Beranda / Feature / Elwizan Dokter Gadungan Pecinta Kulit Bundar Bawa Nama USK

Elwizan Dokter Gadungan Pecinta Kulit Bundar Bawa Nama USK

Jum`at, 10 Desember 2021 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Elwizan Aminudin, Dokter di dunia sepakbola Indonesia yang disebut sebagai Dokter gadungan/palsu karena menggunakan Ijazah palsu. [Foto: Ist]


Sepandai-pandai tupai melompat, sesekali akan jatuh juga. Sepandai pandainya menyimpan bangkai, satu ketika akan tercium juga. Pepatah ini kiranya tidak salah ditujukan buat seseorang yang sudah bertahun-tahun melakoni peran memegang stetoskop, sebuah alat dikalangan medis untuk mendengar suara dalam tubuh.

Nama Elwizan untuk saat ini tidak asing kedengaranya. Dia sudah 11 tahun menjadi dokter di dunia sepakbola Indonesia. Dia menjadikan sepakbola sebagai istri pertamanya. Rasa cintanya kepada seragam putih telah membuat dunia sepakbola tercoreng.

Nama universitas di ujung barat pulau Andalas juga ikut terbawa-bawa. Setelah dia disebut dokter palsu, Elwizan “bersembunyi” dibalik nama besar Universitas Syiah Kuala (USK). Spontan pihak USK juga gerah dengan sikapnya.

Hingar bingar soal dokter palsu yang sudah 11 tahun mendampingi pesepakbola Indonesia ini menarik untuk diikuti. Apa saja yang sudah dilakukan Elwizan, bagaimana pengakuanya tentang dunia sepakbola. Klub ternama PS Sleman tempat dia terahir bertugas sudah melaporkanya ke polisi. Bagaimana reaksi pihak USK, dimana dokter palsu ini menyebutkan dia alumni Unsyiah?

Dialeksis.com mencoba merangkum berbagai keterangan tentang dokter palsu yang membawa nama universitas kebanggaan rakyat Aceh ini. 11 tahun sudah dia menjadi dokter dalam dunia sepakbola di bumi pertiwi, bahkan dia pernah menjadi dokter tim nas ketika berlaga di luar negeri.

Nama lengkapnya Elwizan Aminudin. Dalam ijazah yang digunakan ditulis dia kelahiran Bireun, Aceh, 25 April 1982. Dalam sebuah wawancara dengan Tribun Jogja, 27 November tahun lalu (2020), dia mengisahkan dirinya terjun ke dunia sepakbola karena cinta. Elwizan memilih sepakbola, meskipun ditentang oleh orang tua. Menurutnya sepakbola adalah cita-cita dan jalan hidupnya.

"Ini adalah cita-cita saya yang tertunda. Dulu saya memiliki cita-cita menjadi pesepak bola, tapi orang tua saya melarang,” tutur Elwizan sebagaimana dikutip dari wawancara dia di Tribun Jogja.

Dokter Amin, begitu dia kerap dipanggil, menurutnya pilihan jadi dokter tim sepakbola adalah cita-cita yang dikabulkan oleh Tuhan. Elwizan Aminudin melakukan semua itu karena cinta. Bahkan dia menyampaikan ke istrinya bahwa sepakbola adalah istri pertamanya.

"Jadi kalau ditanya kenapa memilih jalan hidup sebagai dokter tim di sepak bola, itu karena cinta. Saya sampai bilang sama istri saya sebelum married, bahwa sepak bola itu istri pertama saya. Saya sudah 10 tahun di sepak bola karena saya cinta,” sebutnya.

Menurutnya, kalau sudah cinta melakukan hal apa aja tuh pasti menikmati, dan ia menikmati itu baik ketika di mess pemain, di situasi latihan, di dalam stadion baik di kandang maupun ketika tandang. Bukankah di dalam hidup itu yang paling mengasikan adalah hobi yang menghasilkan, sebutnya.

Ia juga mengaku, di sepakbola yang bikin dia bahagia salah satunya adalah punya banyak kawan dari banyak kota. Punya teman sejawat, pernah satu tim selama jadi dokter.

“Kalau saya bilang, ke kota mana pun saya punya teman baik teman sejawat maupun dari pesepak bola yang pernah satu tim dengan pemain tersebut. Itu menjadi kepuasan tersendiri untuk saya," ujarnya.

 Terbongkar Dokter Palsu

Jurus-jurus yang dikeluarkan Elwizan ternyata tidak bertahan lama. Walau sudah 11 tahun menjadi dokter dalam dunia sepakbola, kedok Elwizan Aminudin terbongkar juga. Bermula dari ciutan Muhammad Iqbal Amin lewat akun Twitter pribadinya, @iqbalAmin89.

Muhammad Iqbal mengungapkan tentang sosok Elwizan yang ternyata bukan seorang dokter. Namanya tidak terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).

Mulailah gaduh. Dunia sepakbola di bumi pertiwi bagaikan mendapat tamparan keras. Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru ( LIB), Akhmad Hadian Lukita melakukan konfirmasi dan menyatakan Elwizan Aminudin adalah dokter gadungan dan tidak memiliki ijazah kedokteran yang terdaftar.

Kedok Elwizan Aminudin sebagai dokter gadungan terbongkar usai operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menelusuri dugaaan Elwizan yang ramai terkait statusnya sebagai dokter tim medis PSS Sleman yang diduga palsu.

PT LIB melakukan penelusuran dan menemukan fakta, nama Elwizan Aminudin tidak terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).

Hampir 11 tahun Elwizan melanglang buana sebagai dokter dalam dunia sepakbola. Elwizan menggunakan ijazah palsu selama ini ketika menangani banyak klub hingga timnas. Karir pertama Elwizan di Persita Tangerang, sepuluh menjelang 11 tahun yang lalu, klub terahir yang menjadikanya sebagai dokter adalah PSS Sleman.

Dari berbagai data yang berhasil Dialeksis.com rangkum, Elwizan pertama sekali dipanggil timnas pada tahun 2014 di ajang piala AFF di Vietnam untuk kelompok umur u-19. Dia kembali dipanggil pada 2018 di timnas kelompok umur u-19.

Dokter yang menyebut dirinya alumni USK ini pernah membuat kipper timnas nyaris pensiun dini. Dokter gadungan hampir mencelakakan kiper timnas Indonesia, Ernando Ari. Penjaga gawang Persebaya Surabaya itu mengisahkan, Elwizan Aminuddin pernah melarangnya untuk melakukan operasi, padahal ia cedera.

Elwizan ternyata banyak berkiprah di klub elit sepakbola Indonesia. Dia pernah menjadi tim medis PS TNI (sekarang Persikabo 1973), Madura United, Kalteng Putra hingga timnas Indonesia di timnas Indonesia U-16, serta timnas U-19.

Ia memuIa memulai karir di Persita Tangerang pada tahun 2010. Ia pernah juga membela champion Liga Indonesia, Bali United. Klub terakhir dia sebagai dokter adalah PS Sleman. Namun di klub bergelar elang Jawa inilah kedoknya dibongkar, dan ahirnya dia mengundurkan diri.

Mengundurkan diri, apakah selesai urusan? Ternyata tidak, walau sudah bertahun-tahun diduga memakai ijazah palsu, dia dianggap sudah menipu sejumlah klub persepakbola di tanah air. Pihak PS Sleman ahirnya resmi melaporkanya ke penyidik. Hempri Suyatna, perwakilan manajemen PSS secara resmi melaporkan Elwizan Aminudin ke pihak berwajib.

“Setelah verifikasi data dari pihak Polres Sleman, laporan kami sudah diproses. Kami mendapatkan Surat Tanda Terima Laporan Polisi, Nomor: STTLP-B/1573/XII/2021/SPKT/POLRES SLEMAN/POLDA DIY,” tuturnya di Polres Sleman.

“Kami membawa berkas lengkap dari internal PT PSS berupa kontrak kerja dari yang bersangkutan. Kemudian berkas verifikasi keabsahan ijazah No: 5752/UN11/WA.01.00/2021 dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh yang menyatakan ijazahnya palsu,” ujar Hempri.

Reaksi pihak Universitas Syiah Kuala

Menyebut dirinya alumni USK pada tahun 2010, telah membuat pengelola Universitas di Serambi Mekkah ini beraksi. Mantan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), Dr dr Syahrul SpS mengatakan bahwa tanda tangan yang tertera di ijazah dr Elwizan Aminuddin, bukan tanda tangannya.

"Itu bukan tanda tangan saya. Saya juga tidak pernah kenal dengan yang bersangkutan," kata Dr Syahrul seperti dilansir Serambinews.com. Dekan ini menyatakan selama dia menjadi dekan, dia tidak pernah mengenal Elwizan.

"Logo universitas di samping pasfotonya itu juga palsu. Tindakannya ini sangat merugikan masyarakat luas dan dunia pendidikan," kata Syahrul yang sempat tertera namanya sebagai Dekan dalam ijazah yang diakui Elwizan sebagai alumni Unsyiah.

Diijazah itu tertera bahwa Elwizan kelahiran Bireuen pada 25 April 1982 dan telah menyelesaikan dengan baik semua syarat pendidikan pada program studi kedokteran di FK USK. Ijazah itu ditandatangani Prof Dr Darni M Daud MA sebagai Rektor USK dan dr Syahrul SpS sebagai Dekan FK USK.

Ketika namanya ditulis di ijazah atas nama Elwizan, Syahrul memastikan bahwa tanda tangan di ijazah tersebut bukan tanda tangannya. Karena merugikan nama baik FK USK dan institusi USK pada umumnya, Syahrul merekomendasikan agar pria pemalsu ijazah ini diproses hukum guna menimbulkan efek jera.

Sementara itu, Dekan FK USK, Prof Dr dr Maimun Syukri SpPD mengaku sudah membalas balas surat ke PSS Sleman minggu lalu. "Mereka sudah minta klarifikasi keabsahan ijazahnya kepada kita," kata Maimun.

Dalam surat balasan itu dinyatakan bahwa ijazah Elwizan palsu dan yang bersangkutan tak pernah terdaftar sebagai mahasiswa dan lulusan FK USK. Sudah kita cek, nomor ijazahnya tidak sesuai dengan sistem kita dan tidak ada di pangkalan dikti mahasiswa. Mudah sekali ngeceknya di dikti, siapa saja bisa mengakses, ujar Maimun Syukri.

Sementara itu, Rektor USK, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng IPU meminta kasus ini harus diusut biar terbongkar jaringan yang memalsukan Ijazah. "Dulu juga di Bireuen ada yang palsukan ijazah Fakultas Ekonomi USK dan sudah ditindak," sebut Samsul Rizal.

Dunia sepakbola Indonesia saat ini mendapatkan kritikan, hujatan pedas. Belum professional dalam merekrut tenaga ahli. Buktinya ada dokter sudah bertugas di dunia si kulit bundar selama 11 tahun, namun menggunakan identitas palsu.

Elwizan sudah memainkan sandiwaranya sebagai aktor di lapangan hijau. Dia menikmati hobinya yang menghasilkan rupiah. Dia sudah menunjukan cintanya kepada si kulit bundar dengan melakoni dunia stetoskop, walau untuk mendapatkan jabatan itu identitas pendidikanya dipalsukan.

Sepandai-pandainya tupai melompat sesekali akan jatuh juga. Kini “dokter” yang menyebut dirinya alumni Universitas Syiah Kuala (USK) akan berhadapan dengan hukum. Cintanya kepada si kulit bundar bakal mengantarnya ke penjara. *** Bahtiar Gayo.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda