Beranda / Berita / Nasional / BNPT Ungkap Pola Penyebaran Ideologi Khilafah oleh Khilafatul Muslimin

BNPT Ungkap Pola Penyebaran Ideologi Khilafah oleh Khilafatul Muslimin

Minggu, 19 Juni 2022 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Ilustrasi. Situs Khilafatul Muslimin diblokir. (Foto: iStockphoto)


DIALEKSIS.COM | Nasional - Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja telah ditangkap aparat kepolisian di Lampung, Selasa (7/6/2022). Tak hanya sekadar konvoi Khilafah yang mereka gelar beberapa waktu lalu, tapi Khilafatul Muslimin nyata-nyata memiliki agenda terselubung untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi khilafah.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid SE MM menyatakan, Khilafatul Muslimin terbukti tidak terdaftar sebagai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Namun mereka memiliki sebaran cabang sangat besar yaitu setidaknya ada 23 kantor wilayah dan tiga daulah di Jawa, Sumatera, dan Indonesia bagian Timur.

“Pola penyebaran ideologi Khilafah yang dilakukan Khilafatul Muslimin jelas bertentangan dengan ideologi bangsa, Pancasila. Ideologi itu mereka sebarkan dengan berbagai cara antara lain berkedok pengajian atau dakwah, melalui kampanye terbuka seperti konvoi, penyebaran bulletin yang rutin setiap bulanan dan melalui internet,” ungkap Nurwakhid dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Nurwakhid juga mengungkapkan tentang pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Baraja yang sudah dua kali ditangkap dan dihukum dengan keterlibatannya di jaringan terorisme. Pertama pada Januari 1979 terkait teror Warman. Kedua, dia ditahan atas kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.


“Sekali lagi persoalan ideologi tidak bisa dipatahkan dengan jeruji besi, tapi butuh transformasi menuju ideologi alternatif. Persoalannya, Baraja adalah ideolog dari sejak zaman NII, MMI hingga KM yang tentu tidak sekadar dihukum tetapi membutuhkan proses dialog, deradikalisasi dan pembinaan ideologi. Itu pun akan terasa sangat sulit jika sasarannya adalah tokoh dan ideolognya,” terang Nurwakhid.


Mantan Kabag Banops Densus 88 ini memaparkan, keberadaan orang-orang seperti Baraja dengan Khilafatul Muslimin-nya akibat ada kekosongan pimpinan di kalangan kelompok masyarakat yang mendambakan khilafah. Kalau HTI dianggap masih memperjuangkan khilafah atau kelompok radikal lainnya masih memperjuangkan. 


“Baraja mengklaim sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar Al-Badgdadi mengklaim mempunyai teritori khilafah di Irak-Suriah dan mendeklrasikan diri sebagai khalifah. Efeknya adalah tersedotnya magnet kelompok-kelompok radikal di berbagai negara untuk hijrah ke Irak-Suriah. Begitu pula klaim khalifah Baraja mempunyai magnet besar bagi masyarakat yang sudah tercemari dengan ideologi khilafah,” ungkapnya.


Nurwakhid menambahkan, sasaran kelompok-kelompok seperti Khilafatul Muslimin ini adalah masyarakat yang skeptis pada pemerintah.


“Bukan hanya mereka yang skeptis terhadap pemerintah yang menjadi rentan terpengaruh ide-ide khilafah dan propaganda teroris, tetapi mereka yang masih memiliki imajinasi tentang khilafah dengan pemahaman keagamaan yang dangkal sangat rentan direkrut teroris,” tandas Nurwakhid.


Sosok Abdul Qadir Hasan Baraja

Berdasarkan penelusuran Litbang Dialeksis.com, Abdul Qadir Hasan Baraja merupakan sosok yang pernah ditahan atas kasus terorisme pada tahun i979 dan 1985. 


Abdul Qadir mendirikan Khilafatul Muslimin pada tahun 1977. Kemudian ia juga ikut mendirikan Majelis Mujahiddin Indonesia pada tahun 2000. Abdul Qadir dikabarkan juga memiliki kedekatan dengan kelompok-kelompok radikal. 


Saat jumpa pers di Polda Metro Jaya hari Kamis (16/6/2022), Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan, Abdul Qadir Hasan Baraja selaku pimpinan tertinggi organisasi menganggap dirinya sebagai penerus kekhalifahan nabi.


Abdul Qadir membentuk Khilafatul Muslimin untuk melanjutkan perjuangan kelompok terlarang Negara Islam Indonesia (NII) sekaligus melakukan kaderisasi bagi penganut ideologi kekhalifahan.


Menurut data sementara yang didapat oleh kepolisian, pengikut Khilafatul Muslimin sudah memiliki 14 ribu anggota.


Para anggota ini menyebut diri mereka sebagai “warga khilafatul muslimin” dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.


Aparat kepolisian dikabarkan akan terus menyelidiki organisasi Khilafatul Muslimin. Bahkan beberapa petinggi organisasi tersebut sudah ada yang diamankan.(Akhyar)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda