Beranda / Tajuk / Menanduk Bergaya Seruduk

Menanduk Bergaya Seruduk

Rabu, 15 April 2020 08:40 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi

Menanduk atau tanduk, diartikan mengarahkan kepala untuk memberikan perlawanan. Kalangan politik mengartikan menanduk lebih dimaknai sebagai merebut kekuasaan. Perilaku menanduk dari segi strategi politik tidak berseni, karena tidak memiliki ragam dari strategi politik itu sendiri.

Bahkan anekdot menanduk tanpa jurus tidak akan membuahkan hasil. Begitulah kira-kira dimensi memaknai atau memahami kata”menanduk”. 

Menanduk jika dibaca dalam gaya klasik dari strategi politik memiliki kekuatan, jika telah mengukur lawan politik secara komperhensif dan valid. Artinya kekuatan data dan informasi menjadi pondasi utama bagi siapa pun ketika menanduk lawan politik. 

Bergerak harus memperhitungkan itu semua.Jika tidak, sama dengan menjerumuskan dirinya sendiri kejurang kegagalan. Jangan sampai perilaku menanduk seseorang, justru dijadikan mainan dalam gendang permainan orang lain. Ia hanya sebagai boneka dari orang yang menjadi sutradara dari permainan itu sendiri.

Dikaitkan pada kondisi praktek pinjam meminjam, dalam situasi politik untuk kepentingan politik, dapat dibaca perilaku menanduk hanya tembakan kosong tanpa peluru dan target yang jelas. 

Mengapa? Karena ada kesalahan yang dijalankan dalam manuver menanduk orang yang ditargetkan. Yang terjadi karena kekosongan peluru, maka menanduk dianggap hanya ingin membuat seumaloe “rasa takut” atau “maop”.

Dengan kata lain, menanduk dalam bayang-bayang bagian perangkap dari orang yang ditargetkan, karena itu semua untuk membenarkan semua ucapan dan tindakan dari si penanduk yang tidak memiliki basis muatan hukum yang kuat. 

Karena para penanduk berkeinginan target yang ditanduk merealiasikan semua keinginan. Usaha memancing lawan masuk kedalam perangkap dari mainan penanduk, sehingga bisa terjamin untuk muncul sebagai pemenang.

Memang lebih banyak dilemanya, jika kemauan penanduk dipenuhi. Karena sudah pasti kontrol psikologi dan kepentingan dapat dijalankan sesuai keinginan si penanduk. Keuntungan perilaku penanduk semakin memperjelas kepada publik, kalau dirinya bersalah, serta dalam posisi dimata publik tidak elegan dalam memperjuangkan kepentingan.

Seharusnya menanduk lawan secara politik agar tumbang hanya dapat dilakukan melalui jalur hukum. Namun ketika itu tidak dilakukan, mungkin sipenanduk sadar, konsekuensinya kalau melalui jalur hukum akan kalah. Bahkan tidak menutup kemungkinan mengubur dirinya sendiri ke jeruji besi. 

Kalau ingin menanduk, ukurlah kekuatan diri. Lihat bayang bayang, bukan hanya sekedar menyeruduk. Kalau hanya main seruduk, tanpa memiliki strategi dalam bertindak, sama seperti menelan mata pancing, sementara joranya di tangan orang lain.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda