Beranda / Berita / Nasional / Harga Sepeda Lipat Terjun Bebas

Harga Sepeda Lipat Terjun Bebas

Jum`at, 04 Juni 2021 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Sumber : cnbcindonesia.com

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Geliat industri sepeda tahun 2021 diproyeksikan mulai menurun dibanding tahun lalu. Kalangan pengusaha mengakui hal ini terjadi karena kebiasaan masyarakat yang sudah tidak lagi 'jor-joran' dalam membelanjakan uang. Dampaknya pada penurunan harga sepeda termasuk sepeda lipat yang sempat booming.

Selain itu, semarak gowes mulai menurun karena banyak masyarakat sudah kembali beraktivitas normal. Akibatnya banyak produsen mengalami oversupply karena stok produksi lebih banyak, sementara permintaan sudah menurun.

"Melihat tahun lalu, pabrikan ada yang menambah kapasitas produksi, kemudian tambah karyawan. Ini tinggal gimana pintar-pintar pengusaha untuk menjualnya," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/6/21).

Selain produksi lokal, kedatangan sepeda impor juga makin membuat pasar penuh persaingan. Ketika permintaan semakin kecil, namun suplai kian membengkak maka harganya bakal jatuh. Saat ini, harga sepeda cenderung turun dibanding tahun lalu. Salah satu sepeda yang mengalami penurunan harga adalah sepeda lipat.

"Range (harga) turun 20%-30%, itu realita yang harus diterima. Barang yang lama sampai di grosir akhirnya jual barang aja, yang penting ngejar cashflow. Harga modal aja dilempar supaya terjadi perputaran. Pasar menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi demand tetap ada," kata Eko.

Namun, pengusaha juga tidak asal menurunkan harga dengan spesifikasi sepeda yang sama, melainkan menurunkan kualitas spare part dengan harga lebih murah. Langkah tersebut mau tidak mau dilakukan agar bisnis tetap berjalan.

"Rp 2 jutaan dari harga Rp 3 juta - Rp 4 juta di sebelumnya. Contoh sepeda dengan frame, sama dia downgrade sparepart untuk kejar harga Rp 2 juta. Dulu harga Rp 3 juta - 4 juta bisa beli. Sekarang sensitif sama harga," jelasnya.

Di pasar sepeda lipat bekas misalnya, saat tahun lalu booming sepeda untuk model United Trifold 3S misalnya, harga bekasnya masih Rp 6-7 jutaan. Namun, saat ini bila dicek situs jual beli online, sudah ada yang menjual Rp 4-5 jutaan.

Perilaku Pesepeda Kontroversial

Belakangan ada sorotan terhadap beberapa oknum pesepeda, mulai dari menghabiskan lebar jalan hingga berkonflik dengan pengguna kendaraan lainnya di jalan raya. Kejadian tersebut bersamaan dengan tren penjualan sepeda yang menurun.

"Itu hanya beberapa kelompok pesepeda. Jalan lebar akhirnya seolah-olah menguasai jalan, kan berkelompok. Tapi yang lain seperti MTB (mountain bike), sepeda lipat nggak," kata Eko Wibowo.

Menurutnya penjualan sepeda memang bakal menurun. Pasalnya, minat masyarakat dalam gowes tidak sebesar tahun lalu.

"Ada efek daya beli masyarakat turun mungkin tabungan untuk spending juga mulai kontrol. Dulu harga Rp 3 juta - Rp 4 juta orang merem (untuk beli), sekarang yang lebih dominan sepeda kisaran Rp 2 juta," kata Eko.

Untuk itu, angka penjualan tahun ini kemungkinan lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Ketika tren bersepeda sedang naik di 2020 kemarin, penjualan sepeda mencapai 7 juta unit, tahun ini bakal jauh di bawahnya.

"Pasar dari awal tahun sudah turun, mungkin kembali 4-5 juta unit itu udah paling banyak, tinggal inovasi pengusaha untuk membangun demand di pasar, misal sepeda tematik nggak sekedar pendekatan di fungsi, tapi trik-trik marketing untuk mengangkat sepeda itu sendiri," jelasnya.

(hoi/hoi)


Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda