Rabu, 03 Desember 2025
Beranda / Politik dan Hukum / ‘Blunder’ Pertama Ketua Golkar Aceh

‘Blunder’ Pertama Ketua Golkar Aceh

Rabu, 03 Desember 2025 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Bupati Aceh Tenggara dan Presiden Prabowo. [Foto: Tangkapan Layar YouTube Setneg]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Belum genap sepekan menjabat sebagai Ketua Golkar Aceh, Muhammad Salim Fakhry sudah menuai kontroversi. Dalam kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Kabupaten Aceh Tenggara, Fakhry melontarkan pernyataan yang dinilai tidak pantas dan bertentangan dengan konstitusi. Di hadapan para pengungsi banjir, ia mendoakan agar Prabowo menjadi “presiden seumur hidup”.

Kejadian itu berlangsung saat Presiden Prabowo meninjau posko pengungsian di Desa Bambel Baru, Bukit Tusam, Aceh Tenggara, Senin (1/12/2025). Mendengar ucapan tersebut, Presiden Prabowo tampak menggelengkan kepala sebagai bentuk penolakan spontan.

Di hadapan masyarakat yang sedang dirundung duka akibat bencana, Fakhry -- yang pernah duduk di DPRK, DPR RI dan kini menjabat Bupati -- justru melontarkan pernyataan yang jauh dari empati. Ia bahkan meminta para pengungsi yang kehilangan rumah dan harta benda untuk bertepuk tangan.

“Kalau kita cinta kepada Bapak Presiden, angkat tangan semua. Tidak ada presiden seperti beliau, menyapa rakyat. Insyaallah kami ada video yang dibuat, Pak Presiden. Kalau bisa, Bapak Prabowo menjadi presiden seumur hidup,” ujar Fakhry.

Sebagai pejabat publik yang paham konstitusi, Fakhry seharusnya lebih berhati-hati. Apalagi Aceh sedang mengalami bencana besar yang membutuhkan kehadiran dan kepekaan pemimpin, bukan seremonial politik apalagi pernyataan yang menabrak konstitusi.

Ironinya, di tengah situasi darurat dan ribuan warga masih mengungsi, Partai Golkar Aceh tetap melaksanakan Musda ke-12 pada 30 November 2025, dan menetapkan Fakhry sebagai Ketua Golkar Aceh periode 2025-2030. Langkah ini semakin memperkuat kesan bahwa Golkar Aceh abai terhadap penderitaan masyarakat.

Terkait polemik tersebut, Sekjen Partai Golkar Sarmuji memberikan pembelaan. Ia menyebut pernyataan Fakhry hanya “ekspresi kegembiraan” atas respons cepat Presiden terhadap bencana.

“Itu ekspresi kegembiraan saja karena didatangi Presiden. Saking gembiranya karena Presiden merespons cepat penanganan bencana,” kata Sarmuji, Selasa (2/12/2025).

Menurutnya, gestur Prabowo yang langsung menggelengkan kepala menunjukkan beliau tidak tergoda dengan pujian tersebut. Sarmuji menegaskan tidak ada makna lain dari ucapan itu dan percaya Fakhry memahami bahwa “presiden seumur hidup” mustahil terjadi.

Namun bagi publik, apalagi bagi para korban bencana, pernyataan tersebut tetap dianggap tidak sensitif dan menunjukkan rendahnya empati seorang pemimpin daerah -- terlebih ketika ia baru saja diberi amanah memimpin salah satu partai besar di Aceh.[red]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI