Beranda / Kolom / Politik Pemikiran

Politik Pemikiran

Rabu, 29 September 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Peminat Sejarah dan Pemikiran Islam, Junaidi Ahmad. [Foto: IST]

Jangan terlalu fanatik pada agama, semua agama sama, konstitusi lebih tinggi dari kitab suci, semakin panjang janggut semakin goblok, narasi tersebut semakin hari semakin terdengar dibunyikan oleh tokoh - tokoh, baik pejabat, akademisi maupun petinggi ormas.

Diksi yang seirama menjadi mainan media, secara sistematis, massif dan terstruktur. Secara gamblang dan kasat mata dapat dipastikan bahwa narasi tersebut diarahkan kepada Islam. Ormas Islam, ulama dan aktivis Islam kerap sekali distigma sebagai pihak yang tidak toleran, anti Pancasila, kearab - araban. Stigma tersebut terasa semakin kuat bila ada momen politik. 

Adanya upaya mendiskreditkan ajaran Islam dibenturkan dengan nilai - nilai kebangsaan.

Faktanya, Islam sudah eksis di Nusantara berabad - abad lamanya sebelum Indonesia sebagai negara itu lahir.

Islam terserlah di nusantara dengan damai dan senantiasa membumikan kedamaian.

Stigmasisasi Islam, sebagai ajaran yang intoleran adalah bentuk politik pemikiran, yang dilakukan oleh antek - antek barat, yang ingin membaratka Islam.

Adanya upaya sistematis membaratkan Islam bukan dugaan yang tidak mendasar.

Pola mendiskreditkan Islam di nusantara bila dikaji lebih lanjut akan didapati titik temu dengan strategi pemikir Barat, misalnya, kebijakan strategis yang disusun oleh Cheryl Bernard dalam buku: Civil Democratic Islam; Partners, Resource and Strategies.

Saran - saran strategis Cheryl itu adalah: 

(1) Ciptakan tokoh - tokoh atau pemimpin panutan yang membawa nilai - nilai modernitas, (2) dukung terciptanya masyarakat sipil ( civil society) di dunia Islam, (3) kembangkan gagasan Islam warna - warni, seperti Islam Jerman, Islam Amerika, Islam Inggris dan seterusnya, (4) serang terus menerus kelompok fundamentalis dengan cara pembusukan person - personnya, melalui media massa; (5) promosikan nilai - nilai demokrasi Barat modern; (6) tantang kelompok tradisionalis dan fundamentalis dalam soal kemakmuran, keadilan sosial, kesehatan, ketertiban masyarakat dan lain sebagainya; (7) fokuskan ini semua pada pendidikan dan generasi muda muslim.

Untuk memperkuat dan mempercepat pembangunan masyarakat sipil Islam yg demokratis dan modern Cheryl mengusulkan strategis sebagai berikut: (1) dukunglah kelompok modernis, peeluas visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok tradisionalis. Kemudian angkat mereka secara publik sehingga menjadi figur muslim kontemporer; (2) dukunglah kelompok sekularis kasus per kasus; (3) kembangkan lembaga - lembaga dan program- program sekular dibidang sosial kultural; (4) dukung kelompok tradisionil secukupnya sekedar dapat berlawanan dengan fundamentalis dan dapat menghindari persatuan kedua kelompok ini; (5) musuhi kelompok fundamentalis secara energik menyerang kelemahan mereka, seperti pemahaman dan ideologi keislaman mereka, seperti membuktikan korupsi, kebrutalan, kebodohan, bias mereka dan kesalahan mereka mengamalkan Islam serta ketidakmampuan mereka dalam memimpin dan memerintah.

Selanjutnya Cheryl juga menganjurkan untuk merebut dan merusak kelompok fundamentalis dan tradisionalis dalam menafsirkan Islam, mendorong cendikiawan sekular menulis buku teks dan mengembangkan kurikulum dan berilah bantuan finansial, serta menggunakan media regional yg populer untuk memperkenalkan pemikiran liberal sekular.

Bagi yang mencermati apa yang dialami kelompok HRS, kriminalisasi ulama, benturan antar kelompok tradisionil, peenyataan menteri pendidikan dan menteri agama serta gaung media yang dimotori buzzer, sungguh politik pemikiran sedang menghantam umat Islam.

Saran strategis Cheryl diberikan kepada Pemerintah Amerika, jiwa kritis kita menyadari suasana politik sungguh sangat terasa, momen kekuasaan di tangan rezim nasionalis sekuler bagaikan gayung bersambut.

Semoga aktivis muslim menyadari seraya menyiapkan langkah strategis pula untuk menghadapinya. Merajam kenyataan tidak memberi manfaat bagi kejayaan umat. Sinergitas dan semangat cerdas dibutuhkan untuk menjawab tantangan politik pemikiran. Pemikiran mesti dilawan dengan pemikiran. ***Penulis: Junaidi Ahmad, S.Ag.M.H, Peminat Sejarah dan Pemikiran Islam

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda