia bahkan dunia internasional," tegasnya.

Di sisi lain, ia heran dengan ketentuan memungut biaya bagi peserta padahal event Tour de Sabang tersebut belum menjadi kalender tetap olahraga sepeda, baik nasional maupun internasional.

Untuk itu, masyarakat yang ingin meramaikan event yang dilaksanakan Pemda Aceh Tour de Sabang (TdS) harus mikir-mikir mengikutinya, karena walau memiliki KTP Aceh, namun harus juga membayar biaya pendaftaran.

Kegiatan Tour de Sabang ini juga ditanggapai Koordinator GeRAK Aceh, Askalani. Menurutnya, pertama pihak penyelenggara harus menjelaskan apakah sumber untuk hadiah, beli peralatan yang disediakan semuanya sudah ditanggung oleh APBA atau tidak.

Jika semua bahan-bahan mulai dari baju dan lain-lain ditanggung, maka haram mengutip uang dari publik karena semua anggaran ditanggung APBA.

"Tapi, jika memang secara dari awal sudah ada kejelasan, maka harusnya dicari formulasi khusus dimana untuk warga Aceh yang kemudian ikut dalam acara tersebut harus digratiskan dari biaya apapun, karena ini bentuk lokal untuk mempromosikan Sabang," ucapnya kepada Dialeksis.com.

Askalani menyampaikan, dengan jumlah angka 1,8 M tersebut harusnya event dan agenda seperti ini tidak memberatkan publik yang akan memeriahkan kegiatan.

Karena, publik pasti akan antusias untuk ikut, tapi jika dipaksa dengan tujuan dan modis tertentu, maka kita curiga jangan-jangan ada bisnis baru dalam event sepeda tersebut untuk meraup untung besar.

"Logikanya uang APBA 1,8 M sudah pasti mengcover semua kebutuhan, maka jika dikutip kembali dari peserta dengan tujuan tertentu maka ini adalah kejahatan korupsi terencana," jelas Askhalani.

Sumber Dialeksis.com lainya yang juga gemar bersepeda, namun dia enggan namanya disiarkan, juga memberikan penilaian, ia berharap agar ada konfirmasi dari pihak Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh selaku Satuan Kerja untuk program Kejuaraan Open Tournamen Balap Sepeda Tour de Sabang untuk membuka ke publik tentang Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).

Soalnya, kata dia, masyarakat Aceh cukup dibuat penasaran dengan item-item apa saja yang sudah direncanakan melalui anggaran Pemerintah Aceh dengan Pagu Rp2 miliar itu.

"Uang yang dikasih oleh pemerintah itu untuk apa? Sementara rakyat sendiri tidak merasakan. Ini betul-betul harus dikonfirmasi ke dinas terkait. Kalau saya duga, polemik ini pasti akan menimbulkan masalah di kemudian hari nanti," tegasnya.

Ia juga meminta panitia acara untuk tidak bersilat lidah jika pasca acara nanti tak akan ada peserta mancanegara yang hadir dalam event internasional itu.

Oleh karena itu, ia meminta pelaksana acara Tour de Sabang untuk mempublikasi negara-negara asing mana saja yang akan hadir dalam event tersebut.

Ia juga mempertanyakan, apakah kehadiran peserta asing dalam event Tour de Sabang ini difasilitasi atau hadir sendiri. Kalau memang difasilitasi, tiket dibayar, lah, buat apa membuat acara hanya untuk menghabiskan uang daerah. Sementara event-event lain, yang swasta saja kok bisa buat begitu. Tanpa menggunakan dana daerah lagi, kayak Tour de Gayo kemarin," ungkapnya.

"Nanti jika tiba-tiba pesertanya hanya orang lokal dan tidak ada orang mancanegara, ini penipuan namanya," jelas sumber Dialeksis.com yang gemar memperhatikan keadaan sosial di daerahnya.

Sementara itu, Direktur Pusat Analisis Kajian dan Advokasi Rakyat Aceh (PAKAR Aceh), Muhammad Khaidir, menjawab Dialeksis.com, dia meminta Inspektorat mengaudit anggaran Event Tour de Sabang itu.

"Pengutipan biaya pendaftaran itu bisa menjadi pintu masuk awal untuk mengungkap dugaan markup dalam kegiatan itu. Kalau kegiatan yang bersumber dari APBA seharusnya gratis," kata Kahidir.

Menurut Khaidir, pelaksanaan kegiatan itu harus transparan karena anggaran bersumber dari APBA. Biarlah rakyat menikmati dan merasakan event tersebut, pintanya.

Dukungan

Tour de Sabang harus didukung semua pihak, demikian harapan pemerintah dan panitia peyelenggara bergengsi yang disebut-sebut level internasional ini.

Menyikapi tentang hingar bingarnya pelaksanaan event bergengsi ini, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh Dedy Yuswadi AP, melalui Kepala Bidang P3O Dispora Aceh Teuku Bustamam, kepada media menjelaskan, Pemerintah Aceh akan mengakomodir semua kebutuhan terkait pelaksanaan Tour de Sabang, sesuai ketersediaan dana yang telah ditentukan di Dispora Aceh tahun 2021.

“Pada kegiatan Tour de Sabang, dari rencana awal tidak ada pungutan biaya pendaftaran, sekali lagi saya tegaskan pada pelaksanaan event Tour de Sabang, pendaftarannya gratis,” kata Teuku Bustamam dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/11/2021).

Teuku Bustamam menjelaskan, bagi peserta dari luar daerah yang ingin melakukan pendaftaran secara online, dapat melakukannya dengan gratis. Dapat juga melakukan registrasi dalam paket berbayar bagi pelayanan yang dapat disediakan oleh pihak EO, mulai kedatangan di bandara, angkutan setempat hingga Sabang. Akomodasi dan konsumsi hingga kembali lagi ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar.

“Paket dengan pilihan standar yang dapat disediakan oleh EO, itu sepenuhnya dikelola oleh EO, tidak ada kaitannya dengan kami,” ujarnya.

Tour de Sabang merupakan program Pemerintah Aceh dalam rangka pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga, khususnya balap sepeda.

“Kita perlu melakukan upaya peningkatan prestasi cabor balap sepeda ini sebagai bagian dari upaya berbenah dalam rangka persiapan tuan rumah PON XXI Tahun 2024 di Aceh dan tidak hanya cabor balap sepeda, hanya sekarang kita sedang fokus dan mulai dari cabor balap sepeda,” sebut Bustamam.

Sementara perwakilan EO Tour de Sabang 2021, Muhammad Nagib, menyampaikan, pihaknya telah memulai pendaftaran secara terbuka dan pendaftaran tersebut dapat diakses melalui situs www.tourdesabang.com.

Nagib kepada Media menjelaskan, persiapan Tour de Sabang akan diikuti 300 peserta, menurutnya persiapan panitia sudah mencapai 80 persen. Namun bagaimana dengan isu yang berkembang soal biaya registrasi, belum ada kejelasan yang detail.

Sementara itu Pemerintah Kota Sabang, sebagai tuan rumah tempat pelaksanaan tour, sangat mendukung agenda yang akan diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh bekerja sama dengan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Aceh.

Agenda ini akan dilaksanakan pada 26-28 November 2021. Menurut Wali Kota Sabang, Nazaruddin S.I.Kom dalam keterangannya kepada media, event ini sangat baik untuk meningkatkan kembali wisatawan sekaligus mendongkrak perekonomian masyarakat Sabang.

Menurut Tgk Agam sapan akrab walikota ini, wisata alam Kota Sabang menyajikan berbagai objek wisata yang dapat dinikmati oleh para peserta perlombaan “Tour de Sabang”. Ini kesempatan untuk menarik minat wisatawan nasional maupun mancanegara berkunjung kembali Sabang, saat negeri ini dibalut pandemi yang sudah mulai membaik.

“Sabang sangat membuka diri dengan event-event nasional maupun internasional. Harapan kita pandemi ini segera berakhir, dan pariwisata Sabang bisa kembali menggeliat,” jelasnya. 

Sebelum tulisan ini diturunkan, pihak EO Tour de Sabang sudah kesekian kali menunda konferensi pers. Tak hanya itu, Dialeksis.com juga telah mencoba menghubungi Direktur EO namun tak kunjung mendapat nomor kontak, dan kemarin Sabtu (20/11/2021) sore, Dialeksis diundang khusus untuk ngopi bersama pihak EO, namun pernyataannya tidak bisa dikutip. 

Senin (22/11/2021) akan direncanakan diadakan konferensi pers langsung Direktur EO yang turun tangan. 

***** Bahtiar Gayo

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda