DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Kemampuan komunikasi Muzakir Manaf alias Mualem mendapat sorotan positif dari kalangan pakar. Yuhdi Fahrimal, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar (UTU), menilai gaya komunikasi Mualem -- baik secara lisan maupun melalui gestur tubuh -- mencerminkan karakter seorang pemimpin yang piawai dan alami. Setiap penampilan Mualem di hadapan publik kerap menuai decak kagum, berkat kemampuannya menyampaikan pesan dengan lugas namun tetap bersahaja.
“Mualem memiliki kemampuan berkomunikasi yang sangat baik. Tutur katanya jelas dan terstruktur, didukung gestur tubuh yang natural namun berwibawa, sehingga publik melihat sosok pemimpin sejati dalam dirinya,” ujar Yuhdi Fahrimal saat diwawancarai Dialeksis, Rabu (8/10/2025).
Pada momen terbaru, kepiawaian komunikasi Mualem terlihat ketika Pemerintah Aceh menyatakan penolakan terhadap rencana pemotongan Dana Transfer ke Daerah (TKD) oleh pemerintah pusat. Sebagai Gubernur Aceh, Mualem tampil menjelaskan alasan penolakan tersebut dengan argumen yang cerdas dan mudah dipahami.
Dalam wawancara dengan media usai pertemuan di Kementerian Keuangan, Jakarta (7/10/2025), ia menekankan bahwa pemangkasan anggaran akan menjadi beban berat bagi daerah.
“Kami mengusulkan supaya tidak dipotong, anggaran kita tidak dipotong. Karena itu beban semua di provinsi kami masing-masing,” tegas Mualem menjelaskan kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Mualem bahkan merinci bahwa Aceh berpotensi kehilangan 25 persen anggaran, sementara provinsi lain ada yang terpangkas hingga 30-35 persen. Penjelasan terukur disertai data tersebut menunjukkan kemampuan Mualem dalam mengartikulasikan kepentingan daerah secara logis dan tegas, tanpa terkesan konfrontatif.
Yuhdi Fahrimal menilai penampilan Mualem dalam menyampaikan sikap Aceh soal TKD itu sangat efektif. Menurut Yuhdi, Mualem mampu menjelaskan persoalan kompleks dengan bahasa yang sederhana namun berbobot.
“Cara Mualem menyampaikan keberatan Aceh atas pemotongan TKD menunjukkan ia menguasai materi dan tahu bagaimana mengomunikasikannya secara tepat. Gestur tubuhnya pun tenang dan penuh rasa hormat terhadap para jurnalis,” kata Yuhdi.
Hal ini membuat pesan yang dibawa Mualem mudah diterima, sekaligus mencerminkan sikap seorang pemimpin daerah yang kooperatif. Sikap hormat Mualem terhadap media terlihat dari kontak mata dan ekspresi terbuka juga dipandang Yuhdi sebagai faktor penting yang membangun citra positif di mata publik.
Secara terpisah, data dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa alokasi TKD dalam RAPBN 2026 semula direncanakan sekitar Rp650 triliun, turun hampir 29 persen dari anggaran 2025 yang sebesar Rp919 triliun. Kondisi inilah yang memicu 18 gubernur dari berbagai provinsi, termasuk Mualem, menggeruduk kantor Menteri Keuangan untuk menyuarakan protes.
Pengamatan Yuhdi menyebutkan, Mualem berhasil memanfaatkan forum tersebut untuk menyampaikan aspirasi Aceh dengan jelas tanpa menyulut ketegangan.
"Beliau tetap tenang dan menghormati forum. Ini menunjukkan kecakapan komunikasi Mualem dalam berdiplomasi, di mana kepentingan Aceh disuarakan tanpa menyinggung pihak lain,” ujarnya.
Tak hanya dalam forum resmi pemerintahan, kemampuan komunikasi Mualem juga tampak ketika berhadapan dengan para calon investor. Sebagai pemimpin, Mualem dikenal piawai meyakinkan investor dengan gaya bicara yang bijak dan sejuk didengar. Ia selalu menekankan pentingnya rasa nyaman dan keamanan bagi pihak yang ingin menanam modal di Aceh.
“Saat berdialog dengan investor, Mualem itu sangat persuasif namun rendah hati. Beliau pandai meyakinkan tanpa terkesan memaksa,” ungkap Yuhdi, seraya menambahkan bahwa pendekatan komunikasinya membuat investor merasa dihargai.
Contoh konkret terlihat dari upaya Pemerintah Aceh menarik investasi asing pasca damai. Mualem menegaskan bahwa situasi Aceh kini kondusif dan aman bagi siapa pun yang datang. “Aceh lebih nyaman, tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan,” kata Mualem, menekankan bahwa para tamu dan investor akan merasa aman dan disambut baik.
Komitmen Mualem untuk menciptakan iklim investasi positif juga ditunjukkan melalui komunikasi proaktif dengan calon penanam modal. Ia membangun hubungan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dengan jaringan investor diaspora Aceh di luar negeri.
“Insya Allah, investor luar sudah menunggu, mereka langsung masuk. Kita ada berkomunikasi dengan investor dari Singapura tapi asli Aceh,” ujarnya pada satu kesempatan, mengisyaratkan relasi yang dibangun dengan para pelaku usaha di perantauan. Bahkan di tingkat internasional, Mualem aktif menjalin komunikasi. Dalam kunjungan ke Thailand pada akhir 2024, misalnya, ia langsung mengundang para pengusaha di sana untuk berinvestasi di Aceh sebagai upaya membangun perekonomian daerah.
Yuhdi juga menggarisbawahi bahwa cara Mualem berkomunikasi dengan investor mencerminkan visi jangka panjang.
“Beliau tidak hanya menawarkan Aceh sebagai lahan investasi, tapi juga mengajak kerja sama yang saling menguntungkan,” katanya. Hal ini sejalan dengan harapan Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Mualem agar investasi dapat berjalan lancar demi pertumbuhan ekonomi daerah. Pendekatan komunikasi yang inklusif dan menghargai mitra menjadikan investor merasa dilibatkan dalam pembangunan Aceh, bukan sekadar datang mencari keuntungan semata.
“Kalau komunikasinya baik, segala kelemahan di kedua belah pihak bisa dicarikan solusi bersama dengan semangat kemitraan,” Yuhdi menambahkan.
Menurut Yuhdi Fahrimal, kepiawaian komunikasi yang dimiliki Mualem saat ini bukan muncul secara instan, melainkan hasil tempaan pengalaman panjang. Mualem yang dahulu dikenal sebagai mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka kemudian bertransformasi menjadi politisi dan pejabat publik.
Ia pernah menjabat Wakil Gubernur Aceh periode 2012 - 2017, sebuah posisi di mana ia banyak belajar tentang tata kelola pemerintahan. Pengalaman beralih dari panglima di masa konflik menuju birokrat di masa damai menuntut kemampuan adaptasi komunikasi yang tinggi.
“Beliau belajar dari lapangan dan dari birokrasi. Setiap fase itu mengasah cara beliau berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lawan bicara yang berbeda-beda,” jelas Yuhdi.
Karena kemauan belajar yang besar, lanjut Yuhdi, Mualem dikenal cepat memperbaiki diri dalam berkomunikasi. Dalam forum internal maupun eksternal, Mualem selalu mengevaluasi penyampaiannya agar lebih efektif di kesempatan berikut.
“Beliau itu orangnya open-minded. Setiap kritik atau masukan soal gaya komunikasi langsung dijadikan bahan pembelajaran. Jadi wajar kalau lama-kelamaan komunikasinya semakin matang,” kata Yuhdi.
Banyak pihak pun mengakui kecerdasan Mualem dalam menangkap inti persoalan dan cepat beradaptasi dengan audiens. “Tak heran banyak yang bilang Mualem itu sosok cerdas yang cepat belajar menyesuaikan keadaan,” imbuhnya.
Pengamat menilai, kombinasi kecerdasan, pengalaman lapangan, dan kerendahan hati untuk terus belajar membuat Mualem tampil sebagai figur pemimpin yang komplet di mata masyarakat Aceh. Kemampuan komunikasi yang mumpuni, baik secara verbal maupun nonverbal, menjadi salah satu kunci kekuatan Mualem dalam memimpin.
“Ini aset bagi Aceh. Gaya komunikasinya yang egaliter namun tegas mampu menjembatani aspirasi rakyat Aceh dengan pemerintah pusat maupun investor,” tutup Yuhdi Fahrimal, sembari menegaskan bahwa contoh yang ditunjukkan Mualem bisa menjadi teladan bagi pemimpin daerah lainnya dalam meningkatkan kapasitas komunikasi publik mereka. [arn]