Beranda / Opini / Walau Atlet Menembak, Tak Mudah Memiliki dan Menguasai Senjata

Walau Atlet Menembak, Tak Mudah Memiliki dan Menguasai Senjata

Jum`at, 02 April 2021 19:45 WIB

Font: Ukuran: - +



Kejadian penyerangan Mabes Polri, Rabu (31/3/2021) yang diduga dilakukan oleh pelaku teroris berinisial ZA (26) dengan menggunakan senjata diduga jenis air gun. Sebagaimana dilansir harian jawapos.com (1/4/2021).

Walau ZA merupakan salah satu anggota club menembak, sebaiknya jangan menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat . Seolah-olah anggota club atau atlet menembak memiliki kuasa dengan mudah menguasai senjata, baik jenis air atau api. 

Sebagai salah seorang aktivis perempuan Aceh yang juga menekuni hobby menembak sejak tahun 2005, tetap saja tidak mudah untuk memiliki, menguasai terlebih menggunakan senjata sesuka hati. Saya memastikan, meski saya telah terdata dan bahkan memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) resmi dari PB Perbakin. 

Taidak bisa dipungkiri, imbas dari kejadian di Mabes Polri atas insiden yang diduga pelakunya teroris, membuat beberapa teman-teman saya di Aceh bertanya. Apakah memang bisa seorang atlet menggunakan senjata di tempat umum, selain arena Latihan? Tentu jawabannya adalah tidak. 

Menembak adalah olahraga yang memiliki arena khusus. Atlet menembak diajarkan menembak di arena, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Atau untuk gagah-gagahan. Namun malah sebaliknya, menembak mengajarkan kita tentang arti penting pengendalian diri. 

Sejak awal mula mendapat pelatihan atau ditawarkan menjadi seorang atlet menembak, almarhum pelatih saya, Fauzir Ibrahim yang merupakan anggota TNI, menilai atlet menembak baru bisa dijadikan atlet bila memiliki dua sisi, yakni ketenangan dan kesabaran. 

Jadi jelas, bagi orang yang benar-benar hobby dalam menembak, dia akan memiliki sipat sangat jauh untuk masuk ke dunia takut menakuti terlebih meneror. 

Memang maraknya atau dipermudahnya membentuk club di tiap daerah, tentu membuka peluang besar bagi khalayak ramai untuk bergabung atau belajar menembak. Namun tetap saja ada aturan-aturan yang harus dipatuhi. 

Misal, meski punya senjata jenis angin yang bisa digunakan di arena lapangan tembak club, namun tentu tak boleh dibawa kesana kemari di tempat keramaian. 

Membawa dan memindahkan senjata baik angin pun harus mengenakan sarung atau tas khusus senjata. Artinya regulasi telah sangat terang benderang mengatur, agar tak ada anggota club yang menggunakan senjata untuk terlihat tampil keren di publik. 

Sebagaimana yang saya lihat, Polri pun tidak mengenakan senjata sembarangan di tempat umum. Kecuali sedang menjalankan tugas, apalagi hanya seorang atlet atau anggota club menembak. Tentu aturan jelas dan ketat. 

Sementara terkait peristiwa penyerangan Mabes Polri oleh seorang perempuan yang diduga teroris, sebagai seorang aktivis perempuan dan juga yang memiliki hobby menembak memang sangat disayangkan hal itu terjadi. 

Melakukan sesuatu untuk menakuti dengan potensi begitu besar kehilangan nyawa, tentu merupakan tindakan paling konyol yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang berkepribadian labil atau sedang depresi/tertekan. Karena bisa dibilang tindakan tersebut sebagai tindakan bunuh diri. 

Kita berharap, semoga ada pakar psikolog yang bisa menilai dalam kondisi psikis. Seperti apakah hingga ZA nekad mengakhiri hidupnya. Jika memang dari pola pikir ISIS mengapa memilih mabes Polri, tentu hal ini menjadi tanda tanya publik untuk kewaspadaan kedepan. 

Menembak adalah olahraga yang sangat baik untuk melatih fokus dan mental. Sama sekali tidak ada relevansinya dengan keinginan menakuti. Sementara beberapa terduga teroris yang nekad meneror, itu berasal dari salahnya cara berpikir. Karena salah berpikir, maka akan salah pula memilih cara-cara untuk mewujudkan apa yang ia pikirkan. 

Tidak ada efek apapun dengan menyerang meski dengan niyat menakuti, yang ada hanya nyawa melayang dan orang tua/ kerabat merasa pilu hati. Pemilik hobby menembak terimbasi, peraturan perlombaan menjadi lebih diketat dan semakin diwaspadai.

Semoga hal ini tidak terulang lagi. Kiranya pihak keluarga memperketat pengawasan diri. Ketika ada orang terdekat telah terlihat berbeda atau menyimpang cara pandangnya, maka bisa segera diatasi sebelum nyawa melayang yang begitu miris untuk disaksikan. Perempuan muda, kehilangan masa depan dan mati sia-sia. 

Sherly Maidelina Spd: Anggota Dewan Balai Syura Kota Langsa , Wakil Ketua Forhati Langsa, Dan juga Atlet menembak Aceh

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda