Beranda / Berita / Pengamat Kuak Potensi Penggunaan Intelijen di Pilkada dan Pemilu 2019

Pengamat Kuak Potensi Penggunaan Intelijen di Pilkada dan Pemilu 2019

Rabu, 04 April 2018 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Stepi Anriani, penulis buku ‘Intelijen & Pilkada’. Foto: Rina/MINA


Dialeksis.com, Jakarta- Pengamat Intelijen, Stepi Anriani, menguak potensi penggunaan pendekatan intelijen untuk mencapai tujuan utama berpolitik menggapai kekuasaan melalui pilkada, yang sekaligus mementahkan stigma politik uang.

"Pendekatan intelijen dapat menjadi tawaran bagi kandidat pemimpin maupun tim sukses, sehingga tidak melakukan upaya instan dengan politik uang, maupun hal-hal negatif lain," ujar Stepi dalam acara peluncuran dan bedah buku hasil karyanya yang berjudul ‘Intelijen dan Pilkada: Pendekatan Strategis Menghadapi Dinamika Pemilu’ di Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Stepi mengatakan, intelijen dan politik sesungguhnya tidak dapat dipisahkan. Jika politik adalah cara mendapatkan kekuasaan, maka intelijen adalah rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai dan merebut kekuasaan itu.

Dalam buku setebal 214 halaman yang ditulisnya, Stepi menguak upaya-upaya memenangkan pilkada dengan metode intelijen.

Pada bab awal buku, Stepi menjabarkan definisi serta praktik-praktik hingga tokoh-tokoh pelaku intelijen. Dia lalu menjelaskan fakta-fakta yang selama ini terjadi dalam pilkada.

Kemudian dia akhir bab, Stepi mengabungkan peran intelijen dalam pilkada.

Menurut Stepi, intelijen di sini bukanlah sesuatu hal yang menyeramkan. Pendekatan intelijen dalam mencapai tujuan politik, khususnya dalam pilkada, berkaitan dengan penentuan tim sukses, penyebaran isu atau program, penggalangan massa, marketing politik, mobilisasi massa hingga pengawasan hasil suara.

"Tawaran gagasan ini dilakukan agar praktik politik uang dapat diminimalkan bahkan seharusnya ditinggalkan dan dihilangkan," kata Stepi.

Dalam penentuan tim sukses, kandidat dapat mencontoh cara-cara intelijen dalam merekrut informan dengan mengandalkan empat hal yakni uang, ideologi, kecocokan hati dan ego.

Dia mengatakan, anggota tim sukses akan terpacu dan militan jika dipilih berdasarkan empat hal itu

Selanjutnya, kandidat perlu menentukan ketua tim sukses yang menjadi bagian krusial dalam menentukan keberhasilan perjalanan tim.

Proses berikutnya, tim sukses bekerja menjalankan strategi sesuai metode intelijen dengan memanfaatkan segala sumber daya informasi yang diperlukan, tak terkecuali media sosial dengan membentuk tim siber yang andal.

"Intinya saat ini banyak aktivis cerdas, berkualitas ingin nyaleg tapi tidak ada uang karena sistem sudah biasa dengan jual-beli suara. Saya sebagai dosen bidang intelijen, ingin menawarkan pendekatan baru yakni pendekatan intelijen," jelas Stepi.

Stepi mengakui, menghilangkan politik uang dalam pilkada merupakan hal sulit, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, dalam acara peluncuran buku itu memandang, penggunaan pendekatan intelijen dalam pilkada dapat dilakukan jika didukung oleh sistem pemilu yang baik.

"Ketika sistem sudah dibenahi, maka kita siap menggunakan pendekatan intelijen ini," ujar Effendi.


Sumber: ANTARA


Keyword:


Editor :
HARIS M

riset-JSI
Komentar Anda