Beranda / Berita / Nasional / Menteri ESDM Tegaskan Harga BBM Tidak Naik

Menteri ESDM Tegaskan Harga BBM Tidak Naik

Rabu, 05 September 2018 21:07 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. (Antara)

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat menuai respons berbagai kalangan. Salah satunya, mantan menteri keuangan Chatib Basri, yang mengusulkan adanya kenaikan harga BBM demi mengurangi permintaan.

Alasannya, terpengaruhnya rupiah yang mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir ini tidak lain karena ekonomi Indonesia, yang masih mengalami defisit terhadap neraca transaksi berjalan. Dan, salah satu sumber terbesarnya adalah dari defisit neraca minyak dan gas.

Merespons itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, menegaskan, bahwa pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak dalam waktu dekat.

"Gini loh, menurut saya, gini jawabannya, pemerintah tidak merencanakan kenaikan BBM dalam waktu dekat," ujar Jonan di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa malam 4 September 2018.

Jonan mengatakan, ia telah melakukan rapat dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mengambil sejumlah kebijakan menyelamatkan rupiah. Adapun beberapa kebijakan yang diambil adalah dengan mengurangi impor melalui optimalisasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor migas.

Selain itu, hal yang dilakukan adalah melalui implementasi campuran minyak sawit sebesar 20 persen ke bahan bakar solar atau B20. Kemudian juga akan dilakukan reschedule beberapa proyek strategis nasional di bidang ketenagalistrikan, dan migas untuk mengurangi beban impor yang tidak perlu.

"Tapi kalau (barangnya) tidak ada dalam negeri tetap diperlukan (impor),"  ucap Jonan.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini disebut telah mencapai level yang sama dengan krisis 1998 yaitu telah menembus Rp14.800. Chatib Basri mengatakan, langkah menaikkan BBM tak lain karena harga BBM lokal dan internasional jaraknya sudah terlalu jauh, sehingga ada peluang terjadinya penyeludupan dan membuat volume impor terus meningkat.

"Kalau tak segera naik, ada penyelundupan dan buat volume naik terus, defisit migas naik terus, sehingga akhirnya rupiah akan terus melemah," ujar Chatib. (Viva)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda