Beranda / Berita / Begini Tantangan Bangsa Indonesia ke Depan yang Harus Didorong Kembali

Begini Tantangan Bangsa Indonesia ke Depan yang Harus Didorong Kembali

Minggu, 19 Desember 2021 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky
Acara diskusi “Refleksi Akhir Tahun 2021, Persatuan Solidaritas Nasional untuk Menjawab Tantangan Bangsa ke depan” yang diselenggarakan oleh Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) pada Sabtu (18/12/2021). [Foto: tangkap layar] 

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tantangan bangsa Indonesia ke depan harus ditautkan lagi mulai dari elemen-elemen revosioner hingga dorongan Undang-Undang Perindustrian yang baik.

Tanggapan tersebut disampaikan dalam acara diskusi "Refleksi Akhir Tahun 2021, Persatuan Solidaritas Nasional untuk Menjawab Tantangan Bangsa ke depan" yang diselenggarakan oleh Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) pada Sabtu (18/12/2021).

Aktivis Cendikiawan Politik Kebangsaan, Prof. Yudi Latif mengatakan Indonesia adalah kode persatuan, Indonesia adalah kode solidaritas, dan Indonesia adalah kode pembebasan, mungkin sejarah harus dibaca ulang bahwa Indonesia tidak pernah dijajah, yang pernah dijajah adalah suatu pra Indonesia yaitu kerajaan dan kesultanan, bukan mereka tidak melakukan perlawanan terhadap kekuatan kolonial, berbagai modus perlawanan telah dilakukan tapi perlawanan itu selalu berindititas kesukuan atau keagamaan.

Prof. Yudi menyampaikan, tapi sebegitu jauh dengan berbagai cara, negara nusantara yang majemuk dengan berbagai identitas itu menjadi satu kekuatan yang bisa mempertautkan sebagai pengikat bersama seluruh elemen-elemen revosioner menjadi nasional blok, satu kekuatan gelombang bersama.

Lanjutnya, kesadaran kita bahwa Indonesia anak-anak terjajah terus bearda di kurung batok, dulu 40.000 tentara digerakkan tapi itu bagaikan mimpi buruk yang berkepajangan, bukan tidak ada perlawanan tapi kita tidak memiliki cara untuk menyatukan seluruh elemen-elemen dan kekuatan yang ada di dalam bentangan panjang zona panjang kaum terjajah itu, nah sekarang dari mana persatuan itu bermula?

Ia menyebut, krisis pandemi itu bukan satu rintangan, krisis pandemi sering kali menjadi momen yang menjadi bukti, kesejatiaan, dan perwujudan kekuatan baik dari umat manusia, serta jalan menuju Indonesia itu dibuka oleh krisis pandemi.

“Untuk menyatukan elemen-elemen yang berserak ini kita memerlukan satu kesatuan untuk saling bercakap, satu kemampuan untuk slaing bertukar pikiran, kemampuan untuk saling memahami, dan kemampuan untuk saling terkoneksi,” ucapnya dalam diskusi tersebut.

“Sekali aja Indonesia bisa menyatukan kepingan-kepingan yang berserak kita tau bahwa Indonesia punya potensi yang luar biasa, jika potensi itu disatukan maka Indonesia akan memiliki satu kekuatan dasyat yang bisa meraih cita-cita apapun,” tambahnya lagi.

Sementara itu, Dr. Ir. Irnanda Laksanawan menyampaikan, kalau bisa KAPT bisa mendorong Undang-Undang Perindustrian dengan baik Indonesia ini akan terjamin dengan baik.

Ia juga mengatakan bahwa Usaha Milik Negara (UMN) akan bangkrut capai 40% karena UMN kita life cyclenya sudah habis, UMN kita memang begitu banyak produk-produk yang masih jadul, yang sekarang cepat mengantisipasi adalah perbankan, perbankan tranformasi digitalnya luar biasa tetapi kalau manufakturing ekosistem industrinya tidak ada di republik ini, republik ini adalah republik konstruksi ekonomi VOC, kontruksi ekonomi dagang karena ingin quick hilding.

“Indonesia ini selalu kepinginnya serba instan, mi instan, membuat pesawat terbang instan, sulapan namanya?,” ketus Dr. Ir. Irnanda.

Ia menambahkan, orang Indonesia ini nomor 70 dari 71 negara dalam literasi tapi mungkin nomor 1 dalam menulis hoaks, karena kita tinggi sekali dalam pemakaian rate google top di dunia. Ini harus disikapi oleh KAPT, bagaimana kalau kamu terdidik dan terpelajar ini menyikapi seperti itu?

“Kita sebelum pandemi juga udah susah bukan pandemi aja, kalau UU itu ada seperti Industri Pertahanan, kita terbarukan industri, ini pasar yang baru dan besar di Indonesia, harus dibuat UU industri, maritim, infrastruktur bisa kita memperdalam lagi,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda