Beranda / Opini / “HABA GET” PAK KAPOLDA

“HABA GET” PAK KAPOLDA

Senin, 21 Desember 2020 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Syukurdi M, Mahasiswa Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammaddiyah Yogyakarta


Bukan ingin mengatakan bahwa semua polisi itu sama, namun bagi saya sangat berat kesamaan antara sosok Kapolri Jendrar Polisi Idham Azis dan Bapak Kapolda Aceh Inspektur Jendral Polisi Drs.Wahyu Widada, M.Phil. Kesamaan yang saya lihat dari perawakannya, gaya bicara dan ketegasannya, langkah kerja dan kedekatannya dengan masyarakat, membuat saya sering salah menadai antara yang mana Kapolda dan yang mana Kapolri, terlebih lagi mana kala melihat foto keduanya ada dibaliho yang sama. Semoga kiranya tidak sampai disini kesamaan diantara keduanya, namun kelak Inspektur Jendrar Drs.Wahyu Widada, M.Phil juga bisa sama memegang tampuk pucuk pimpinan korps Bhayangkara sebagaimana Jendral Polisi Idham Azis.

Sebenarnya saya tidak begitu perhatian dengan institusi kepolisian, karenanya saya tidak hafal dan tidak mengetahui nama Kapolda atau Kapolres yang sedang menjabat, selama ini saya baru datang kekantor polisi hanya untuk dua urusan semata, memperpanjang Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau mengurus surat berkelakuan baik/SKCK. Kalaupun kemudian saya tau nama-nama pimpinan kepolisian ini, hanyalah karena kebetulan terbaca dari baliho-baliho yang menurut saya cuma sekadar pesan seremoni belaka.

Belakangan ini melalui beberapa group Whatsapp (WA) yang saya tergabung didalamnya, saya mendapat kiriman beberapa video singkat yang berisi pesan dan himbauan dari Kapolda Aceh untuk menjaga Keamanan dan ketertiban masyarakat, Penanggulangan Covid 19, hingga vidio khusus untuk pemuda dan anak-anak generasi emas Aceh. 

Dari vidio singkat dan sarat makna, saya menangkap betapa sosok Kapolda ini sangat mengagumi dan mencintai Aceh daerah tempat dimana beliau bertugas saat ini. Hal unik lain dari vidionya menurut saya, putra Sleman ini menyapa penontonya dengan sapaan khas Aceh “Peu Haba” bahkan dalam satu vidio yang lain beliau tampil penuh dengan berbahasa Aceh.

Setiap kali ada yang membagikan vidio Kapolda Aceh di group Whatsapp, akan diikuti sejumlah komentar aggota group yang rata-rata memberikan apresiasi dan membahas detail konten yang disajikan. Vidio-vidio singkat ini saya pandang epektif untuk era digital saat ini sebagai sarana sosialisasi, seruan dan himbauan kepada Masyarakat. 

Kapolda tentu berusaha keras untuk menghadirkan vidio ini, bukan hal mudah untuk tampil dan berbicara didepan kamera mengikuti skenario dan menyusun narasi yang mudah dimengeri orang banyak, terlebih lagi untuk vidio yang menggunakan bahsa Aceh, saya yakin ini sangat sulit. Usaha keras ini tentu tidak sia-sia, pesan-pesan Kapolda tersampaikan dengan baik kepada masyarakat Aceh, sosok Kapolda mulai dikenal luas dan yang terpenting adalah kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif mulai tercipta dan terpelihara dengan baik.

Dari vidio-vidio tersebut kemudian menarik perhatian saya pada sosok Jendral bintang dua ini, yang kemudian mendorong saya untuk mencari lebih jauh informasi tentang sepak terjangnya dalam bertugas saat ini. Kekaguman sayapun semakin menguat mana kala menyaksikan vidio liputan media yang mengabarkan Kapolda Aceh turun kesejumlah titik bencana di Aceh, memberi bantuan dan pertolongan, berjibaku membersihkan dan membenahi lokasi yang luluh lantak diterjang banjir, lonsor dan sejumlah bencana alam lainnya bersama segenap anggota dan jajarannya. 

Bagi saya yang paling teristimewa justru kehadiran Kapolda ternyata tercatat hadir lebih awal jika dibandingkan dengan penguasa daerah pimpinan pemerintahan (Gubernur Aceh). Tidak berhenti sebatas respon cepat Kapolda untuk penanggulangan bencana, lulusan terbaik Akpol tahun 1991 peraih adimakayasa ini juga giat dalam aksi sosial peduli fakir miskin, anak yatim dan kaum dhuafah. Aksi peduli dhuafah ini setidaknya telah dapat menghapus air mata seorang Janda tua Nurmiati dikabupaten Pidie yang mendapat bantuan rumah dari Kapolda.

Belum genap satu tahun bertugas di Aceh, Kapolda ini telah menuai banyak prestasi dan simpati masyarakat. Tidak mudah menjadi Upes (polisi) yang bertugas di Aceh, sebagai daerah eks konflik, Aceh memiliki keunikan tersendiri dan daerah ini juga paska perjanjian perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia menjadikan Provinsi Aceh kemudian memiliki kekhususan tersendiri yang diatur berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA). 

Belum lagi isu-isu ditingkat nasional juga turut ikut disahuti di Aceh dan menjadi gejolak tersendiri, setidaknya akhir-akhir ini ada gelombang protes yang besar terjadi dinegeri ini yang juga terjadi di Aceh yaitu, aksi penolakan Rancangan Undang Undang (RUU) KUHP dan Revisi Undang-Undang KPK, aksi penolakan Undang-Undang Omnibuslaw dan aksi bela ulama. Tentu tidak hanya tiga gelombang itu saja, masih ada sejumlah aksi-aksi lain bahkan yang paling krusial di Aceh setiap tahunnya adalah perayaan Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tanggal 4 Desember. 

Berbeda dengan didaerah lain apa lagi dengan yang terjadi di Jakarta, aksi-aksi protes di Aceh dapat dijaga dengan aman dan tertib, tanpa kerusuhan, tanpa korban dan pengrusakan, tentu semua ini adalah buah dari kematangan sosok Kapolda dalam upaya pengamanan aksi masa. Dalam sebuah rekaman vidio lain menggabarkan bagaimana Kapolda hadir langsung ke Ibu Kota, untuk mengecek dan memberikan arahan kepada personil Kepolisian Daerah Aceh yang mendapat tugas untuk mengamankan Ibu Kota ditengah maraknya aksi protes masa menolak Undang-undang cipta kerja. Personil polisi dari Polda Aceh yang bertugas di Jakarta menjalankan tugas dengan baik dan profesional tanpa terjadi bentrok fisik dengan para demonstran.

Irjen Pol Drs.Wahyu Widada, M.Phil bukanlah seorang politisi, beliau seorang bhayangkara negara yang memiliki tugas dan kewajiban menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat, penegakan hukum dan fungsi lain yang melekat padanya selaku anggota Kepolisian Republik Indonesia. Karenanya usaha dan kerja kerasnya tidak dapat dinilai sebagai upaya penciteraan, membangun popularitas atau kepentingan lainya. Saya percaya semua ini dilaksanakan sebagai sebuah darma bakti kepada ibu pertiwi dengan bekerja memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.

Tidaklah sulit untuk melihat keberhasilan beliau dalam melaksanakan tugas mejaga kamtibmas, penegakan hukum dan pembinaan personil. Semua dengan mudah dapat kita baca melalui pemberitaan media atau live vidio yang banyak dibagikan di YoU Tube atau media sosial lainnya. Sebuah komentar dimedia sosial saya baca “Kapolda ini dipersiapkan menjadi Kapolri” menurut saya komentar ini tentu tidak berlebihan sebagai sebuah penilaian masyarakat umum dan saya sendiri sefakat dengan komentar tersebut, dan semoga Takdir Allah berlaku padanya menjadi seorang Kapolri.  

Aceh tentu bukan tempat tugas terakhir bagi beliau sebagai perwira tinggi kepolisian, tentu dihapan akan ada tugas dan karier lain yang menanti darma baktinya, namun saya ingin sekali Irjen Pol Drs.Wahyu Widada, M.Phil memiliki kesan dan kecintaan yang mendalam terhadap Aceh, saya teringat bagaimana Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dengan tegas menyatakan bahwa Aceh (Gayo) sebagai kampung kedua baginya, karena dulu Ir. Joko Widodo pernah menetap dan bekerja di Aceh. Kedekatan Jokowi dengan Aceh kemudian berbuah kepedulian yang besar untuk pembangunan daerah ini, kendatipun dalam Pemilihan Presiden yang lalu perolehan suaranya sangat minim. Semoga kelak hal yang sama berlaku pada sosok Wahyu Widada.

Melalui vidio-vidio sigkatnya, Kapolda Aceh ini telah memberi kabar pada kita semua dan orang lain yang ada diluar sana, bahwa Aceh baik-baik saja, bahwa Aceh itu masyarakatnya ramah tamah, alamnya elok dan indah, kulinernya enak. Aceh tidak sebagaimana yang orang luar bayangkan.

Peu Haba ? begitu sang Kapolda menyapa, maka ijinkan saya melalui tulisan ini menjawab sapaanya Haba Get Pak Kapolda. Mari terus memberi kabar baik dan menebar kebaikan selama bapak bertugas di Bumi Iskandar Muda ini. Anda tidak sedang pencitraan tapi anda telah berhasil membangun citra polisi menjadi sangat baik di daerah dan negeri ini.

Penulis Syukurdi M adalah  Mahasiswa Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammaddiyah Yogyakarta

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda