Beranda / Berita / Aceh / Belajar dari Riki Muhamanda, Jadi Pebisnis Selagi Mahasiswa

Belajar dari Riki Muhamanda, Jadi Pebisnis Selagi Mahasiswa

Selasa, 17 November 2020 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora
Riki Muhamanda, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris yang juga pebisnis muda. [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Masa pandemi Covid-19 orang-orang harus mencari alternatif pekerjaan lain untuk keberlangsungan perekonomian agar tetap survive.

Sama seperti Riki Muhamanda, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Unversitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh satu ini memulai bisnis usahanya dengan franchise Kalcer Crunch Aceh sejak September 2020 lalu.

"Sejak kuliah dulu, dari semester satu sampai empat saya sudah mengajar di tempat bimbel dan jadi pegawai. Lalu saya sadari sekarang bahwa saya itu kerjanya active income, alias kalau kita kerja dapat uang, nggak kerja nggak dapat uang, kalau ngajar, translate dokumen itu baru dapat uang tapi kalau enggak kerja ya nggak dapat," ujar Riki saat dihubungi Dialeksis.com, Selasa (17/11/2020).

"Sejak itu saya mulai bergerak di bidang bisnis passive income, sehingga pada akhirnya saya buka usaha, dengan passive income seperti sekarang ada franchise Kalcer Crunch Indonesia," tambahnya.

Saat ini Riki sedang merancang cabang kedua yaitu dengan brand sendiri, direncanakan sepekan ke depan sudah mulai diluncurkan dan Riki juga sedang menggarap cabang ketiga dan keempat, peluncurannya di akhir Desember karena masih dalam proses persiapan pembuatan gerobak dan persiapan lainnya.

Selain bisnis minuman kekinian Kalcer Crunch yang sudah berjalan mulai dari bulan September lalu, Riki juga memiliki bisnis jasa penyewaan camera, bisnis pulsa dan token listrik.

Riki juga merupakan pengajar muda di Pusat Bahasa Unsyiah, Ketua Forum Menggapai Mimpi (FMM), Founder US Goes to children.

"Omzet kasar sekitar Rp 10-11 juta per bulan, secara keuntungan bersih kurang lebih Rp 3 juta bersihnya terus dipotong gaji pegawai Rp 1.300.000 dan saya sebagai owner Rp 1.700.000," jelasnya.

Adapun suka duka yang dialami Riki dalam bisnisnya yaitu pengantaran bahan-bahan minuman, karena jadwalnya setiap hari sangat padat, Riki juga kerap diundang untuk menjadi pemateri seminar, mengisi mentoring dan mengajar. Di sela-sela waktu tersebut Riki harus mengatur waktu untuk menambahkan penyediaan bubuk minuman.

"Sebagai mahasiswa kita harus sadar dari sekarang, setelah tamat kuliah mau nggak mau kita harus mencari aktivitas yang menghasilkan profit sehingga kita pun bisa survive ataupun bisa mensejahterakan keluarga kita," ungkap Riki.

"Oleh karena itu, sangat penting untuk memulai planning untuk menciptakan usaha bisnis passive income sehingga tanpa berlelah-lelah pun, kita tetap dapat pemasukan," tambahnya.

Tips untuk pemula bisnis menurut Riki, sebaiknya mencari brand yang sudah ada seperti mengambil franchise.

Ia memulai usaha dengan mengambil franchise yaitu dengan membeli nama mereka, keuntungannya adalah semua keperluan langsung dikirim dari pihak franchise seperti bubuk, bahan, peralatan, gerobak, owner juga langsung di coaching via online.

"Start awal itu tidak terlalu lelah kalau kita ambil franchise dulu, kemudian kalau mau melalakukan pengembangan kita sudah tahu seluk-beluknya, kita juga sudah lebih berpengalaman. Baru kemudian boleh kita bangun dan besarkan brand kita sendiri, dengan brand sendiri tentunya keuntungan lebih besar lagi," tutupnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda