Beranda / Berita / Nasional / Ini Bahan Pokok yang Diprediksi Alami Kenaikan Awal Tahun Baru

Ini Bahan Pokok yang Diprediksi Alami Kenaikan Awal Tahun Baru

Kamis, 31 Desember 2020 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

[Dok. Berita Jakarta]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pergantian tahun kerap membuat sejumlah komoditas alami kenaikan harga. Fenomena itu terjadi lantaran stok barang yang alami kelangkaan.

Salah satu penyebabnya, yaitu karena faktor alam seperti banjir di beberapa daerah hingga membuat distribusi barang terhambat.

Ketua Bidang Organisasi DPP IKAPPI Muhammad Ainun Najib mengatakan, beberapa kebutuhan pokok diprediksi akan mengalami kenaikan harga. Beberapa barang yang harganya naik seperti cabai, telur dan ayam.

"Beberapa komoditas yang akan di prediksi naik di awal tahun itu adalah masih didominasi oleh cabai, antara lain cabai rawit merah, cabai keriting dan cabai TW. Untuk telur dan ayam juga masih di prediksi naik, bawang putih dan bawang merah dan minyak goreng juga masih diprediksi mengalami kenaikan," kata Ainun melansir Okezone, Kamis (31/12/2020).

Dia menjelaskan, selain karena faktor alam, kenaikan harga itu terjadi karena memang permintaan akan barang tersebut masih terjadi penurunan. Ikappi mencatat daya beli masyarakat masih turun 25% jika dibandingkan dengan tahun lalu di waktu yang sama.

"Memang ini karena kondisi pandemi yang membuat daya beli masyarakat kita belum maksimal. Kami berharap agar pemerintah di awal tahun ini mempersiapkan tata niaga pangan sehingga kenaikan pangan di tahun 2021 tidak terjadi," kata dia.

Dia meminta kepada pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok tersebut. Sehingga, pemerintah harus mempunyai stok lebih untuk pasokan yang padat penduduk seperti kawasan Jabodetabek.

"Perlu ada antisipasi dari pemerintah untuk memasok stok atau melakukan subsidi silang stok dari daerah-daerah yang surplus ke daerah-daerah yang membutuhkan seperti jabodetabek plus dengan jumlah kebutuhan yang luar biasa besar," ujarnya. (Okezone)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda