Beranda / Politik dan Hukum / Pengamat Politik UGM Prof Mada Ungkap 2 Konsep dalam Evaluasi Pemilu 2024

Pengamat Politik UGM Prof Mada Ungkap 2 Konsep dalam Evaluasi Pemilu 2024

Sabtu, 24 Februari 2024 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Mada Sukmajati. [Foto: tangkapan layar RiskTaker Live]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Mada Sukmajati, menyoroti dua konsep dalam evaluasi pemilu 2024. Dalam wawancaranya, Prof Mada mengemukakan pemahaman tentang Electoral Integrity dan konsep Electoral Malpractices.

Menurut Prof Mada, Electoral Integrity mencakup sejauh mana pemilu dilaksanakan secara free and fair dan patuh pada standar global internasional.

Ia menegaskan beberapa prinsip dasar yang mempengaruhi integritas penyelenggara pemilu, seperti opportunities for deliberation, equality of contestation, equality of participation, dan certainty of The rules of The game.

"Prinsip dasar ini krusial untuk menjamin bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya tanpa tekanan, serta memastikan adanya kesetaraan dalam kontestasi dan partisipasi," ungkap Prof Mada dalam diskusi bertajuk "Jalan Terjal Menjaga Integritas Pemilu 2024" di Taman Sansiro, Fisipol UGM, Rabu (21/2/2024).

Dalam konsep Electoral Malpractices, Prof Mada menyampaikan keprihatinannya terkait potensi kerugian dari berbagai malpraktik dalam pemilu. "Semakin banyak malpraktik, semakin buruk pemilu itu," tegasnya. Malpraktik tersebut melibatkan manipulasi aturan kepemiluan, suara atau pemilih, serta prosedur dan perhitungan suara.

Prof Mada juga menyoroti dampak negatif dari pemilu yang tidak memenuhi standar integritas. Diantaranya adalah penurunan kualitas representasi dan legitimasi pemerintahan terpilih. "Ini dapat memicu korupsi politik, konflik, dan kekerasan sosial," katanya.

Pentingnya reformasi sistem pemilu juga disoroti oleh Prof Mada, terutama terkait kelemahan dalam Undang-Undang Kepemiluan.

Menurut Prof Mada, hasil quick count menunjukkan adanya kesenjangan antara kelompok menengah ke atas dan bawah dalam merespon pemilu. Ini menggambarkan perlunya pengembangan pendidikan politik yang lebih luas di kalangan masyarakat.

"Melalui hikmah pemilu 2024, kita harus belajar dan melakukan transformasi yang diperlukan, agar pemilu berikutnya dapat berjalan dengan lebih baik, menjaga integritas, dan meminimalisir malpraktik," tutup Prof Mada.


Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda