Beranda / Kolom / Makan-Makan Bersama Hasan Tiro

Makan-Makan Bersama Hasan Tiro

Sabtu, 04 November 2023 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bisma Yadhi Putra

[Foto: Serambi Indonesia/Hari Teguh]

DIALEKSIS.COM | Kolom - Setelah mendeklarasikan organisasi Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976, Hasan Tiro bersama ratusan pengikutnya bergerilya dari hutan ke hutan. Mereka kemudian sering kelaparan. Orang-orang yang ditugaskan mengumpulkan makanan kesulitan menjalankan tugasnya lantaran tentara selalu berpatroli di kampung-kampung hingga ke dalam hutan.

“Bila makanan sulit diperoleh, itu pertanda tentara sedang di hutan,” tulis Dr. Husaini Hasan dalam memoar “Dari Rimba Aceh ke Stockholm” (2015). Agar tak mati kelaparan, mau tak mau para pemberontak menyantap apa pun yang mereka temukan di kebun, sungai, dan hutan. Kecuali yang sudah dihukumkan haram seperti daging ular.

Suatu ketika, Hasan Tiro dan kawan-kawan sudah cukup lemas karena belum makan berhari-hari. Untungnya, waktu itu mereka bertemu seorang pemilik kebun yang bersedia menyedekahkan hasil pertaniannya. Buah-buah pisang dan jeruk nipis di kebun itu habis dengan cepat lantaran yang menyantapnya sekitar 150-200 orang. Kulit-kulit pisang yang berserakan di tanah terpaksa dikutip untuk dimakanan.

Pada 5 April 1978, di sebuah tempat persembunyian di tengah hutan, beberapa pemberontak terlihat sedang mengejar penyu hutan. Hari itu, Hasan Tiro dan para pengawalnya bisa menyantap makanan istimewa, yakni daging penyu hitam yang bersih dan sedap.

“Rasanya seperti daging bebek dan tidak amis. Dari bagian dalam pencernaannya terlihat penyu ini hanya makan rumput-rumputan dan daun-daunan muda,” sebut Dr. Husaini Hasan.

Menu yang paling sering tersaji saat makan-makan bersama Hasan Tiro adalah ikan asap. Ikan-ikan yang terpancing di sungai dimatangkan dengan panas asap selama semalaman.

Daging rusa adalah makanan paling sedap sekaligus paling jarang disantap ketika “tinggal” di hutan. Panglima Beuransah adalah “staf ahli” Hasan Tiro bidang berburu rusa. Dalam suatu perburuan, dua ekor rusa berhasil ditangkap. Karena ukurannya cukup besar, kedua rusa ini disebut “rusa kerbau”.

Rusa-rusa itu baru bisa dipanggang setelah matahari terbenam. Tentara bisa melihat asap yang membubung di atas hutan saat hari masih terang. Sementara ketika malam, asap panggangan tak terlihat dan sisanya akan tersamarkan oleh kabut pagi. Malam itu, kegiatan masak-masak hingga makan-makan berlangsung lancar. Hasan Tiro pesta daging rusa. Semua orang makan sepuas-puasnya sampai kenyang.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda