Beranda / Feature / Refleksi Delapan Tahun Umara Memoles Wajah Kota Langsa

Refleksi Delapan Tahun Umara Memoles Wajah Kota Langsa

Senin, 08 Februari 2021 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Sherly Maidelina

Gedung Balai Juang, Kawasan Hutan Mangrove Kuala Langsa, Walikota dan Walkot Langsa [IST]

DIALEKSIS.COM | Langsa  - Nama Langsa dewasa ini terkenal sebagai kota jasa. Kota ekowisata dengan dua destinasi andalan, yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota dan Kawasan Hutan Mangrove yang merupakan ekosistem bakau terlengkap di Asia Tenggara. Kota kecil yang diapit Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang ini, memiliki nilai historis bagi perjalanan panjang Provinsi Aceh.

UU No 3 Tahun 2001; menjadi landasan hukum pembentukan Kota Langsa. Dengan jumlah penduduk mencapai 174 ribu jiwa lebih sesuai data BPS tahun 2018. Langsa menjadi kota heterogen yang melambangkan miniaturnya Indonesia. 

Sebagai Kota Madya, Langsa sedikitnya telah dipimpin sejumlah penjabat walikota. Dua diantaranya adalah walikota defenitif, yakni Zulkifli Zainon (2007-2012) dan Usman Abdullah (2012-sekarang).

Delapan Tahun sudah Kota Langsa dipimpin oleh Walikota dan Wakilnya Usman Abdullah SE “ Dr H Marzuki Hamid MM (UMARA) . Visi ‘Kota Langsa Sebagai Kota Jasa Yang Berperadaban dan Islami’. Nampaknya, bukan isapan jempol belaka. Di mana, wajah Langsa kini lebih asri nan indah, bak tamsilan ‘memoles’ rupa.

“Dua jempol saya berikan, atas perubahan drastis yang berhasil dilakukan walikota saat ini, andai bisa mencalonkan lagi, berapa kalipun tetap akan saya pilih,” tutur Yogi (32), warga Gampong Tualang Tengoh Kecamatan Langsa Kota, ketika berbincang santai dengan Dialeksis.com, Kamis (4/2/2021).

Sebagai salah satu anak muda yang lahir dan dibesarkan di Kota Langsa, bagi Yogi tak hanya wajah kota yang terlihat indah dengan sarana prasarana yang cukup baik, juga terdapatnya gebrakan positif seperti safari subuh, gotong royong , kegiatan pemberdayaan dan tata ruang yang baik dan bermanfaat. 

“Saya setuju kali adanya kegiatan gotong royong mengingat menjaga kebersihan itu sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab kita bersama, bukan pemerintah semata" ungkap Yogi. 

Menurut Yogi, kegiatan positif lainnya yaitu safari subuh yang sangat bermanfaat. 

"Bahkan disurati tiap-tiap gampong untuk ikut safari subuh, juga organisasi Pemuda, disitu menjadi ajang positif untuk sharing informasi di Kota Langsa atau isue lainnya” tutup Yogi. 

Sesuai Visi untuk menjadikan Langsa sebagai kota jasa, dimana sejarah mencatat bahwa sejak dahulu, Langsa adalah daerah singgahan perantauan bagi orang-orang minangkabau (sumber : langsakota.go.id) tentu UMARA bertekad untuk memoles dan menyediakan sarana prasarana demi kenyamanan para pendatang maupun warga Kota Langsa itu sendiri. 

Dalam dunia pendidikan, Kota Langsa memiliki Universitas Negeri Samudra dan IAIN Langsa. Kedua kampus jantung hatinya ‘ureung Aceh Timue Raya’ ini berawal dari perguruan tinggi swasta yang setelah Umara memimpin terjadi percepatan proses penegerian.

Hal serupa berlaku pada sektor kesehatan. Sebagai pengejewantahannya bisa kita lihat pembenahan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa terus digalakkan. Segenap abdi bakti husada dituntut cekatan, terampil, ramah nan bersahaja dalam melayani masyarakat difasilitas kesehatan ini. Tak pelak, seluruh punggawa dan sistem rumah sakit terus dibenahi. 

Dunia Olahraga juga jadi prioritas, adanya stadion Langsa yang menarik banyak minat masyarakat dengan aktif diadakan perlombaan dalam dunia olahraga Bola, juga turut terfasilitasinya kegiatan olahraga lain sebagai tempat berkreasi anak muda ke hal yang berguna.

“Alhamdulillah ya... kegiatan olahraga aktif di Kota Langsa, seperti anak saya yang masih tujuh tahun, bisa ikut olahraga bela diri di depan stadion Langsa. Jadi kalau dari segi olahraga , kita para orang tua ngak cemas, karena banyak tempat untuk menyalurkan minat anak muda” ungkap Maryam (40), salah satu ibu rumah tangga, warga gampong Seuriget , Kecamatan Langsa Barat kepada Dialeksis.com, Sabtu pekan lalu. 

Di bidang wisata, tersedianya jasa perhotelan Islami serta akses jalan hingga ke pelosok gampong yang sebagian besar telah lancar dilalui dan yang paling dikenal mendatangkan antusias warga di luar Langsa terutama Provinsi Sumut dan Aceh yaitu keberadaan Hutan Lindung, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Hutan Mangrove.

“Tiap ke Medan, anak saya selalu berpesan agar dibangunkan jika sampai Kota Langsa, mau lihat lampu-lampu dan taman-tamannya yang cantik dan kalau tidak dibangunin karena sudah kelewatan misalnya, maka mereka akan marah ” ucap Mizan (38) , asal Takengon, Aceh Tengah ketika melintas di Langsa awal februari 2021.

Bagi Mizan, keindahan Kota Langsa saat ini sangat mencolok, tak hanya lampu hias, tersedianya taman-taman untuk bermain seperti taman bambu runcing dengan keindahan air mancur serta kelap kelip lampunya. Lapangan merdeka yang berlokasi persis depan pendopo walikota juga kini tersulap menjadi tempat wisata yang asyik, menyediakan fasilitas permainan taman dan lokasi bersantai keluarga serta tempat untuk berolahraga. Juga ketenaran lokasi wisata lainnya yaitu hutan kota juga hutan mangrove yang dikenal karena keunikannya. 

“Buat para orang tua yang ekonomi sulit seperti saya ini, memang bersyukur kali dengan berubahnya tampilan Lapangan merdeka Kota Langsa, jadi kita bisa menikmati wisata gratis bersama keluarga, kalau ngak ada uang pun tetap kita bisa membahagiakan anak-anak dengan membawa mereka jalan-jalan ke lapangan merdeka atau ke taman bambu runcing. Dimasa UMARA ini tampilan kota memang sudah jauh lebih cantik ” tutur Lina (45), salah satu warga Gampong PB. Beuramoe, Kec. Langsa Barat kepada dialeksis.com Jumat (5/2/2021) .

Adapun pencapaian besar yang dihasilkan pemerintah UMARA di bidang wisata tentunya pembangunan hutan Kota Langsa dan mangrove forest park. RTH misalnya, dengan biaya masuk hanya Rp. 5000,- pengunjung sudah bisa menikmati wisata kebun binatang mini. Di dalamnya juga terdapat wisata sejarah dengan keberadaan rumah adat Aceh nan indah. Tak hanya itu, terdapat pula aneka permainan ketangkasan untuk menyalurkan bakat pemuda Kota Langsa.   

“Hutan kota ini sebagai tempat wisata udah hampir komplit sesuai yang dibutuhkan, buat kami mahasiswa bisa bermain ketangkasan disana, diskusi bareng kawan-kawan dengan suasana alam yang dapat melahirkan banyak inspirasi. Tersedianya rumah khas Aceh yang menampilkan pengetahuan dari sisi sejarah, juga aneka satwa yang terus bertambah, pokoknya dengan biaya masuk semurah itu sudah banyak yang bisa kita nikmati” ungkap Reza, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) yang berbincang dengan dialeksis.com saat pulang ke kampung halamannya di Langsa pekan lalu.

Sebelum Covid yang membuat terhenti dan terbatasnya keramaian, RTH dan hutan mangrove kebanjiran pengunjung di hari-hari besar atau liburan, terutama lebaran idul fitri. Tahun 2019, kemacetan dan desakan antrian di dua destinasi wisata tersebut sempat membuat kewalahan. 

Meski belum sebesar kebun binatang di kota besar layaknya Medan, kehadiran hutan kota dan mangrove tak dipungkiri menjadi daya tarik dari sebuah kota kecil yang dulunya hanya tempat persinggahan, kini sekaligus tempat berwisata. 

Raja (45) misalnya, bersama istri dan anaknya yang merupakan warga negara Jerman yang pulang kampung di waktu lebaran 2018 lalu juga takjub dengan tersedianya wisata hutan kota di Langsa.

“Cukup terkejut, setelah lama merantau hampir delapan tahun di Jerman, jadi ada tempat bawa anak jalan-jalan lebaran. Dengan harga begitu murah, kita sudah bisa berwisata sehingga anak saya menjadi terhibur karena ia sangat menyukai hewan dan wisata alam. Bagi anak saya ini tempat yang lucu dan menarik”, terangnya kepada dialeksis.com saat momentum lebaran tahun 2018 lalu.

Begitu pula dengan mangrove forest park, biaya masuk yang sama dengan RTH, hutan mangrove memiliki keunikan tersendiri dan berguna untuk pembelajaran tentang ekowisata maupun destinasi cantik pecinta fotografi, untuk mengambil pose bernuansa alam. 

“Kalau ke Langsa itu inginnya ke mangrove, karena penasaran kali dengan keindahan hutannya, dihias jembatan yang selama ini saya lihat begitu mempesona, dan katanya merupakan hutan yang ditanami spesies mangrove terbanyak di Asia” ucap Ade (28) warga Kab. Langkat Sumatera Utara kepada dialeksis.com awal januari lalu. 

Kekaguman Ade terhadap mangrove forest park tentu sudah tepat, keunikan dan keindahannya membuat destinasi wisata tersebut masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) kategori Ekowisata 2019. Tak hanya sebatas masuk Nominasi, hutan mangrove Kota Langsa juga akhirnya memenangkan Juara I API 2019 sebagai ekowisata terpopuler dan juga sebagai ‘Most Favourite Torism’. 

Ditangan UMARA, Kota Langsa tak hanya tampilan luarnya saja terpoles indah, berbagai prestasi juga berhasil diraih yang tak hanya sekali, bahkan ada yang berturut-turut hampir tiap tahunnya. 

Seperti Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), atas keberhasilan menyusun dan menyajikan laporan keuangan tahun 2013 dengan capaian penilaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. Kota Langsa pun berhasil meraih penghargaan tersebut sejak 2014 sampai 2019. 

Di bidang Lingkungan, penghargaan yang didapat Kota Langsa juga beragam, seperti penghargaan sertifikat Adipura tingkat nasional tahun 2014 juga penghargaan dari Presiden RI yaitu Anugerah Piala Adipura Buana di Siak Provinsi Riau pada tahun 2016. Tahun 2017 Presiden RI juga memberikan penghargaan karena dianggap telah berhasil melakukan penghijauan, serta masih banyak penghargaan-penghargaan lainnya yang berhasil diperoleh kota Langsa. (sumber langsakota.go.id) 

Tak cukup sebatas memoles wajah kota menjadi rupawan, kebijakan yang menjadi prioritas Umara lainnya yaitu menyediakan bangunan dan lahan bagi warga yang sangat membutuhkan, alhasil kebijakan tersebut disanjung banyak khalayak tentunya. 

"Hampir jarang kita dengar ada pimpinan yang mau memberi lahan sekaligus bangunan bagi warga yang ekonomi sulit dan sangat membutuhkan, cuma di Kota Langsa yang saya tahu. Bagi saya tindakan tersebut sangat mulia sebagai pimpinan" puji Putra(32) salah satu pemuda warga gampong PB Beuramoe, Langsa Barat, Selasa (2/2/2021). 

Memang beberapa warga yang tak punya tempat tinggal permanen bahkan sudah tak layak huni, seperti rumahnya terkena abrasi sungai segera dipindahkan ke Gampong Timbang Langsa, Kec. Langsa Baro, sebuah lokasi khusus yang disiapkan pemerintah dengan memberi lahan sekaligus bangunan. 

Delapan tahun merubah dan memoles wajah Kota memang tak mudah, berbagai kendala dihadapi seperti bencana alam dan wabah pandemi Covid-19 kini masih belum usai, namun yang pasti wajah Kota Langsa telah terpoles indah, jauh berbeda dari tampilan sebelum UMARA menjabat.

Kini dua tahun tersisa, apakah UMARA akan menyelesaikan pekerjaan rumah yang tertunda, ataukah akan dilanjutkan oleh walikota terpilih setelahnya?. Yang jelas tentu semua warga Kota Langsa berharap agar sesuatu telah baik dan indah tetap lestari. Sedangkan, pekerjaaan belum rampung lagi terbengkalai akan didapatkan solusi.  

Kiranya, tapak jejak Umara selama delapan tahun ini menjadi momentum awal bagi sesiapun jua untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan pembagunan di kota jasa yang kita cintai ini. Dalam membangun, Usman Abdullah-Marzuki Hamid tetaplah sebagai manusia biasa. Karenanya, masih terdapat kelemahan yang harus diperbaiki dikemudian hari. Ini menjadi penting, untuk segenap warga bangsa menghargai peluh pengabdi. Bukan malah mencela nan caci-maki, serampangan tak bertepi. (Sherly Maidelina ) 

Catatan: Tulisan ini adalah karya orisinil dengan mencuplik sejumlah sumber dan untuk diikutsertakan pada Lomba Karya Jurnalistik Dalam Rangka Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2021 yang diselenggarakan PWI Kota Langsa.

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda